Pagi-pagi Rania menenteng kado dengan box besar malah jadi pusat perhatian para murid satu sekolah. Meski sudah berusaha sepagi mungkin berangkat ke sekolah tapi tetap saja masih ada siswa lain yang lebih pagi dari dirinya. Di belakangnya Raka mengikuti sambil membawa kotak berisikan kue tart untuk perayaan.
Dari jam 6 Raka sudah tiba di depan rumah Rania tapi dirinya masih tertidur lelap. Dengan terpaksa Raka yang masih menguap-nguap itu menunggu pacarnya bersiap setengah jam. Untungnya Bu Vivi yang sudah diberitahu oleh suaminya semalam tentang kejutan untuk guru anaknya itu langsung mengajak Raka masuk ke dalam.
"Gimana sih Rania! Dia yang suruh berangkat jam 6, dia juga yang bangunnya telat! Tau gini mah aku juga masih molor sampai jam setengah tujuh biar dibangunin alarm!" gerutu Raka dalam hati.
"Maaf ya, Ka aku telat," Rania merasa bersalah dan langsung minta maaf pada Raka.
"Iya, gak apa-apa, Ran. Wajar kok mungkin kamu kecapekan setelah kemarin seharian urus kado untuk Bu Susi," jawab Raka tak masalah padahal dalam hatinya dia menya-menye menyinyiri Rania karena baginya bukan hanya Rania doang yang merasa capek tapi Raka juga sama!
Sepanjang jalan mereka sangat berhati-hati membawa dua kejutan itu yang terikat di jok belakang motor masing-masing.
Bukan hanya di jalanan bahkan di parkiran motor dan perjalanan menuju kelas, mereka pun tak luput dari sorot mata orang-orang yang kepo dengan apa yang mereka bawa.
"Wahhh.. Ini kado untuk Bu Susi?" seru Dinar senang.
"Dalamnya apaan?" tanya Aldo ogah basa-basi.
"Yahhh.. Nanti juga kalian akan tahu," jawab Rania membuat Aldo kesal tapi dia juga tidak mau melawan. Rasanya pasti seru juga kan kalau dia melihat Bu Susi yang membukanya sendiri saat acara nanti.
"Ku harap itu kado yang istimewa ya, Ul! " seru Tina pada Aulia, sahabatnya.
"Pastinya. Kalau bisa sih yang kelihatan mahal," timpal Aulia bernada menyindir.
"Uuhh mentang-mentang nyumbang paling gede, ngesok banget sih kalian berdua!" Caca tiba-tiba datang dari arah belakang dengan dua anggota gengnya.
"Iya ih, dasar kalian manusia cupu gak usah belagu deh!" Titi ikut-ikutan menyudutkan Tina dan Aulia.
"Tau tuh. Mau mahal kek, mau enggak kek pasti kan bakal disesuaikan dengan jumlah patungan kita semua!" kini Hana yang paling gak banyak ngomong di geng Caca pun ikut mengomentari perdebatan di depan matanya.
Kedua orang itu sadar dan merasa sedang dikucilkan. Rasanya semua mata seremak sedang menatap mereka dengan tatapan penuh ejekan.
"Maksud Aulia bukan begitu, hanya saja dia maunya kado untuk wali kelas kita itu sesuatu yang berharga. Yang berharga pasti mahal dong. Lagipula jumlah uang yang terkumpul kemarin kan lumayan! Dia hanya mau uang yang kemarin dikumpulkan itu sesuai dengan barang yang akan diberikan kepada Bu Susi, udah itu aja!" Tina mencoba bertahan dan pasang badan seolah sedang membela Aulia padahal semua orang tau yang sedang dicecar oleh Caca bukanlah Aulia seorang melainkan Tina juga termasuk didalamnya.
"Diem deh, dasar anak manja! Mending diem sih kalau aku jadi kamu daripada banyak omong begitu! Belum juga lihat apa isinya udah main sindir-sindir aja! Emang kamu gak malu kalau ternyata isi kado itu ternyata muahal dan istimuewa seperti yang kalian bilang barusan?!" Caca makin menohok menekan keduanya.
Tina tak menggubris lagi ucapan Caca, dia akhirnya mengalah lalu mengajak Aulia untuk menjauh dari mereka. Tidak ada gunanya meladeni Caca beserta gengnya. Hanya bikin sakit kepala saja! Lebih baik Tina ajak Aulia untuk membahas PR untuk mata pelajaran hari ini.
Rania mengela nafas melihat adu argument teman-temannya itu. Tapi tidak mau ikut masuk ke dalam pertarungan mereka. Dia hanya pura-pura membersihkan mejanya sendiri saja ketika perdebatan sengit itu berlangsung sedangkan orang di sekitarnya berbincang ria menerka-nerka isi dalam box besar.
Jam pelajaran yang dinanti pun tiba. Bel tanda masuk jam pelajaran pertama tidak seperti biasanya membuat semua orang dalam seisi kelas jadi semangat dan gembira.
Iqbal membawa kue tart di kedua tangannya berdiri di belakang pintu. Sedangkan Farhan bersiaga di jendela bangku belakang. Menyembulkan kepalanya keluar jendela untuk melihat kedatangan Bu Susi yang kemudian nantinya dia bertugas memberikan intruksi kepada seluruh temannya kalau Bu Susi segera tiba.
Raka juga bersiaga di samping Iqbal untuk menyalakan lilin. Sedangkan Rania yang tahu diri siapa yang memberikan sumbangan terbesar menyerahkan kado itu kepada Tina dan Aulia sebagai perwakilan yang nantinya bakal memberikan kado pada Bu Susi meskipun ditanggapi oleh nyinyiran Caca and the gengs.
Dimas dan Wijaya yang selalu kebagian tugas sebagai seksi dokumentasi kelas tiap ada acara sekolah kali ini mendapatkan tugas serupa. Mereka juga sudah bersiap dengan kamera di tangan masing-masing. Adapula Titi yang ikut nimbrung jadi fotografer dadakan atas permintaan Caca (lebih tepatnya sebagai suruhan Caca) untuk mendokumentasikan Caca bila berfoto dengan Bu Susi nanti. Caca pun sukarela membeli terompet dari uangnya sendiri guna makin memeriahkan perayaan ulang tahun ini. Padahal intinya dia ingin ketika di foto nanti tampak cantik dan seru seolah dia tokoh utama yang berjasa merayakan ulang tahun wali kelasnya itu dengan senang hati.
"Bu Susi datang! Bu susi datang!" seru Farhan menarik kepalanya dari bingkai jendela meski sedikit terbentur pada penyangga jendela tersebut.
Raka cepat-cepat menyalakan lilin dengan tangan gemetar. Melihat gerakan Raka yang grogi membuat Iqbal ikutan grogi. Telapak tangannya jadi terasa basah. Dia berharap supaya tangannya tidak licin dan malah menjatuhkan kue tart tersebut ke lantai. Namun rupanya kekhawatiran itu segera sirna ketika lilin akhirnya menyala tanpa hambatan.
Tepat ketika pintu terbuka sebuah lagu ulang tahun menggema di seluruh ruang kelas itu. Bu Susi tampak terkejut. Matanya berkaca saat melihat kue tart yang lilinnya sudah menyala di tangan Iqbal. Dia makin menitikan air mata tatkala Tina dan Aulia datang menyerahkan kado besar kepada Bu Susi.
Dengan kepayahan dan sesenggukan Bu Susi menerima kado tersebut. Suasana ini membuat semua orang jadi haru. Rania yang hatinya lemah tak sanggup menahan air mata. Sedangkan Caca dengan susah payah mendekatkan dirinya di samping Bu Susi sambil menangis merangkul lengan wali kelasnya itu dengan penuh keharuan yang kemudian memberi kode pada Titi untuk segera memotret dirinya dengan pose tersebut.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang jugaaa.." Fuhh! Api di atas lilin-lilin itu seketika padam. Bu Susi berjalan menuju mejanya dan meletakkan kado besar tersebut supaya dia bisa memotong kue ulang tahun yang di persiapkan khusus oleh murid didiknya itu.
Selesai memotong kue, Bu Susi membagikan tiap potongan kepada masing-masing orang. Anehnya potongan itu pas dan semua orang kebagian.
Jam pelajaran Bu Susi hari ini hanya terpakai untuk perayaan ulang tahunnya saja. Bahkan Iqbal si manusia konyol sampai menyumbang lagu untuk memeriahkan acara. Ada juga Bimo bersama Farhan adu panco di depan kelas membuat seisi kelas gaduh oleh berbagai sorakan. Hal itu membuat seorang guru fisika dari kelas sebelah datang menegur mereka. Alhasil Bu Susi yang turun tangan untuk meminta maaf dan meminta anak-anak didiknya bersorak dan tertawa dalam hati saja. Sungguh lucu namun semua ini sangatlah seru! Mungkin hari ini adalah hari paling tak terlupakan baik bagi Bu Susi maupun semua murid di kelas Rania.
Hingga sampailah di puncak acara yaitu buka kado! Bu Susi dari tampangnya sudah terlihat deg-degan. Dia seperti menerka-nerka apa sebenarnya isi dari kotak besar di depannya itu.
Masih dengan sorakan meskipun berbisik semua meminta Bu Susi untuk membukanya. Hampir terbahak sesisi kelas ketika Bu Susi membuka kotak besar itu namun rupanya menemukan lagi kotak yang lebih kecil di dalam kotak tersebut bahkan terbungkus dengan kertas kado yang sama. Bu Susi juga tidak tahan untuk tertawa namun sama dengan aturan yang dia buat. Tawanya hanya dalam hati meski terealisasikannya lewat bisikan mengikik tak tertahankan.
Kini Bu Susi mulai menenangkan dirinya untuk serius dan membuka lagi kotak tersebut atas desakan semua murid dalam kelas itu. Dan.. Lagi-lagi Bu Susi terkejut ketika mendapati sebuah kotak terbungkus dengan kertas kado yang sama lagi dalam kotak yang baru dia buka itu.
"Ini kenapa kotaknya jadi beranak pinak begini?" tanya Bu Susi mengundang tawa semua orang.
Wajah Bu Susi terkejut bukan main namun seisi kelas menertawakannya. Semua gembira melihat wajah Bu Susi yang kebingungan namun tidak dengan Tina dan Aulia. Wajah mereka menegang bahkan keduanya saling berbisik panik. Apa jangan-jangan Raka dan Rania sedang menjahili Bu Susi dan isi dalam kotak itu tidak ada sama sekali?
"Raka, kalian isiin apa sih dalam kotak itu? Kan kasihan Bu Susi tertipu begitu terus menerus!" tegur Aulia tak sungkan.
Semua yang tadinya gembira kini berwajah masam melihat tindakan Aulia yang merusak suasana.
Belum kapok juga rupanya dia dengan nyinyiran Caca dan gengnya, sekarang malah memancing emosi orang-orang seisi kelas!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments