Rania beranjak dari duduknya ketika bel istirahat menggema dalam ruang kelas.
Sambil melewati meja Raka, dengan sengaja Rania memberikan secarik kertas yang sudah dia lipat dan taruh di atas meja Raka dengan cepat. Raka yang terkejut langsung menutup kertas tersebut dengan telapak tangannya.
"Ciee.. Ciee.. Ada yang surat-suratan nih! Sepertinya surat cintaa tuhh!" seru Caca cewek centil tukang gosip di kelas yang tak sengaja memergoki mereka.
Aduh! Pakai ketahuan si biang gosip segala lagi! Bisa-bisa hubunganku dengan Raka bakal ketahuan! pikir Rania panik.
Seisi kelas memasang mata pada Rania dan Raka.
"Masa sih? Mereka jadian?" timpal Titi teman satu geng Caca ikutan kepo.
"Apaan sih kalian! Itu cuma ajakan aku saja untuk meminta Raka menemaniku beli kado Bu Susi, wali kelas kita! Kamu ingat kan kemarin semua murid kelas ini di mintai patungan untuk beli kado? Aku malu kalau ngomong langsung di depan kalian," ucap Rania membuat alasan dengan memanfaatkan posisinya sebagai bendahara kelas yang sedang mengajak Raka si ketua kelas untuk membeli kado bersama.
"Iya ih, si Caca mah gosip mulu kerjaannya!" nyinyir Bimo, murid paling cerewet dan melambay di kelas mereka.
Setelah Bimo bicara seperti itu, Caca mendapat sorakan dari semua teman satu kelasnya.
Rania bernafas lega. Aman.. Aman...
"Ran, beliin kado yang bagus yaa.." celetuk Dinar.
"Tapi jangan dekat-dekat si Raka, Ran. Dia bau!" ucap Aldo bercanda.
"Kamu kali yang bau!" timpal Nara, siswi teladan yang suka kebersihan.
"Tau tuh si Aldo! Aturan jangan bilang gitu, tapi ingatin Rania agar tidak jatuh cinta sama si Raka. Mending sama aku," gombal Iqbal ngaco.
Lagi-lagi sorakan di kelas itu bergema mendengar ucapan tengil Iqbal.
Rania merasa semua orang mendukung dia dan tidak menaruh kecurigaan sama sekali pada hubungan mereka, sama seperti satu tahun yang lalu ketika dia mulai pacaran dengan Raka. Dulu dia dan Raka hanya siswa biasa, namun setelah naik kelas dan berganti teman mereka di tunjuk menjadi ketua kelas dan bendahara. Dan sungguh tak di sangka kalau mereka akan di tempatkan satu kelas yang sama lagi. Karena itu hubungan mereka masih saja disembunyikan hingga saat ini.
Setelah bel pulang berbunyi seluruh murid berebutan menuju gerbang sekolah terkecuali Raka yang tampak sedang menunggu Rania yang hari ini piket. Teman piket lainnya sudah beres melakukan tugas tinggal Rania seorang.
"Kamu nungguin Rania mau cari kado ya?" tanya Ina ramah. Dia keluar lebih dahulu setelah menyelesaikan tugas piketnya.
"Iya, nih."
"Tunggu aja, sebentar lagi juga dia selesai," ucap Ina masih saja dengan keramah tamahannya.
"Oke. Terimakasih," balas Raka tak kalah ramah padahal dalam hatinya dia menggerutu kalau hal seperti itu sebenarnya tidak perlu dilakukan. Andai dia bukan ketua kelas malas banget harus basa-basi gak jelas apalagi sama Ina si cewek pendiam yang cupu.
Raka celingak celinguk pada sekitarnya. Memperhatikan kalau tidak ada orang lain lagi selain dia. Dia juga memastikan kalau petugas piket di kelas sebelahnya sudah pulang. Karena dirasa sudah aman, Raka pun masuk ke dalam kelas lalu memeluk pinggang Rania dari belakang yang masih sibuk menghapus papan tulis.
Rania terlonjak kaget tapi seketika sebuah senyum mengembang dibibir mungilnya saat tau Raka ada di belakang tubuhnya sedang memeluk Rania dengan mesra.
"Kamu tuh ngagetin aja! Kalau ada orang yang lihat bagaimana?"
"Nggak ada ko, Yang. Aku udah cek kelas sebelah udah kosong. Lagian kelas kita kan paling pojok jadi aman," Raka memutar tubuh Rania dan mendorongnya menuju pintu. Dengan sengaja pula Raka menutup pintu tersebut kemudian menyenderkan tubuh Rania di balik pintu yang sudah tertutup. Rania hanya bisa pasrah. Dia tau apa yang akan dilakukan oleh Raka.
Dan benar saja, sebuah ciuman hangat mendarat di bibir Rania. Seketika otot-otot tubuh Rania menegang. Ini adalah ciuman kedua mereka. Ciuman yang Rania rindukan semenjak hari itu. Sampai terbawa mimpi Rania menginginkan ciuman itu lagi dan baru bisa dia dapatkan sekarang.
Raka dengan tak sabar ******* bibir Rania. Dia menikmati daging merah di wajah pacarnya itu. Mereka berciuman seperti sedang berlomba. Keduanya kehabisan nafas tersengal-sengal namun enggan melepaskan.
Entah berapa lama mereka menikmati kemesraan itu. Hingga akhirnya Rania mendorong tubuh Raka karena dia sudah tidak sanggup lagi dan ingin mengatur nafasnya yang memburu dan lelah.
Raka menatap Rania tajam. Di jilatnya bekas liur di bibir Rania yang menyisa membuat gadisnya itu tertawa. Begitu pula dengan Raka. Namun tawa itu membawa mereka untuk saling menatap dan tanpa aba-aba keduanya lagi-lagi kembali saling *******. Baik Raka maupun Rania, keduanya sangat asyik sampai tak sadar keringat sudah membanjiri seragam mereka.
Namun aksi mereka ini langsung terhenti setelah mendengar suara derap langkah kaki menuju ruangan ini.
Buru-buru Raka menarik lengan Rania dan mengajaknya duduk di sebuah bangku lalu tergesa-gesa mengeluarkan buku catatan keuangan.
Dengan nafas tersengal-sengal dan keringat membanjiri tubuh, mereka pura-pura sedang menghitung uang kas.
Dan tepat waktu saat itu juga masuk Tina bersama Aulia masuk ke dalam kelas.
"Eh, kalian masih belum pulang?" tanya Tina setelah pintu terbuka. Tina dan Aulia saling pandang tak tahu menahu.
"Belum, Tin. Lagi ngitung uang dulu biar tau mau beli kado apa untuk Bu Susi. Takut uangnya kurang," jawab Rania sedikit gemetar.
"Kok kalian belum pulang juga?" tanya Raka mengalihkan perhatian berusaha bersikap tenang.
"Oh, ini si Tina ketinggalan buku les-nya di kolong meja. Jadi balik lagi deh buat ngambil," jawab Aulia.
"Oh, hari ini kalian ada les ya?" tanya Raka pura-pura perhatian padahal dia sedikit gedek karena yang bisa les di kelas mereka itu hanya segelintir orang-orang seperti Tina dan Aulia. Para anak orang kaya!
"Iya nih, jadwalnya hari ini sepulang sekolah," jawab Aulia lagi.
"Aul, tunggu sebentar ya aku ambil dulu bukunya," Tina sedikit berlari menuju bangkunya dan segera mengambil buku yang dia maksud. Buku itu sangat mencolok karena begitu tebal. Pasti materi di dalam sana banyak sekali dan hanya diajarkan di tempat les saja. Raka tidak heran kalau di kelas ini Tina dan Aulia selalu jadi murid unggulan.
Selesai mengambil buku itu mereka pun ijin pamit menuju tempat les. Rania yang deg-degan tak karuan terpaksa memberikan senyuman manis yang dia punya dengan ramah bahkan tak lupa juga mengucapkan hati-hati di jalan kepada Tina dan Aulia.
Raka menutup buku kas dan sedikit membanting ke meja. "Sombong banget orang-orang itu!" tukasnya kesal.
Rania menatap Raka bingung. "Kenapa memangnya? Kok kamu bicara seperti itu?"
"Kamu tidak sadar kalau tadi mereka sedang menyombongkan diri karena bisa les di Ganesha? Itu kan tempat kursus mahal, mentang-mentang anak orang kaya petantang petenteng banget gayanya!"
Rania mengelus pipi Raka lembut lalu mencium keningnya. "Biarkan saja, kita tidak perlu urusin mereka yang gak penting untuk kita," Rania sedikit mengikik meremehkan ketika mengatakan itu, "kamu lihat kan meski mereka kaya dan pintar tapi tidak ada yang mau berteman dengan mereka, makanya kemana-mana mereka selalu berdua saja udah kayak lem alteko, hahahah!" tawa Rania membahana memenuhi ruangan diikuti oleh Raka yang ikut terhibur oleh candaan pacarnya itu.
"Ran, mau lanjutin lagi yang tadi?" goda Raka.
Rania sedikit memukul lengan Raka, "Kamu ini gak kapok apa? Tadi jantungku hampir copot loh waktu mereka datang, ini kamu malah mau lagi? Lebih baik jangan deh, soalnya sebentar lagi penjaga sekolah bakal keliling buat kunci pintu," ujar Rania sambil membereskan buku dan memasukannya ke dalam tas.
Wajah Raka tampak cemberut kecewa.
Rania menarik lengan Raka. "Yuk, sekarang kita beli dulu kado untuk Bu Susi, masalah dilanjutin atau enggaknya bisa kita putuskan saat di rumahku nanti."
Raka mendongak senang. "Serius kita nanti ke rumahmu? Apa tidak apa-apa? Kemarin saja kita hampir ketahuan Mamamu loh?"
"Tenang saja. Mamaku kerja seperti biasa, dan pulangnya selalu malam. Papaku juga hari ini kerja masuk shift siang, pulangnya juga malam, jadi aman," jelas Rania membuat Raka membulatkan matanya seperti bayi kegirangan hendak diberikan susu oleh sang ibu tercinta.
Raka cepat-cepat membereskan barangnya dan mengikuti langkah Rania menuju parkiran dengan perasaan senang serta hati gembira yang tak sabar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments