Raka dan Rania menaiki motor masing-masing seperti biasa, sudah setahun ini mereka berpacaran selalu bertemu di tempat rahasia di pohon belakang sekolah dengan membawa motor-motor tersebut.
Tempat itu sedikit menanjak di dataran lebih tinggi, karena itu ketika akan bertemu mereka selalu membawa motor masing-masing supaya tidak ada orang curiga dengan hubungan mereka. Tapi hari ini berbeda, mereka akan pergi mencari kado untuk wali kelas yang berulang tahun, sekalian curi kesempatan sembari kencan di muka umum.
Rania dan Raka tiba di parkiran sebuah mall. Mereka masuk ke dalam mall sambil lihat kiri-kanan sekitar. Kira-kira apa ya yang bagus untuk dijadikan kado?
Raka teralihkan oleh sebuah patung manekin di toko sebelah yang menarik matanya lalu pergi ke toko tersebut meninggalkan Rania yang masih sibuk melihat-lihat pajangan di etalase toko benda-benda unik. "Yang, Yang lihat deh!" panggil Raka kegirangan.
Rania menoleh dan saat itu juga Raka sedang membentangkan sebuah bra ke depan muka Rania membuat gadis itu hampir menjerit karena malu.
"Kamu apa-apaan sih, Yang? Malu tau dilihatin banyak orang!" omel Rania kesal.
"Jangan ngambek gitu dong, Ran. Aku kan bercanda, lagian kan gak ada yang kenal ini."
"Loh? Kalau ada yang kenal gimana?"
Raka angkat bahu.
Rania menahan senyum merasa konyol. "Iseng banget sih kamu liatin beginian, gak ada kerjaan banget!" omel Rania kesal namun merasa lucu juga.
"Abis aku keinget sama kamu, Yang!"
"Maksudnya?"
"Nih lihat! Kayaknya ukuran ini gak cukup deh sama kamu, soalnya punya kamu kecil!" ucap Raka cengengesan membuat wajah Rania memerah menahan malu. Dia takut ada yang mendengar obrolan mereka apalagi dari tadi pegawai toko pakaian dalam itu selalu mengawasi Raka. Mungkin takut membawa barang mereka tanpa membayar.
Rania mengajak Raka masuk kembali ke dalam toko tersebut dan meletakkan kembali bra yang tadi Raka pegang ke dalam keranjang pajangan.
"Kamu ih malu-maluin aja! Kita dilihatin mulu loh dari tadi! Bisa-bisa disangka maling tau!"
Raka tak peduli, dia masih saja cengengesan. Rasanya lucu saja melihat wajah Rania malu-malu seperti itu.
Dengan paksa Rania menyeret lengan Raka untuk menjauh dari toko tersebut dan fokus mencari kado untuk Bu Susi, wali kelas mereka.
Setelah beberapa saat akhirnya diputuskanlah untuk membeli sebuah tas merek lokal yang lumayan harganya. Kan cakep tuh kalau dibawa kerja, bisa dipamerin ke guru-guru lainnya, dan sisa uangnya pun dibelikan kue ulang tahun untuk dirayakan di jam pelajaran Bu Susi besok.
Tapi kok kayak ada yang kurang ya kalau cuma kasih tas? Tiba-tiba Rania terbebani oleh sesuatu karena mendadak muncul wajah Tina dan Aulia dibenaknya.
Rania bilang pada Raka untuk mencari opsi lain yang lebih istimewa. Raka tidak masalah dan akan ikut bantu Rania mencari kado yang dirasa pas itu sampai dapat.
Setelah mendapat kado yang dirasa sangat bagus mereka pun akhirnya pulang ke rumah Rania untuk membungkus kado tersebut.
Raka merebahkan diri sesampainya di rumah Rania. Dia mengipas-ngipas leher dengan jaketnya yang sudah dia lepaskan.
"Gila panas banget hari ini!" keluh Raka.
"Iya nih, Yang! Aku juga kepanasan!" Rania meletakan kue dan kantung tas beserta peralatan pembungkus kado di atas sofa lalu menutup pintu.
"Sebentar ya aku mau ganti baju dulu, gerah banget!" izin Rania menuju kamarnya.
Ketika Rania sudah membuka rok dan sedang melepas kancing baju seragamnya tiba-tiba dua buah tangan memeluk tubuhnya dari belakang.
Rania terkejut begitu hebat, dia tau itu kelakuan Raka tapi kali ini bukan perasaan senang yang dia dapat melainkan sebuah ketakutan yang amat sangat. Saat itu juga Rania merasa Raka sedang mencium tengkuknya bahkan meremas dada Rania dengan pelan.
Rania makin terperanjat. Dia memberontak lalu melepaskan diri dari Raka. Wajah Rania terlihat sangat ketakutan.
Melihat itu Raka langsung tersadar. Raka tak ingin salah paham, dia ingin menjelaskan hal tadi tapi Rania melangkah mundur hingga terjatuh duduk di kasurnya. Kakinya terasa sangat lemah. Dia tidak menyangka Raka akan melakukan hal menjijikan seperti tadi.
Raka merasa menyesal. Buru-buru dia bersimpuh dan meminta maaf pada Rania.
"Ran, maafkan aku! Aku sungguh menyesal melakukan hal tadi! Aku sungguh tidak bermaksud melecehkanmu. Aku hanya terbawa suasana saja ketika melihatmu berganti pakaian, sungguh maafkan aku," sesal Raka tampak serius.
Rania tidak habis pikir, "terbawa suasana katamu?!" bentaknya tak suka.
"I-iya Ran. Aku tadi cuma mau bertanya soal surat dari anak-anak untuk Bu Susi supaya ku taruh nanti bersamaan dengan kadonya. Tapi ketika aku hendak menanyakan itu, aku lihat kamu sedang melepas baju. Aku tadinya hanya iseng peluk ingin mengagetkanmu. Tapi rupanya aku malah terbawa suasana dan melakukan hal yang aku sendiri pun tak duga. Aku janji hal seperti ini tidak akan terulang lagi," makin jatuh kepala Raka ke lantai demi memohon pengampunan.
Rania merasa kasihan dengan wajah polos Raka itu. "Kamu kok bisa kepikiran hal seperti itu sih?"
Raka mendongak. "Itu.. Sebenarnya aku pernah nonton video begituan di laptop abangku. Kamu kan tau aku tidak punya laptop dan selalu meminjam milik abangku ketika ada tugas yang harus diketik. Dan ketika itu aku tidak sengaja menemukan video-video begitu. Kamu pasti jijik ya mendengar aku begini. Tapi sumpah, aku tadi hanya terbawa suasana. Mungkin karena kamu pacarku dan aku cinta sama kamu makanya aku berani melakukan hal seperti tadi."
Hati Rania tiba-tiba tersentuh mendengar pengakuan cinta dari pacarnya itu. Lama-lama hatinya yang sempat marah itu jadi luluh karena Raka bilang dia melakukan itu atas dasar cinta pada Rania.
Rania berdiri dari tempat tidur dan meminta Raka untuk berdiri lalu memeluknya tanpa syarat.
"Baiklah. Maafkan aku juga karena sudah membentakmu," ujar Rania akhirnya. Tapi ada yang aneh, ketika Rania memeluk Raka tidak biasanya dia merasakan sesuatu yang aneh seperti menyodok perut Rania.
Raka juga merasakan itu. Dia jadi malu. Rania yang tingginya hanya sepundak Raka pasti akan merasakan sesuatu di bawah sana.
Rania mendengar degupan jantung Raka yang berdetak kencang dan rasa tonjolan di perutnya itu malah membuat dia jadi tertawa.
Raka bingung, "Kamu kok ketawa, Yang?"
"Abis kamu lucu, adikmu susah diatur ya?" tanya Rania bercanda. Muka Raka jadi melemas, ketegangan seolah sirna begitu saja. Dia tau mood Rania sudah kembali.
"Iya Yang, habisnya kecantikanmu menggodaku," rayu Raka membuat Rania terpesona.
Rania tersenyum dengan wajah yang memerah. Keduanya saling menatap dalam diam lalu sedetik kemudian bibir mereka saling bertautan tanpa aba-aba.
Kali ini Rania tidak takut lagi, malah seperti ada dorongan yang membuatnya pasrah. Dia juga tidak menolak lagi tangan Raka jika bermain-main di dadanya.
Bahkan kali ini Raka menuntun Rania untuk merebahkan diri di atas kasur. Keduanya terjun ke dalam alam bawah sadar mereka masing-masing. Tak satupun dari mereka yang tidak menikmati sensasi menyenangkan ini.
Ketika Raka hendak menyusupkan jarinya ke titik sensitif milik Rania, suara klakson motor mengejutkan keduanya.
Rania dan Raka saling berpandangan satu sama lain dan saat itu juga suara pagar rumah Rania terdengar menggeser terbuka.
Loh, siapa itu yang masuk rumah Rania sekarang? Di saat mereka sedang seperti ini pula?!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments