Arian tertegun mendengar ucapan dari mertuanya. Ia memandang kepergian sang mertua dengan pikiran yang rumit.
Terlintas kenangan bersama Airin, berawal dia hendak menolong seorang siswi baru yang di bully oleh salah satu siswi dari SMA Golden A&H, hingga akhirnya mereka menjadi pasangan yang disaksikan oleh seluruh penghuni SMA Golden A&H.
Hingga mereka menjadi pasangan kekasih yang halal. Kebahagiaan yang ia rasakan mampu membuat kesedihan karena kehilangan seluruh keluarganya.
Cinta membuat Arian menjadi seorang pengusaha yang sukses dan memiliki sifat yang sangat baik, rendah hati dan suka menolong tanpa pandang bulu. Bahkan seseorang yang pernah menyakiti mereka sekalipun akan ia tolong jika memerlukan pertolongan.
Sampai hari dimana mereka mengetahui bahwa keduanya akan segera menjadi orang tua, karena kehadiran sang buah hati yang masih bersemayam di rahim sang istri.
Kebahagiaan yang mereka miliki seakan tak akan pernah sirna. Hingga takdir mampu membuktikan jalannya sendiri.
Dimana sebuah hari yang begitu cerah membawa Airin menuju kesebuah tempat yang disinyalir tumbuh sebuah pohon mangga yang sedang berbuah lebat meskipun tidak sedang musim buah mangga.
Airin yang saat itu sedang ngidam makan buah mangga dari pohonnya langsung, segera menuju tempat tersebut tanpa memperdulikan permintaan Arian untuk menunggu dirinya.
Ia ingin mengantar sang istri setelah pekerjaan yang ada dihadapannya selesai terlebih dahulu. Namun Airin sudah tidak sabar dan ia mengendarai mobil sendiri.
Naasnya Airin mengalami kecelakaan tunggal yang membuat mobilnya meledak dan hangus terbakar. Karena jasanya tidak dapat ditemukan ia dinyatakan meninggal dunia.
Semua kenangan pahit itu terus saja datang silih berganti di ingatan Arian. Arian berdiri di depan cermin. Ia menatap wajahnya yang terlihat sangat tidak terurus dan sedikit kurus.
"Kalau memang kau sangat menyayangi Airin, pasti kau akan menemukan pelaku pembunuhan Airin dan kau tak akan diam saja seperti ini."
"Dan kau tentu tidak akan rela Golden A&H yang didirikan oleh Airin hancur tanpa sisa karena tidak ada yang mengurus lagi."
"Kalau kau memang mencintai dan menyayangi putri tunggal mama, bawa pembunuh itu hidup-hidup kehadapan mama."
Ucapan ibu Nina selalu terngiang-ngiang di telinganya, sehingga membuat Arian menghancurkan cermin yang ada dihadapannya dengan sekali tinju.
Ada serpihan kaca yang menggores tangannya dan mengeluarkan cairan berwarna merah.
"Airin !!! Dimana kau saat ini ? jangan siksa aku dengan cara seperti ini!" teriak Arian.
Deo yang kebetulan datang karena ingin meminta tanda tangan untuk dokumen-dokumen penting segera menghampiri Arian.
"Arian apa yang terjadi ? mengapa ada darah dan ini ... ." Deo tak bisa melanjutkan kata-katanya.
Ia segera membantu Arian berdiri setelah itu ia membersihkan luka di tangan Arian kemudian mengambil perban untuk membalut luka itu.
Setelah itu ia manggil pelayan untuk segera membersihkan serpihan kaca yang berserakan di lantai.
"Arian, sampai kapan kau akan seperti ini ? bangkitlah demi Airin." ucap Deo yang merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.
"Untuk apa kau datang ke sini ?" tanya Arian.
"Aku ingin meminta tandatangan untuk dokumen-dokumen itu." jawab Deo sambil menunjuk beberapa dokumen yang ia letakkan di atas meja.
"Kalau begitu pergilah ! aku akan mengirimkan dokumen itu kepadamu setelah selesai." jawab Arian dingin.
"Baiklah jaga dirimu baik-baik." ucap Deo.
Arian hanya mengangguk tanpa melihat Deo yang berlalu dengan perasaan yang sangat khawatir.
Setelah sampai di kantor Deo kembali sibuk dengan pekerjaannya. Tanpa ia sadari bahwa Arian datang tak lama dari kedatangan.
Hanya saja kali ini Arian menjadi sangat dingin. Ia tak menjawab semua salam dan sapaan dari seluruh karyawan yang bertemu dengan dirinya.
Hampir seluruh karyawan keheranan dengan perubahan Arian. Setelah sampai ke lantai atas ia segera masuk ke ruangannya dan duduk di bangku kebesarannya dengan serius dan langsung mengoperasikan laptopnya.
"Deo segera datang keruangan ku sekarang !." ucap Arian dengan penuh penekanan.
"Arian kau dimana ?" tanya Deo dengan heran karena Arian menghubungi dengan nomor kantor.
"Di ruang Presdir." jawab Arian singkat dan langsung mematikan panggilan tanpa menunggu ucapan dari Deo.
Deo menatap telpon yang ada di tangannya. Tanpa pikir panjang ia segera keluar dari ruangannya, namun langsung bertemu dengan Chika yang kebetulan akan menemui dirinya.
"Deo, apakah kau akan menemui Arian ?" tanya Chika tanpa basa-basi.
"Iya benar, apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan ?" tanya Deo.
"Baru saja Arian datang dan langsung masuk ke ruangannya, hanya saja ia berbeda dari biasanya. Ia begitu dingin dan sangat arogan sekali." ucap Chika.
"Deo kau ingin bekerja atau ingin bergosip ?" tanya Arian sambil berlalu melewati mereka begitu saja.
Tanpa pikir panjang lagi, Deo segera menyusul Arian yang handak keluar lagi.
"Arian, mau kemana bukankah kau memanggilku ?" tanya Deo.
"Awalnya aku menunggumu karena aku percaya dengan mu. Tapi ternyata kau lebih suka bergosip dari pada menemui pimpinan mu." jawab Arian dengan dingin.
"Maaf, aku tadi sedang ... ." ucap Deo terhenti karena ia menabrak tubuh Arian.
"Mengingat persahabatan kita sekian lama, aku mentolerir kesalahan mu tetapi tidak untuk lain kali !. Di perusahaan ini hanya ada pemimpin dan bawahan, ingat itu baik-baik." ucap Arian dengan penuh penekanan.
"Baik tuan akan selalu saya ingat." jawab Deo dengan cepat.
"Sekarang juga bawa rekaman cctv dari sebelum istri ku pergi hingga saat ini dan segera antar ke ruangan ku !. Perintah Arian sangat tegas.
"Baik tuan." jawab Deo.
Kemudian Deo segera mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Arian.
"Deo bagaimana ?" tanya Chika sambil mengikuti Deo.
"Lebih baik kau segera kembali bekerja, saat ini Arian tidak seperti yang dulu, kepergian Airin merubah Arian 180 derajat. Jangan mencari masalah jika tidak ingin terjadi hal yang tidak kita inginkan." jawab Deo.
Ia segera berlalu dan menuju ruang cctv, untuk menyalin semua peristiwa sebelum musibah menimpa Airin hingga hari ini.
Chika hanya terpaku setelah mendengar ucapan Deo. Ia tak habis pikir dengan apa yang ia dengar.
Setelah diam beberapa saat akhirnya Chika kembali melakukan pekerjaannya sebagai office girl di perusahaan Dewantara milik Arian.
Sama halnya dengan Misel ia langsung membersihkan seluruh ruangan termasuk ruangan Arian. Ia ingin sekali melihat bagaimana Arian saat ini, sambil mengerjakan tugasnya.
Sementara Arian sedang mengecek semua laporan perusahaannya, yang lebih dari satu bulan ia tinggalkan.
Chika seperti biasanya, mengetuk pintu setelah itu langsung masuk untuk membersihkan ruang kerja Arian.
"Untuk apa kau kesini, lebih baik kau bersihkan ruangan yang lainnya, jangan menggangguku. Sekarang juga cepat keluar!" perintah Arian mendominasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments