Bab. 5. Sebuah kerinduan

Saat melihat-lihat pemandangan kota L, Arian hampir menabrak seseorang. Dengan cepat ia segera turun dan melihat keadaan wanita tersebut.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja. Maafkan kesalahan saya." ucap wanita itu.

"Lain kali hati-hati !. Pastikan melihat keadaan jalan sebelum menyebrang." jawab Arian.

Kemudian Arian berbalik hendak masuk ke dalam mobil kembali setelah yakin bahwa wanita itu baik-baik saja.

"Sungguh miris tingkah orang-orang kaya, bahkan tidak tau sopan santun kepada orang yang lebih tua meskipun memiliki ijazah pendidikan tinggi." ucap seorang anak kecil.

Arian berbalik menatap ke sumber suara, ia melihat anak lelaki berkisar 4 tahun, kulitnya putih bersih seperti susu, tatapan matanya tajam penuh dengan wibawa, karakternya begitu tenang.

Hati Arian bergetar ia ingin sekali memeluk anak itu, begitu banyak perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya namun ia tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.

"Nenek kau baik-baik saja ?" tanya anak itu.

"Iya nenek baik-baik saja, tadi nenek sangat buru-buru sehingga hampir celaka. Ayo kita pulang ibumu pasti sudah menunggu kita pulang." ucap wanita itu. Keduanya berjalan melewati Arian yang terpaku menatap anak kecil itu.

"Tunggu !" ucap Arian setelah menyadari keduanya berada di sisi jalan.

"Maaf tuan, kami sangat buru-buru ! katakan saja apa yang harus saya lakukan untuk tuan." jawab wanita itu dengan sopan.

"Seharusnya aku yang meminta maaf, karena saat berkendara aku terpesona dengan pemandangan sekitar. Maafkan kesalahan saya." ucap Arian dengan tulus.

Ini adalah pertama kalinya ia meminta maaf kepada seseorang setelah sekian lama. Kemudian Arian menatap anak laki-laki itu sambil tersenyum dan perlahan berjongkok dan mengulurkan tangannya.

"Perkenalkan nama om Arian, kalau boleh tau siapa nama mu nak ?" tanya Arian dengan lembut.

Ada sebuah kerinduan, kebahagiaan dan rasa sakit yang teramat dalam di hati Arian. Seandainya peristiwa itu tidak pernah terjadi maka anak mereka mungkin sudah tumbuh seperti anak lelaki dihadapannya.

"Maaf om, kalau hanya ingin berkenalan lain waktu saja. Saat ini kami sedang terburu-buru. Ayo nek kasihan mama pasti sudah menunggu kita." jawab anak itu dengan sopan dan segera menarik tangan wanita yang bersamanya.

"Maaf tuan kami sedang terburu-buru." ucap wanita itu sambil mengikuti langkah kecil anak yang bersamanya.

Arian menatap kepergian mereka dengan tidak rela, sekali lagi hatinya terasa begitu sakit seperti saat ia kehilangan Airin.

"Siapa anak kecil itu ? mengapa aku merasa mengenalnya dan hati ini sejak kapan aku begitu merindukannya bahkan aku ingin sekali memeluknya erat dan tak ingin aku lepaskan." ucap Arian lirih.

"Tuan, saya sudah sampai di perusahaan cabang kita. Apakah saya harus menunggu anda atau saya yang akan masuk terlebih dahulu ?" tanya Deo melalui telepon.

"Tunggu aku, sebentar lagi aku sampai." jawab Arian.

Kemudian ia kembali naik kedalam mobil setelah memastikan bahwa perempuan dan anak itu sudah pergi jauh.

Ada sebuah rasa yang tak rela meninggalkan mereka. Tetapi Arian segera menepis pikiran tersebut dan masuk kembali ke dalam mobilnya, melajukan mobilnya sambil menata hati yang sempat berbeda dengan kehadiran anak kecil itu.

Sementara, anak kecil itu berlari-lari kecil menuju ke sebuah rumah sederhana yang tak jauh dari tempat ia bertemu dengan Arian.

"Mama, mama !" teriaknya sambil mengetuk pintu.

"Sebentar nenek akan membukanya. Kau sabar sebentar ya." ucap wanita itu.

Setelah pintu terbuka mereka segera masuk dan langsung menuju sebuah kamar dimana di sana terbaring seorang wanita cantik dengan mata yang masih terpejam.

"Syukurlah mamamu baik-baik saja." ucap wanita itu dengan tersenyum lega.

"Ayo kemari bantu nenek menyiapkan sarapan dan obat untuk mama, dan nenek akan mengantarkan mu pergi ke sekolah." ucap wanita itu dengan lembut.

"Nenek kapan mama akan sembuh dari sakitnya ?" tanya Anak itu dengan sedih.

"Sebentar lagi mama pasti akan sembuh. Ia hanya demam setelah minum obat pasti sembuh." ucap wanita itu dengan penuh kasih.

"Baiklah, Elang akan menunggu mama hari ini tidak masuk sekolah juga tidak apa-apa." ucap anak itu.

"Mama pasti sedih jika Elang tidak sekolah hanya karena mama sakit." ucap wanita cantik itu sambil membelai rambut Elang.

"Neng putri sudah bangun, baguslah kalau begitu kita bisa segera sarapan dan kau harus meminum obat agar lekas sembuh." ucap wanita itu sambil menyiapkan makanan dan juga obat.

"Ibu maaf merepotkan mu, setelah sembuh aku akan kembali bekerja dan ibu bisa tenang merawat Elang di rumah." ucap Putri.

"Jangan banyak berfikir sekarang cepat makan ini dan segera minum obat mu agar lekas sembuh." jawab wanita itu.

"Mama tadi ada seorang paman yang mengajakku berkenalan tapi karena terburu-buru aku tidak mau berkenalan dengannya." ucap Elang sambil mengambil piring untuk sarapan.

"Baiklah nanti sepulang sekolah ceritakan semuanya kepada mama, sekarang habiskan makanan mu dan segera berangkat ke sekolah agar kau tidak terlambat." jawab Putri sambil berjalan menuju ke meja makan.

Mereka sarapan dengan penuh canda tawa. Setelah selesai Elang berangkat ke sekolah di antar oleh sang nenek, sedangkan putri kembali beristirahat agar besok bisa segera pergi bekerja di perusahan Dewantara.

Sementara Arian telah sampai di perusahan Dewantara cabang di kota L. Ia segera memasuki perusahan tersebut di ikuti oleh Deo.

"Selamat pagi, maaf tuan apakah ada yang bisa saya bantu ?" tanya Rini sambil tersenyum ramah.

"Kami ingin bertemu dengan pimpinan kalian." jawab Arian dingin.

"Maaf tuan pimpinan kami sedang berada di luar kota mungkin lusa baru akan kembali." jawab Rini dengan sopan.

"Keluar kota ?" tanya Arian dan Deo secara bersamaan.

"Benar tuan, pimpinan kami sedang berada di luar kota." jawab wanita itu dengan sopan.

"Deo segera telepon Gilang dan minta ia menyiapkan tempat untuk ku." ucap Arian.

"Baik tuan." jawab Deo dengan cepat.

Arian berjalan kemudian duduk di sofa yang tersedia. Dia menatap setiap sudut ruangan dan juga beberapa orang yang berlalu lalang di hadapannya.

Tetapi pikirannya tertuju kepada seorang anak kecil yang ia temui belum lama ini.

"Mengapa aku seperti mengenal wajah anak itu, tapi dimana ? bukankah ini adalah kunjungan pertama ku di perusahan cabang ini." ucap Arian.

"Tuan saya sudah menghubungi Gilang, sekarang kita dipersilakan untuk menempati ruang yang sudah disediakan."

"Kita tinggal menunggu orang selesai menyiapkan kemudian ia akan mengantarkan kita ke ruangan tersebut." ucap Deo.

"Baik, tetapi aku tidak suka menunggu lama, keluarkan laptop ku aku akan langsung bekerja sambil menunggu." ucap Arian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!