"Kenapa Om? Seneng ya, Lili datang? Pasti kangen kan, sama Lili?" goda Lili dengan tersenyum manis, sambil mendekati Doni yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Ya, semenjak malam itu, Lili yang diantarkan oleh saudara-saudaranya, sering secara tiba-tiba mengunjungi Doni di kantor. Tentunya tanpa sepengetahuan sang papa, karena saudara-saudara yang sekaligus sahabat Lili itu sangat kompak dalam segala hal.
"Maaf ya Om, seminggu kemarin Lili sibuk banget di kampus. Biasa kan Om, kalau mahasiswa baru yang di ospek. Ada aja tugas yang diberikan Kating." adu Lili seraya, mengerucutkan bibir.
Membuat Doni yang sedari tadi mengamati gadis belia yang berdiri hampir menempel disisinya, menghela nafas panjang.
"Tapi Om Doni jangan khawatir, Katingnya enggak ada yang menarik kok. Mereka kalah handsome loh, sama Om Doni," puji Lili dengan mata berbinar.
Gadis centil itu terus saja berbicara, sambil berdiri di dekat Doni yang kesadarannya masih belum pulih sempurna. Sesekali, tangan kecil Lili jahil mencolek-colek lengan Doni.
Sementara Bos Muda SANJAYA GROUP tersebut nampak terdiam, entah karena masih kebingungan atau keasyikan menikmati ulah putri bungsu om Devan.
"Ya ampun, Om! Lili lupa kalau tujuan Lili kesini itu untuk ngajak Om Doni makan siang!" seru gadis berhijab maroon itu seraya menepuk jidatnya sendiri.
"Om Doni pasti belum makan siang, kan? Lili udah bawa makanan untuk kita, Om Doni pasti suka. Ayo, Om," tanpa ragu, Lili menarik tangan Doni. Anehnya, pemuda matang itu menurut saja, bagai seekor kerbau yang di cocok hidungnya.
Lili mendudukkan Doni di sofa dan gadis itu pun langsung duduk menempel di sisi Doni, dengan cekatan Lili membuka makanan yang dia beli di restoran langganannya bersama teman-teman.
Mencium aroma wangi makanan yang tersaji di atas meja, membuat Doni menelan saliva nya. Pemuda tersebut hendak buru-buru makan, tetapi Lili langsung mencegah. "Ih, Om Doni jorok! Baru bangun tidur, masak mau langsung makan? Cuci muka dulu dong?"
"Siapa yang tidur, Bocah!" protes Doni, yang memanggil Lili dengan sebutan bocah. Doni nampak masih membentengi hatinya untuk gadis belia tersebut.
Tadi waktu Lili datang, Om Doni lagi merem kan?" tuduh Lili.
Doni menggeleng, "Aku enggak tidur, hanya mengistirahatkan mata karena dari pagi meneliti dokumen yang numpuk!" ketus Doni, sambil kembali meraih sendok.
"Ya udah, berdoa dulu tapi?" pinta Lili.
Doni mencebik, tetapi menuruti juga permintaan gadis yang duduk nempel di sisinya. Aroma wangi parfum Lili yang lembut, menyeruak masuk kedalam indera penciuman Doni dan menimbulkan rasa lain di dalam diri pemuda matang tersebut.
Berkali-kali Doni harus menarik nafas panjang, untuk menetralisir gelenyar aneh yang tiba-tiba datang menyapa. Sementara Doni, masih belum mau mengakui perasaannya.
Suara centil nan manja milik Lili, mendominasi acara makan siang tersebut. Sepanjang makan, Doni hanya menjadi pendengar setia, sama seperti waktu-waktu lalu kala Lili berkunjung ke kantor Doni.
"Hihihi,,," Lili yang melihat kearah Doni, tiba-tiba terkikik geli.
Doni mengernyitkan dahinya, "kenapa?" tanya Doni bingung.
"Om Doni kayak anak kecil, makan aja belepotan," ucap Lili, sambil membersihkan mulut Doni dengan ibu jarinya.
Sentuhan lembut jari lentik Lili, membuat jantung Doni berdegup kencang. Sementara gadis itu, seperti sengaja menggoda Doni yang mengelap bibir pemuda matang dihadapannya dengan gerakan melambat.
Netra keduanya saling bertaut, dengan jari Lili masih berada pada tempatnya semula. Doni kembali menelan saliva, bagaimana pun juga dia adalah laki-laki normal yang merindukan sentuhan.
Terakhir kali, wanita yang menyentuhnya dengan penuh cinta adalah Seruni, sang mantan terindah. Kejadian itu pun sudah berlalu sangat lama, belasan tahun silam. Karena setelah itu, Doni benar-benar menutup hatinya untuk seorang wanita.
Kini, meski Doni masih membentengi dirinya dari Lili, namun entah mengapa pemuda matang itu tidak keberatan dengan kehadiran gadis centil yang mewarnai harinya.
Sementara Lili, gadis itu pun merasakan debaran yang sama. Apalagi sejak pertama bertemu, Lili memang telah jatuh cinta kepada pemuda matang nan tampan dan juga sudah mapan yang saat ini ada dihadapannya.
Tangan gadis itu reflek mengusap bagian wajah Doni yang lain, meraba pipi Doni yang ditumbuhi bulu-bulu kasar. Lili menggigit bibir bawahnya yang ranum, membuat Doni merasa semakin gila.
"Tidak, tidak. Dia masih bocah dan aku bukan pedofil. Andai dia sudah dewasa, pasti sudah ku lahap bibirnya yang menggoda itu," batin Doni, dengan menahan hasrat.
Doni menepis pelan tangan Lili, "jangan seperti ini, bocah. Aku laki-laki normal dan bisa saja kan, aku khilaf?" Doni membuang nafas kasar.
Lili tersenyum, "Lili justru senang, kalau Om Doni khilaf. Dengan begitu, kita bisa langsung dinikahkan. Benar begitu kan, Om?" Lili menatap Doni seraya memainkan alisnya.
"Ck,,," Doni berdecak sambil menjauhkan makanan yang masih tersisa sedikit.
"Loh Om, kok enggak dihabiskan?" sungut Lili.
"Kenyang," balas Doni asal, padahal dia masih sanggup untuk menghabiskan makan siangnya tersebut. Hanya saja, mood nya sudah menghilang dan berganti dengan hasrat yang semakin naik.
Doni memejamkan matanya kembali seraya menyandarkan tubuh pada sofa, berkaki-kali pemuda matang itu menarik nafas panjang dan menghembuskan kuat-kuat. Doni berharap, rasa aneh dan debaran yang ada segera menghilang.
Terdengar suara pintu diketuk, yang diikuti dengan membukanya pintu ruangan Bos Muda tersebut. Doni yang sudah membuka matanya kembali, melihat kearah pintu.
Sosok abang ipar dan sang papa masuk kedalam ruangan Doni, "wah, lagi ada tamu spesial rupanya?" ledek Adiputra, seraya melirik sang adik.
Doni mencebik, "sialan, mereka datang di saat yang tidak tepat. Bisa dibully habis aku, sama papa dan bang Adi," gerutu Doni dalam hati.
"Siang Opa Sanjay," sapa Lili dengan centil seraya mendekati papanya Doni. Dengan takdzim, putri bungsu om Devan tersebut mencium punggung tangan papa Sanjaya.
"Hai, gadis cantik. Sudah lama, kah?" tanya papa Sanjaya seraya tersenyum bahagia. Rekan bisnis papanya Lili itu, mengacak lembut kepala putri bungsu om Devan yang tertutup hijab.
"Belum Opa, belum ada tiga puluh menit. Dan rasanya, seperti baru semenit deh," canda Lili, yang membuat papa Sanjaya dan Adiputra terkekeh. Namun berbeda dengan Doni, yang terlihat kesal.
"Begitulah Li, kalau lagi jatuh cinta. Bertemu meskipun sudah berjam-jam, rasanya baru semenit. Sedangkan kalau berpisah, baru semenit aja ... rasanya seperti seharian," timpal Adiputra masih dengan tawanya.
"Seperti Doni ini, kamu enggak kesini seminggu saja, katanya seperti sewindu," imbuhnya, yang membuat Doni melotot kearah sang kakak ipar.
"Jangan mengada-ada deh, Bang. Doni enggak pernah ngomong begitu, ya?" protes Doni.
"Om Doni memang enggak ngomong, tapi berbisik dalam hati kan?" goda Lili, yang sukses membuat Doni semakin kesal.
"Dasar, bocah!" kesal Doni.
Papa Sanjaya semakin terkekeh melihat sikap putranya, begitu pun dengan Lili yang ikut tertawa renyah sambil kembali duduk menempel disisi Doni.
Papa Sanjaya pun ikut duduk di samping Lili dan laki-laki tua itu sengaja mepet gadis cantik yang direstui untuk menjadi istri Doni tersebut, agar Lili semakin mepet pada sang putra.
"Ini kenapa mepet-mepet, sih" gerutu Doni.
"Biar anget, Om. Enggak dingin kayak sikap Om Doni," sindir Lili.
"Sok tahu!" ketus Doni sambil melirik gadis cantik disampingnya.
"Sepertinya kita salah waktu deh, Pa," ucap Adi, "kita tunggu di kafe saja yuk Pa, enggak enak kan ganggu orang yang lagi pacaran?" ajak Adi pada papa mertuanya.
"Siapa yang pacaran?" bantah Doni.
"Kalian berdua, lah. Siapa lagi?" balas Adi seraya memainkan kedua alisnya, menggoda sang adik ipar.
"Ogah! Dia masih kecil, Bang!" Doni melirik Lili sambil tersenyum seringai, mengisyaratkan bahwa dirinya hanya menganggap gadis centil itu sebagai anak kecil.
"Om Doni bilang apa, barusan? Lili anak kecil?" Lili mengernyitkan dahi, "Lili bukan anak kecil ya, Om? Lili bisa kok, bikin anak kecil?" protes Lili.
"Kalau Om Doni enggak percaya, ayo kita buktikan!" tantang Lili, yang membuat Adiputra tertawa terbahak, papa Sanjaya menepuk jidat, sedangkan Doni melongo.
"Busyet, nih bocah ngomong enggak ada rem dan juga filternya," gumam Doni dan sedetik kemudian pemuda matang itu tersenyum lebar.
tobe continue,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
himmy pratama
lili memang ya..aku suka dgn kelakuan lili ..bar..bar.. banget
2024-05-26
2
sherly
astaga Doni dipepet sama cewek yg agresif... jauh banget dr seruni .. hahahahha
2023-11-15
1
susi 2020
😂😲🤭
2023-09-16
1