Cinta Pada Pandangan Pertama

Sepanjang perjalanan pulang, Tanti yang membawa setangkai mawar dari Lili untuk Doni tak henti meledek sang adik. "Om, Terima aja anaknya pak Devan. Cantik, masih muda lagi."

"Ck,,," Doni yang duduk di belakang bersama sang papa berdecak kesal, karena sedari tadi sang kakak tak berhenti mengoceh.

"Bukan muda lagi Kak, tapi dia itu gadis ingusan!" tegas Doni dengan wajah yang terlihat kesal.

"Jangan salah Om, perempuan itu cepat matangnya lho? Emang sih sekarang dia baru aja lulus sekolah dan ibarat bunga masih kuncup, tapi setahun lagi dia pasti udah siap untuk di petik. Seperti bunga mawar ini? Merah dan merekah," Tanti masih saja berharap, sang adik mau menerima pernyataan cinta dari gadis yang bagi Doni masih ingusan tersebut.

"Benar apa kata kakak kamu, Dik," timpal kakak iparnya yang sedang menyetir, "jangan sampai, nanti kamu menyesal begitu gadis kecil itu di gaet cowok lain," imbuh Adiputra dengan tersenyum dan melirik adik ipar nya dari pantulan rear vision mirror.

"Enggak ada topik obrolan lain apa?" Sungut Doni, sambil membetulkan duduknya dan kemudian memejamkan mata.

Papa Sanjaya terkekeh melihat sang putra yang ngambek, "biasa Kak Tanti, Bang Adi,,, awalnya enggak mau dan malu-malu tapi nanti, lama-lama adikmu ini pasti bakal ngejar-ngejar si kembar," timpal sang papa, yang membuat Doni mendengus kesal.

Doni menegakkan tubuhnya dan menatap sang papa, "Doni sudah berumur Pa, malu kali kalau punya gandengan seusia gadis itu? Nanti orang-orang pasti ngatain kalau Doni pedofil?" Doni menghela nafas kasar dan kembali menyandarkan tubuh serta memejamkan matanya.

Terekam dengan jelas dalam ingatan Doni Sanjaya, ketika tadi di ballroom hotel Lili menghampiri dirinya penuh percaya diri. Dengan begitu berani gadis belia itu memberikan setangkai bunga mawar merah, seraya menyatakan cinta kepada Doni dengan suaranya yang lantang.

Doni tersenyum simpul, "memang cantik sih dia. Centil, berani dan menggemaskan," batinnya masih dengan mata terpejam.

Papa Sanjaya ikut tersenyum melihat sang putra menyunggingkan senyuman dengan mata terpejam, "papa akan membantumu untuk meyakinkan pak Devan Nak," gumam laki-laki yang rambutnya penuh uban itu dalam hati.

"Heh,,, mikir apaan sih gue! Dia jauh beda sama Uun? Dia kecentilan dan sama sekali tidak dewasa!" tolak Doni yang tak mau jujur dengan perasaannya.

&&&&&

Sepulang dari Family gathering yang diadakan keluarga Sanjaya pada malam minggu ini, seperti biasanya keluarga Lili akan berkumpul bersama keluarga sahabat sang papa di hunian keluarga Antonio.

Setibanya di hunian megah tersebut, malam telah larut namun Lili dan saudari kembarnya, Lila, tetap dipanggil oleh sang papa di ruang keluarga untuk diminta konfirmasinya atas kejadian tadi.

Papanya Lila dan Lili itu tidak sendirian di sana, karena ada pula tiga sahabat baiknya yang juga ingin mengetahui kenapa putri om Devan tersebut bisa nekat nyamperin Doni dan menyatakan cinta pada pemuda matang tersebut.

"Duduk kalian," titah sang papa pada kedua putri kembarnya dengan aura yang terlihat dingin. Rupanya, sang papa masih menyimpan rasa malu akibat ulah Lili di acara family gathering barusan.

Kedua gadis yang memiliki paras sama-sama menawan tetapi memiliki karakter yang berbeda tersebut kemudian duduk di sofa, berhadapan dengan sang papa. Sementara ketiga sahabat papanya, nampak diam dan memasang wajah berwibawa.

"Pa, sebelum papa dengar penjelasan Lili, boleh enggak kalau Lili panggil Mirza?" pinta Lili seraya menatap wajah sang papa dengan rasa khawatir, netra bening gadis itu melirik kearah sahabat sang papa yang mengernyitkan dahi karena nama sang putra di sebut.

"Ada apa dengan Mirza, Lili?" tanya daddy Rehan, ayah dari Mirza.

"Maaf Dad, ini semua awalnya dari Mirza," balas Lila, mewakili saudari kembarnya.

Ayahnya Mirza tersebut semakin mengernyitkan dahinya, sementara om Devan menatap daddy Rehan sambil geleng-geleng kepala. "Anak lu lagi Rey, biang keroknya!" gerutu om Devan.

"Belum tentu juga Dev, Lili kan juga suka bikin onar dan kecentilan!" cibir daddy Rehan dengan berbisik, "persis kayak lu!" imbuh ayah Mirza tersebut.

"Hey, gue laki sejati ya? Mana mungkin gue kecentilan!" protes om Devan yang ikutan berbisik.

Daddy Rehan tersenyum seringai seraya mengedikkan bahunya.

"Kalian berdua, kenapa malah bisik-bisik sih? Tuh, Lila sama Lili nungguin?" protes om Alex.

"Lila, panggil sana si Mirza. Sekalian sama Attar dan Nezia," titah om Devan pada Lila.

"Kok, anak gue juga?" Om Alex dan opa Alvian, protes bersamaan.

"Mereka kan kalau kemana-mana bareng terus? Bikin onar dan kerusuhan juga selalu bareng, gue heran deh sama generasi mereka ini?" balas om Devan seraya geleng-geleng kepala.

Ya, Lili, Mirza dan ketiga saudara seangkatannya itu senang sekali membuat keributan. Baik ketika mereka sedang berada di rumah ataupun di sekolah, karena kebetulan mereka berlima bersekolah di tempat yang sama.

Berbeda dengan generasi kakak-kakaknya yang santun dan menyayangi adik-adiknya, serta selalu berprestasi di sekolah.

Meskipun Lili, Mirza dan ketiga saudaranya itu juga berprestasi namun tetap saja orang tua mereka dibuat keki dengan tingkah anak-anaknya itu. Lantaran para orang tua tersebut seringkali mendapat teguran dari pihak sekolah, mengenai perilaku kelima remaja tersebut.

Lila langsung beranjak dan naik ke lantai atas untuk memanggil saudara-saudaranya.

Tak berapa lama, ketiga remaja tersebut menuruni anak tangga mengikuti langkah Lila, mereka berempat kemudian duduk di sofa bergabung bersama Lili dan para orang tua.

Mirza tersenyum jahil menatap Lili, sama sekali tidak ada rasa bersalah atau takut pada wajah remaja tampan bermata kebiruan tersebut.

"Bang Mirza, bisa jelaskan pada kami semua, ada apa sebenarnya?" tanya daddy Rehan seraya menatap sang putra.

Mirza tersenyum menatap sang daddy, dan remaja berkulit putih bersih dan berhidung mancung mirip sang daddy itu mengangguk. "Benar Dad, awalnya Mirza yang punya ide taruhan ini," balas putra keempat daddy Rehan tersebut dengan sangat tenang.

"Taruhan?" Opa Alvian bertanya seraya mengernyitkan kening.

"Iya Pa, kami taruhan siapa yang berani mendekati om Doni diantara mereka bertiga, maka dia akan mendapatkan voucher belanja dari kami semua," balas Attar dengan jujur mewakili saudara-saudaranya, seraya menunjuk Lila, Lili dan Nezia.

"Kenapa targetnya harus om Doni? Kan ada banyak cowok seusia kalian di sana?" tanya om Devan, yang langsung mendapatkan pelototan dari ketiga sahabatnya.

"Dev, kok lu malah mendukung aksi konyol mereka sih?" protes opa Alvian.

"Emm,, maksud om, kenapa kalian pakai taruhan segala?" Om Devan membetulkan pertanyaannya, seraya menatap kelima remaja tersebut.

"Lili yang punya ide untuk mendekati om Doni, om," balas Nezia yang sedari tadi diam saja.

"Benar begitu, Dik?" Om Devan menatap putri bungsunya penuh selidik.

Gadis cantik itu mengangguk membenarkan perkataan Nezia, "iya Pa," balas Lili singkat.

"Lili beneran suka sama om Doni, Pa," timpal Lila seraya melirik saudara kembarnya.

Om Devan mengernyit, "maksudnya? Kalian bahkan baru pertama kali ini bertemu dengan Doni?"

"Tapi Lili jatuh cinta sama om Doni pada pandangan pertama Pa," tegas Lili seraya menatap sang papa penuh harap.

"Mana mungkin Dik? Enggak ada yang namanya istilah jatuh cinta pada pandangan pertama?" Om Devan menampik, dan masih tak percaya dengan perkataan putri kesayangannya itu.

"Tapi Lili beneran suka sama om Doni Pa," kekeuh Lili yang sudah terbiasa bicara blak-blakan pada sang papa.

Om Devan memang sangat demokratis dan memposisikan diri sebagai sahabat bagi putra-putrinya, tak ada rahasia diantar ayah dan anak tersebut.

"Enggak-enggak, papa enggak setuju kalau kamu sama Doni!" tegas om Devan dengan mengusap kasar wajahnya.

"Papa enggak asyik ah,,," rajuk Lili sambil berlari menaiki anak tangga.

"Hufff,,," papanya si kembar itu menghela nafas kasar.

tobe continue,,,

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

knp dlu doni ma seruni gk di setuju in Thor ma ortu doni apakah karena seruni miskin

2024-09-26

1

himmy pratama

himmy pratama

gadis ingusan LG jatoh cinta rupanya..asyik crt mu aku suka gaya bahasa mu sangat apik

2024-05-26

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waahh ini pastinya Mirza iseng bikin taruhan nih..😂

2023-08-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!