I Miss You So Much

Pagi hari di kediaman om Devan, nampak keluarga pengusaha properti tersebut sedang menikmati sarapan pagi. Sang kepala keluarga, sedari tadi terdengar sedang menasehati salah seorang putri kembarnya yang centil.

Sementara sang istri, nampak asyik menikmati sarapan sambil ngobrol bersama putra sulung, Damian, yang saat ini sudah mengikuti jejak sang papa terjun ke dunia bisnis.

"Dik, papa harap saat ini kamu fokus sama kuliah dan jangan dulu mikirin cowok," pesan papanya si kembar Lila dan Lili, seraya menatap putri bungsunya.

Lili mengangguk malas, salah satu putri kembar om Devan ini memang berwatak sedikit pembangkang.

"Kalian berdua, baru saja masuk perguruan tinggi melalui jalur prestasi. Jangan sia-siakan kesempatan itu, dengan tidak serius dalam belajar." Om Devan menatap putri kembarnya bergantian.

"Lupakan juga tentang Doni!" Perintah om Devan dengan tegas, sembari menatap Lili.

Laili, atau yang biasa disapa Lili itu mengerucutkan bibir. "Lili benar-benar suka sama om Doni, Pa? Lili cinta sama dia? Kenapa sih, Papa enggak ngerti juga?" rajuk saudari kembar Lila tersebut.

"Nak, papa yakin itu bukan cinta. Apa yang kamu rasakan, pasti hanya rasa kekaguman sesaat dan akan segera menghilang seiring berjalannya waktu." Om Devan menatap putri kesayangannya, dengan penuh harap agar sang putri bisa mengerti.

"Ini cinta tulus Pa, Lili yang merasakannya?" kekeuh Lili, "Papa tahu kan, sewaktu masih sekolah Lili sering gonta-ganti cowok? Itu karena Lili enggak benar-benar cinta sama mereka Pa, tapi kalau yang ini beda?" imbuhnya berapi-api.

Om Devan menghela nafas kasar, laki-laki paruh baya itu tak tahu lagi harus bagaimana menasehati putrinya.

Sementara tante Lusi, sang istri tercinta mengusap lembut lengan sang suami. "Udah Pa, udah. Biar nanti mama yang bicara sama adik. Dia enggak bisa kita perlakukan dengan keras Pa, harus dibujuk dengan cara yang halus," bisik nya, mencoba menenangkan sang suami.

Om Devan mengangguk mengerti, laki-laki paruh baya itu tersenyum menatap sang istri. "Makasih Ma, Mama selalu bisa membuat papa tenang," ucapnya.

Sejenak, suasana di ruang makan itu menjadi hening. Masing-masing menikmati makanan di hadapannya.

"Hari ini, kalian berdua mulai aktif kuliah kan?" tanya om Devan memecah kesunyian.

"Iya, Pa," balas Lila, yang juga mewakili saudari kembarnya.

"Hati-hati bawa mobil, jangan ngebut," pesan sang papa.

Lila mengangguk patuh.

Beberapa saat kemudian, mereka semua telah menyelesaikan sarapan. Lila dan Lili segera beranjak, untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Kedua gadis cantik yang memiliki postur tubuh sama persis itu menyalami papa dan mamanya, juga sang abang yang sedang fokus dengan ponsel di tangan.

"Dik, belajar yang benar ya dan nanti kalian langsung pulang ke rumah. Kalau mau main, ajak saja yang lain kesini," pesan sang mama dengan lembut.

Lila mengangguk patuh, sedangkan Lili tersenyum cengengesan. "Enggak janji ya, Ma," balasnya sambil memeluk sang mama sekilas.

Mama tiga anak yang masih terlihat cantik itu tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepala, "mama juga enggak suka dengan janji, apalagi kalau janjinya palsu. Mama sukanya sama anak yang patuh dengan nasehat baik dari orang tua," ucap tante Lusi, mencoba mengetuk hati sang putri dengan kata-kata yang lembut.

Lili mengangguk meski dengan bibir yang mengerucut, "iya Ma, InsyaAllah nanti kami langsung pulang."

"Ingat pesan papa ya Nak, lupakan saja Doni. Di kampus pasti banyak pemuda yang lebih segalanya dari om-om itu," ucap om Devan, ketika putri bungsunya berpamitan.

"Papa ih, sebel deh? Enggak asyik banget sih, jadi orang tua?" Bibir putri bungsu om Devan itu semakin mengerucut, "dia memang sudah dewasa, Pa, tapi kan om Doni masih terlihat seperti seumuran Abang?" imbuhnya yang tetap ingin dimengerti sang papa.

"Lili, ayo. Nanti kita terlambat," ajak Lila.

"Papa nih, ceramah melulu dari tadi," Lili melirik sang papa, masih dengan bibirnya yang mengerucut.

"Abang, salim!" seru Lili menghampiri abangnya, yang masih saja fokus dengan ponsel di tangan.

"Apaan sih Dik, teriak-teriak kayak di hutan?" protes Damian yang merasa terganggu dengan suara berisik Lili, "tadi kan udah salim," lanjutnya.

"Lili belum Bang, tadi Lila yang salim?" Lili kembali cemberut, gadis centil itu kemudian menyalami Damian dan segera berlalu, yang diikuti oleh Lila.

Om Devan hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan sikap putri bungsunya, yang memiliki karakter berbeda jauh dengan saudari kembar dan juga sang mama. "Mirip siapa sih, dia?" gumam om Devan bertanya, yang entah dia tujukan kepada siapa.

"Yang jelas bukan mirip Mama, Pa." sahut Damian seraya tersenyum dan menatap sang papa dengan menuduh.

"Lantas maksud Abang, adik mirip papa?" protes om Devan.

Damian mengangguk cepat, begitu pula dengan tante Lusi yang juga mengangguk setuju.

"Ck,,," laki-laki tampan itu berdecak, "kalian ini, malah bersekongkol memojokkan papa!" kesal om Devan.

"Abang berangkat dulu sana," titah om Devan seraya menatap sang putra, "tolong cek kembali laporan masuk dari progres proyek yang di Tangsel," lanjutnya.

"Memangnya, Papa mau kemana?" tanya Damian mengernyit.

"Papa ada project sama Mama cantik," balas om Devan tanpa tedeng aling-aling, seraya tersenyum menatap sang istri.

"Pa, yang benar dong kalau bicara! Masih ada Abang?" protes tante Lusi, seraya mencubit perut rata sang suami.

"Santai aja Ma, abang enggak dengar kok," balas Damian seraya beranjak dan kemudian menyalami kedua orang tuanya, untuk segera berangkat ke kantor.

Om Devan terkekeh senang, "good Boy," ucapnya sembari menepuk punggung sang putra.

"Ma, project nya mau di ruang makan atau dimana?" Om Devan memainkan kedua alisnya, seraya tersenyum menggoda pada sang istri sesaat setelah sang putra meninggalkan meja makan.

Tante Lusi geleng-geleng kepala, "terserah paduka yang mulia saja," balasnya asal seraya beranjak menuju kamar, yang langsung diikuti oleh sang suami dengan tertawa senang.

&&&&&

Di kantor Doni, pemuda matang itu nampak masih sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya. Sementara di samping Doni, seorang wanita cantik yang merupakan sekretaris perusahaan masih setia menunggu dokumen yang sedang diperiksa oleh Bos Muda PT. SANJAYA GROUP tersebut.

"Mbak,tolong yang saya coret di revisi lagi." titah Doni tanpa memandang kearah sang sekretaris.

"Yang bagian mana, Mas?" tanya Rissa dengan mendayu, sambil membungkukkan badan dan menampakkan belahan dadanya yang besar, yang tidak tertutup sempurna tersebut.

Ya, sekretaris seksi itu memakai blouse dengan kerah berbentuk huruf V yang menampakkan belahan dadanya yang montok.

Doni menghela nafas kasar dan membuang pandangannya, "bawa saja ke meja kamu, dan teliti di sana!" ketus Doni, yang tidak menyukai wanita yang agresif dan penggoda seperti sekretarisnya itu.

"Baik, Mas," balas Rissa seraya mengerucutkan bibir, gadis muda itu segera mengambil file yang baru saja di periksa oleh Doni dan kemudian hendak berlalu.

"Rissa," panggil Doni, hingga membuat sekretaris dengan make up tebal itu langsung menoleh dengan senyum yang mengembang sempurna.

Rissa merasa sangat bahagia, karena Bos Muda itu akhirnya mau menyebut namanya. Gadis itu seperti mendapatkan jackpot, "iya Mas, ada yang bisa Rissa bantu?" tanya Rissa dengan melembutkan suara dan mendekat kearah Doni, hingga jarak keduanya begitu dekat.

Doni menatap sekilas sang sekretaris, "sudah berapa kali saya bilang, panggil saya Pak!" seru Doni.

Tubuh seksi gadis itu langsung lunglai, "iya Mas, eh... Pak," balas Rissa.

"Ya sudah, saya cuma mau mengingatkan itu!" ucap Doni yang terdengar ketus di telinga Rissa.

"Baik, Pak. Saya permisi," pamit Rissa dengan hati yang kecewa, gadis seksi itu segera berlalu meninggalkan ruangan dingin sang Bos yang menjadi target incarannya.

Setelah Rissa berlalu dari ruangannya, Doni melirik arloji mewah di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul dua belas siang, waktu baginya untuk istirahat makan siang.

Pemuda matang itu melonggarkan dasi di leher dan menyandarkan tubuh di kursi kebesaran, yang beberapa hari ini telah menjadi milik Doni.

Dia pejamkan matanya sambil bergumam, "andai sudah ada istri, pasti ada yang mengingatkan dan menemani aku untuk makan siang."

Tepat disaat Doni baru selesai bergumam, pintu ruangan khusus Chief Executive Officer dibuka dari luar dan seorang gadis berhijab modis dengan riang menyapa Doni seraya berlari mendekat ke meja putra bungsu papa Sanjaya tersebut. "Om Doni, I miss you so much."

Mendengar suara yang masih terngiang indah di telinganya itu, membuat Doni langsung membuka mata. Dan tatapan pemuda matang itu membulat, begitu melihat siapa yang telah berkunjung ke kantornya siang ini. "Kamu?"

tobe continue,,,

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

pasti lili yg datang

2024-05-26

1

Ita rahmawati

Ita rahmawati

lili ny lucu 😚😚

2023-06-01

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

apa lili dtng

2023-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!