Seperti Mawar Merah yang Menggoda

Setelah papa Sanjaya dan Adiputra berbincang beberapa saat dengan Doni dan juga Lili, terdengar suara pintu di ketuk dan nampak Rissa, sang sekretaris seksi masuk kedalam ruangan tersebut sambil membawa tiga minuman untuk atasannya.

"Permisi," ucap Rissa sopan, sambil meletakkan tiga cangkir kopi ke atas meja marmer.

"Kok cuma tiga? Memangnya, kamu tidak tahu kalau atasan kamu sedang ada tamu?" tanya papa Sanjaya, menatap Rissa dengan mengernyit.

"Maaf Tuan Besar, saya tidak tahu," balas Rissa, seraya melirik Lili dengan tidak suka. Bagi Rissa, Lili adalah ancaman dan bisa saja gadis belia itu menggagalkan rencananya yang berambisi memiliki Doni.

"Buatkan lagi, untuk tamunya Pak Doni," titah Adi pada Rissa.

Lili tersenyum penuh kemenangan, gadis itu kemudian sengaja melingkarkan tangannya di lengan Doni. "Lili mau chocolate hangat saja," pintanya manja.

Rissa terlihat sangat kesal, papa Sanjaya dan Adiputra tersenyum seraya geleng-geleng kepala, sedangkan Doni menghela nafas panjang.

"Udah, dia udah pergi. Cukup aktingnya," ucap Doni, sambil melepaskan lengannya dari jerat pelukan Lili.

Papa Sanjaya mengernyit, "akting?" tanya papanya Doni itu, tak mengerti.

Lili mengangguk, "tante Rissa kan suka sama om Doni, Opa?," balas Lili seraya mengerucutkan bibir tipisnya.

"Terus? Lili cemburu, gitu?" tanya Adiputra dengan menahan tawa.

"Lili enggak cemburu, Om? Masak Lili cemburu sama orang-orangan sawah kayak dia, sih? Lili cuma enggak suka aja, masak calon suami Lili di kecengin cewek lain?" terang Lili, yang membuat kakak ipar Doni itu tertawa terbahak.

Papa Sanjaya pun ikut terkekeh, sedangkan Doni memicingkan mata melirik gadis yang duduknya semakin menempel padanya.

"Orang-orangan sawah? Apa enggak ada istilah lain yang lebih jelek, Li?" tanya Adiputra masih dengan tawanya.

Lili pun tersenyum, "itu sudah cukup, Om," balasnya tanpa dosa.

Setelah beberapa saat dan tawa Adiputra serta papa Sanjaya mereda, Doni bertanya pada Lili. "Hai bocah, tadi kamu bilang apa? Calon suami? Siapa calon suami kamu?"

"Ya Om Doni lah, Om? Siapa lagi? Masak Opa Sanjay? Memangnya, Om Doni mau punya ibu tiri yang cantik jelita seperti Lili?" balas Lili asal, yang kembali membuat Adiputra dan sang mertua tertawa senang.

Entah ini hari apa, ayah mertua dan menantu itu merasa mendapatkan hiburan segar bisa duduk dan ngobrol bersama gadis belia nan centil serta gaya bicaranya yang ceplas-ceplos seperti putri bungsu om Devan tersebut.

"Siapa yang mau jadi suami, kamu? Dasar, bocah ingusan," gerutu Doni, seraya menatap Lili.

"Lili enggak ingusan ya, Om. Nih lihat, hidung mancung dan bagus gini, dikatain ingusan," bantah Lili yang tidak terima.

Di saat Doni dan Lili berdebat, Rissa kembali masuk membawakan chocolate hangat untuk Lili.

"Makasih ya, Tante," ucap Lili, kala Rissa telah meletakkan cangkir tersebut di hadapan Lili.

Rissa tak menanggapi dan ketika sekretaris itu hendak berlalu, Lili menghentikan langkah Rissa. "Tante Rissa, lain kali kalau mau berangkat kerja itu jangan seperti mau berangkat main sirkus, yah?"

Rissa mengernyitkan dahi, begitu pula dengan papa Sanjaya dan sang putra serta menantunya. "Maksud kamu?" bisik Doni.

"Cie,,, udah mulai bisik-bisik ngomongnya? Sebentar lagi pasti bisikin kata cinta, buat Lili," goda Lili.

"Ck,,," Doni berdecak kesal.

"Maaf Tuan-tuan, saya permisi," pamit Rissa, karena Lili bukannya menjelaskan apa maksud perkataannya tadi tetapi malah bercanda dengan Doni.

"Tante tahu kan, maksud Lili?" Kembali Lili menghentikan langkah Rissa dengan perkataannya, "pakaian tante itu enggak cocok kalau dipakai untuk pergi bekerja, cocoknya dipakai untuk main sirkus." lanjut Lili, yang membuat papa dan Adiputra mengamati pakaian Rissa.

Dan dua laki-laki berbeda usia tersebut baru menyadari bahwa benar adanya, ternyata pakaian Rissa sangatlah terbuka dan menampakkan belahan dada yang menggoda. Begitu juga dengan rok selutut dengan belahan yang tinggi, yang hampir mencapai pangkal paha.

Papa Sanjaya menghela nafas panjang, "apa peraturan di perusahaan kita mengenai cara berpakaian karyawannya telah di rubah, Bang Adi?" tanya papa Sanjaya pada sang menantu.

"Tidak, Pa. Semua masih sama," balas Adiputra.

"Maaf Tuan, sebenarnya saya memakai blazer tetapi karena tadi basah waktu makan siang, jadi saya lepas," terang Rissa dengan gugup.

"Ya sudah, lain kali berpakaian lah yang sopan," pesan papa Sanjaya dengan bijak.

Rissa mengangguk patuh, "iya, Tuan. Permisi."

Setelah Rissa keluar dari ruangan Doni, papa Sanjaya pun berpesan pada putra bungsunya. "Nak, tegakkan kembali peraturan di perusahaan. Pastikan semua karyawan mengenakan pakaian dengan sopan terutama karyawan wanita, selain untuk menjaga wibawa perusahaan juga untuk kebaikan mereka sendiri. Dengan berpakaian sopan, mereka akan terhindar dari fitnah dan juga aksi kejahatan yang bisa merugikan martabat wanita."

"Baik, Pa," balas Doni patuh.

Mereka pun kembali berbincang dengan hangat dan setelah dirasa cukup, papa Sanjaya beserta Adiputra berpamitan.

"Hai, Bocah. Kamu sekalian pulang saja, sana!" usir Doni, kala sang papa dan kakak iparnya hendak keluar dari ruangan khusus Chief Executive Officer tersebut.

"Oh, jadi Om Doni ngusir Lili karena Om Doni mau asyik-asyikan sama tante genit, gitu?" protes Lili.

"Biar dia disini dulu, Dik. Daripada kamu digangguin sama orang-orangan sawah, mending sama Lili kan?" saran Adiputra.

"Benar, Nak. Tidak mengapa Nak Lili disini dulu menemani kamu, sekalian kalian bisa saling lebih mengenal," timpal papa Sanjaya.

Lili tersenyum senang, seraya memeluk lengan papa Sanjaya yang sudah dia anggap seperti opanya sendiri itu. Tetapi itu dulu, ketika Lili belum bertemu dengan Doni. Karena mulai malam family gathering beberapa minggu yang lalu, Lili telah menisbatkan diri menjadi calon istri Doni dan itu artinya, papa Sanjaya adalah calon mertua idamannya.

Doni nampak kesal dan dengan terpaksa, pemuda matang itu akhirnya mengijinkan Lili untuk tetap tinggal di ruangannya.

"Duduk yang manis dan diam di sana, kalau sudah mengantuk bobok aja," titah Doni pada Lili seperti anak kecil, seraya tersenyum sinis.

Lili cemberut, tetapi menuruti juga apa kata Doni. Gadis itu duduk di sofa seraya memainkan ponsel, sedangkan Doni kembali disibukkan dengan berkas-berkas yang harus ditandatangani.

Baru saja sepuluh menit, gadis berhijab maroon itu nampak bosan. Lili kemudian beranjak mendekati Doni, "Om, Lili bosan," ucap Lili sambil duduk di pinggir meja kerja Doni.

"Hai, Bocah. Yang sopan!" kesal Doni, "ini meja, bukan tempat duduk!" lanjutnya.

"Lili tahu, Om? Tapi kursi di sini tidak nyaman untuk diduduki lama-lama?" rajuk Lili dengan bibir manyun.

Doni memejamkan mata, seraya memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut. Mungkin jika saat ini ada alat untuk mengukur tekanan darah Doni, bisa dipastikan alat itu akan langsung rusak saking tingginya tekanan darah Bos Muda SANJAYA GROUP tersebut.

"Om Doni mau tahu enggak, tempat mana yang nyaman diduduki meski dalam jangka waktu yang lama?" pancing Lili, setelah cukup lama keduanya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Doni membuka mata dan menyipitkan matanya menatap Lili, "di mana?"

"Di pangkuan Om Doni," balas Lili, yang membuat pemuda itu kembali memejamkan mata seraya menarik nafas dalam-dalam.

"Kenapa, Om Doni merem? Lagi membayangkan, ya?" goda Lili yang semakin menjadi.

Doni masih terdiam, pemuda itu nampak berpikir, terlihat jelas dari dahinya yang berkerut dalam.

"Aku tidak perlu membayangkannya, Bocah. Karena kita bisa langsung praktek, bukan?" tantang Doni, yang nekat memberanikan diri.

"Oke, dengan senang hati," balas Lili, yang langsung beranjak mendekati Doni. Tanpa basa-basi, putri bungsu om Devan tersebut duduk di atas pangkuan laki-laki dewasa yang pantas menjadi om-nya itu.

Doni menahan nafas, sebisa mungkin laki-laki itu manahan diri agar tidak tergoda dengan gadis belia yang nyata-nyata telah menggoda imannya.

"Lili," bisik Doni, "biasanya kalau orang pacaran tuh enggak hanya duduk di pangkuan seperti ini, tetapi...." Doni menjeda ucapannya, pemuda matang itu ingin tahu apa yang dipikirkan oleh gadis centil yang selalu membangkitkan hasratnya tersebut.

"Apa, Om?" tanya Lili dengan polos, karena meskipun sering gonta-ganti pacar tetapi gadis itu tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki. Lagi pula, sang mama selalu mewanti-wanti agar Lila dan Lili bisa menjaga kehormatan dirinya sendiri.

Entah mengapa dengan Doni, gadis centil itu merasa nyaman dan tidak ada rasa was-was sama sekali, kalau-kalau Doni akan berbuat kurang ajar padanya.

"French kiss," balas Doni seraya mendekatkan wajahnya, dalam hati pemuda itu tersenyum penuh kemenangan karena kali ini Lili pasti akan segera angkat kaki dari ruangannya.

Lili terdiam, hembusan nafas Doni yang terasa hangat menerpa wajahnya membuat gadis centil itu tiba-tiba saja merasa takut. "No, Om. Kita tidak boleh melakukannya karena kita belum menikah!" seru Lili yang langsung kabur dari pangkuan Doni.

Doni tergelak, benar dugaannya bahwa Lili hanya berani di mulut saja. Nyatanya, ketika Doni berniat menggoda balik, gadis itu justru ketakutan.

"Om, Lili balik dulu. Besok, Lili akan kesini lagi kalau pikiran Om sudah sehat." pamit Lili, yang langsung ngeloyor pergi meninggalkan Doni yang semakin tergelak mendengar perkataan Lili.

"Kamu kira, pikiran ku sakit?" balas Doni yang tak bisa di dengar oleh Lili, karena pintu ruangannya sudah kembali tertutup.

"Menarik, dia seperti mawar merah yang menggoda tetapi memiliki duri tajam yang bisa melindungi dirinya dari tangan-tangan jahil," gumam Doni dalam hati, seraya menatap pintu ruangan miliknya.

tobe continue,,,

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

walau kecentilan lili masih BS jaga martabat nya sbg seorang perempuan..apik lnjt Thor

2024-05-26

1

susi 2020

susi 2020

😘😘😘

2023-09-16

1

susi 2020

susi 2020

🥰🥰😍

2023-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!