Halo, Bang Ijong!
Tau lagu Steelheart nggak, yang judulnya She's Gone?
Nah, lagu itu sangat cocok untuk menggambarkan sosok Bang Ijong.
Lho?
Lagu itu kan, ditujukan untuk perempuan?!
Dengerin dulu!
Author mau nyanyi, nih!
Oh, my gosh…
Sis Gon… 🎵
She's Gone, Thor… Bukan Sis Gon.
Lanjut nggak, nih?
Suka-suka lu aja dah, Thor!
Sis Gon… 🎵
Basis gondrong… oh… Ijong… 🎶
Oh---jadi, Sis Gon itu maksudnya basis gondrong? Bilang dong, dari besok!
Ini kenapa jadi ngebahas soal lagu, sih?
Kan, tokohnya musisi!
Jadi…
Jhonny Idris itu sebenarnya siapa?
Yang pasti… itu nama studio.
Di studio kecil itulah Devian dan Elijah berkutat sepanjang waktu, berjuang dan terus belajar demi mewujudkan mimpi besar mereka. Bersama Juna Lubis dan tiga personel lainnya, merakit kebersamaan, mendulang harmonisasi, merangkai nada demi nada, kata demi kata, bait demi bait, hingga tercipta sebuah lagu yang akan menghantar mereka ke panggung hiburan sebagai modal utama. Itu digeluti mereka setiap hari.
Apakah mereka tak pernah merasakan lelah?
Lelah, jenuh, jengah, bahkan frustrasi dan putus asa… itu adalah hal yang wajar dan pasti terjadi. Bahkan suasana hati dan masalah pribadi yang tidak terhitung banyaknya, hingga titik jenuh, bisa berdampak sangat besar dalam berkarya.
Setiap orang, siapa pun di dunia ini, akan mengalami jatuh-bangun dan mencapai titik jenuh, bahkan untuk hal kecil. Tidak seorang pun berdaya mengontrol pasang-surut kehidupan. Bahkan mereka yang telah mencapai puncak.
Apalagi mereka yang masih amatir.
Meski terbilang punya potensi, Babylon the Great juga memiliki banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasan. Hanya saja, mereka tidak menyerah. Apalagi sampai berhenti berkarya.
Sesekali mereka mungkin berhenti, hanya sekadar untuk menepi sesaat untuk kemudian kembali dan berjalan lagi.
Menepikan diri dan beristirahat, terkadang diperlukan untuk memulihkan diri.
Meski demikian, mereka tetap saling mendukung, saling mengisi, saling menyempurnakan, dan saling menutupi kekurangan satu sama laiin. Karena itulah sejatinya tujuan hidup berkelompok dan berkoloni.
Tak mudah menyatukan isi kepala beberapa orang tanpa saling memahami.
Dan tidak satu pun dari mereka memahami, kenapa studio itu dinamai Jhonny Idris, kecuali Jordan Lubis dan Juna Lubis.
Jhonny Idris lagi ajaaaahhh!
Padahal kan, tadi udah lupa.
Ya, udah lanjut…
"Gua pulang dulu!" Elijah berpamitan pada Devian setelah mengambil semua barang-barang pribadinya dari tempat konser yang sudah diangkut lebih dulu di mobil Juna ke studio seusai performance kemarin sore.
Nah, kan? Baru lanjut, udah mau pulang aja!
Jordan Lubis, cowok gondrong ganteng senior yang saat itu sedang membersihkan meja tunggu para pelanggan di pekarangan depan studio, langsung menyela sembari berkacak pinggang, tangannya memegangi serbet, "Baru juga nyampe, Lih?"
"Lah-lih, lah-lih! Emang gua Malih?" Elijah langsung merongos.
Gak ada ngeri-ngerinya!
Padahall pemilik studio itu sepuluh tahun lebih tua darinya. Meski masih tetap tampan.
Adiknya, Juna Lubis lebih tampan lagi. Namanya saja Arjuna. Usianya lima tahun lebih tua dari Elijah—seumuran dengan Evan Jeremiah. Tapi Juna terkenal judes---arogan dan bermulut pedas. Itu sebabnya terkadang dia juga dipanggil Judas.
"Lu balik lagi jam berapa, Malih?" Devian menginterupsi.
Elijah memelototinya sekarang. "Gua baru bisa keluar setelah jam makan malam," teriaknya setengah menggeram. Makan malam di rumahnya sudah menjadi… semacam wajib militer bagi Elijah. Sudah seperti jadwal ibadah. Ia tak bisa menghindarinya.
Setelah memelototi Devian, Elijah segera menghambur keluar gerbang tanpa menoleh lagi, angkot jurusan terminal yang biasa lewat di depan rumahnya sedang melintas di depan studio itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang ketika mereka sampai di studio. Dan Elijah sudah tak tahan ingin cepat tidur.
Tapi begitu sampai di rumah, ayahnya menghadang Elijah di teras depan sembari bersedekap---pertanda bahwa pengusaha paruh baya itu tidak sedang terbuka untuk negosiasi.
"Kamu tau nggak sekarang hari apa?" Ayahnya langsung menggeram. "Dua hari di Bandung, ngapain aja?"
"Motornya mogok, Dad!" jelas Elijah. "Aku kemaleman di jalan."
Ayahnya mengerang sembari memutar-mutar bola matanya. Lalu mendengus dan mendesah pendek. Tidak percaya dengan alasan Elijah. "Kamu dihukum, gak boleh keluar selama seminggu. Dimulai dari malam ini!"
"Tapi, Dad… malem ini aku ada latihan!" protes Elijah.
"Malam ini seharusnya kamu sudah mulai giat belajar, sebentar lagi ujian akhir semester! Masih mau sekolah gak, sih?" Ayahnya melotot tak sabar.
"Enggak," jawab Elijah—gak ngotak.
Ayahnya langsung terdiam. Ekspresi wajahnya tidak sedap dipandang.
Elijah tak mau tahu. Dia benar-benar lelah dan sangat mengantuk. Dengan menyeret langkah dan juga hardcase gitarnya, Elijah melengos melewati ayahnya sembari tertunduk, meniti tangga menuju kamarnya di lantai dua. Bahunya menggantung lemas di sisi tubuhnya.
Ayahnya menghujam punggung gadis itu dengan intensitas tatapan yang bisa membakar, dahinya berkerut-kerut antara prihatin dan merasa jengkel.
Elijah bisa merasakan tatapan orang tua itu membakar punggungnya. Tapi dia tidak menoleh.
Ia masuk ke kamarnya, menurunkan ransel dari punggungnya, melucuti jaket dan melepas sepatunya, kemudian menyisikan semuanya ke sudut kamar. Lalu bergegas ke tempat tidur tanpa cuci tangan, cuci kaki, dan cuci muka.
Anak perawan kok jorok banget!
Ia terlalu lelah untuk melakukan semuanya.
Tak sampai semenit, gadis itu pun jatuh tertidur. Dan baru terbangun pada pukul lima sore.
Ia turun ke ruang makan paling terakhir dengan hanya mengenakan celana pendek dan kaus kutung---setelan khusus kaum rebahan—untuk meyakinkan ayahnya bahwa ia tidak akan pergi ke mana-mana lagi.
Ketiga saudaranya, Keith, Noah dan Norah, menatap Elijah dengan wajah angker.
Pasti mereka semua abis "berbincang-bincang" sama Daddy, pikir Elijah merasa tergelitik.
Di rumah ini, ada peraturan keras di mana jika salah satu dari saudaramu melakukan kesalahan, semua dapat hukuman.
Peraturan itu sebetulnya dibuat supaya mereka bisa saling memantau dan saling mengingatkan satu sama lain. Tapi, yang terjadi justru malah sebaliknya. Mereka, biasanya saling menutupi kesalahan satu sama lain supaya tidak dihukum.
Jadi… begitu ada yang ketahuan, semuanya diajak "berbincang-bincang."
"Berbincang-bincang" dengan ayah mereka, sama artinya dengan sidang pidana rumah tangga, dengan ayah mereka sebagai hakimnya.
Elijah membekap mulutnya menahan tawa, kemudian menarik kursi di samping Norah.
Putri bungsu keluarga van Allent yang akrab disapa Ayang itu mendelik pada Elijah dengan raut wajah kesal.
Dari kolong meja, Keith menendang tulang kering Elijah dengan ujung sepatunya.
Hanya Noah van Allent yang tidak pernah menunjukkan emosi kecewa maupun menghakimi meski paling sering terkena dampak akibat kesalahan saudara-saudaranya, padahal dia sendiri hampir tak pernah melakukan kesalahan.
Mau tau panggilan Elijah untuk Noah?
Ay! Begitulah panggilan sayang Elijah untuk adik laki-lakinya.
Begitu pun sebaliknya. Mereka berdua saling memanggil seperti itu satu sama lain.
Berbeda dengan Keith. Panggilan Elijah untuk Keith adalah Beb---begitu pun sebaliknya.
Dan…
Khusus untuk si bungsu, mereka semua memanggilnya Ayang, termasuk ayah mereka dan semua orang yang mengenal Ayang. Tapi, tentu saja Ayang tidak memanggil begitu sebaliknya kepada semua orang.
Ayang berusia sebelas tahun, tapi tingkah lakunya seperti anak balita.
Noah—sebaliknya, usianya tiga belas tahun, tapi tingkah lakunya seperti pria dewasa berusia tiga puluh tahun.
Beda lagi dengan Keith. Keith berusia delapan belas tahun---sama dengan Devian. Tubuhnya tinggi besar dan kekar, tapi tingkah lakunya seperti anak perempuan berusia sepuluh tahun.
Dan… Elijah—you know, lah---bertolak belakang dengan Keith, tingkah lakunya seperti anak laki-laki seusia Keith.
Bisa dibayangkan?
Sebaiknya jangan!
Situasi keluarga ini… tak terbayangkan.
Bagaimana dengan ayah mereka?
Koen van Allent.
Bisa menjadi apa saja!
Kadang menjadi si tuan hakim yang begitu kejam, kadang menjadi ibu yang overprotektif, kadang seperti pendeta, kadang seperti petugas kepolisian, tapi kadang menjadi teman tim yang sangat hebat. Pendengar yang baik, sahabat yang keren, dan musuh yang tidak terkalahkan.
Pokoknya perfect!
Mau tahu, bagaimana Elijah menjulukinya?
Pacar Tua!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nusan
penggambaran keluarga aja bikin iri
2023-01-21
0
Gua Siapa
Hahahaha 🤣
Jadi sis gon itu bassis gondrong sial
2022-11-15
0
Machan
gua yakin ini kelakuan othor sengklek🤣🤣🤣🤣
2022-10-08
0