Verse-2

Dalam situasi seperempat genting, Devian akhirnya muncul sembari menguap.

Cowok gondrong keriting berkulit eksotis itu---ah, sebut saja hitam legam, memasuki ruangan dan berhenti di ujung gang antara deretan meja-meja di dekat Elijah sembari bertolak pinggang. "Ini ngapa yak, masuk kemari jadi berasa kek nyasar ke rawa-rawa?" cerocosnya tanpa dosa. "Isinya buaya mulu!"

Elijah spontan menoleh ke arah Devian setengah mendongak, untuk melihat wajahnya yang tanpa dosa itu.

Devian balas menoleh dan tertunduk memperlihatkan wajahnya pada gadis itu untuk memperjelas betapa dia tidak berdosa.

"Lu dari mana sih, Pé?" Mbak Suzy merongos pada Devian seolah dia Emak Nyak.

"Abis mandi," jawab Devian tanpa beban sedikit pun.

"Kok masih item?" Mbak Suzy ngelawak, yang secara otomatis ditanggapi gelak tawa seisi ruangan.

"Gua c i p o k putih, lu!" Devian mendengus sembari mendelik ke arah Mbak Suzy.

"Bawa anak perawan orang kagak tanggung jawab, lu!" Mbak Suzy melanjutkan omelannya sembari membungkuk di ujung meja untuk memunguti bola dari kabinet dan menyusunnya di atas meja.

"Au, luh!" Ceuceu Lenny menimpali sembari mendelik

Devian mengerling ke arah Elijah sembari menyeringai.

Elijah langsung mendengus dan memutar-mutar bola matanya dengan tampang muak.

Ardian Kusuma yang saat itu sedang berusaha membidik bola, melirik ke arah Elijah sembari tersenyum simpul. Barangkali dalam hatinya ia berkata, "Yang sabar, ya…"

Devian melingkarkan sebelah tangannya di bahu Elijah, "Cabut nyok, ke rawa-rawa nyang laen," katanya sembari menarik gadis itu keluar. "Di mari buayanya menang mangap doang lebar. Nyali sama isi dompetnya sama ciutnya!" cemoohnya sembari melirik ke arah KoMar.

Cewek-cewek wasit mendesis tertawa.

"Gua jumpshot mental lu ke rawa-rawa!" rutuk KoMar sembari menjujukan stik ke arah Devian. "Snook kan tuh, bola gua," gerutunya sembari menurunkan stiknya. "Taroan gede, nih!" cerocosnya membual.

"Bacot lu masih kurang gede, KoMar!" Devian meneriakinya dari ambang pintu.

"Lu mandi apa semedi sih, Pé?" Elijah menggerutu setelah mereka sampai di parkiran. "Lama banget!"

"Gua ketiduran," kata Devian dengan entengnya.

"Buseh!" Elijah spontan merongos. "Gak ada otaknya, lu!"

"Ada… cuma dikit!" Devian menjawab datar sembari menaiki sepeda motornya dan memasang helm, lalu menambahkan, "Itu juga letaknya di jempol!"

"Terus ngapa lu pake helm di kepala?" seloroh Elijah.

Devian menyodorkan helm lain ke arah Elijah sembari merongos, "Otak lu di jempol kaki, Malih!"

Elijah merenggut helm di tangan Devian sembari merengut, tak berdaya mendebatnya lagi.

Devian menyela sepeda motornya dan kendaraan terkutuk itu pun meraung mengeluarkan suara sember yang mendengking.

Elijah mengernyit sembari membekap kedua telinganya.

"Jiah!" Devian melengak. "Ikut kagak?" teriaknya di antara suara bising knalpotnya.

"Ya---ikut, lah! Kapan ceritanya gua yang mau pulang!" sembur Elijah tak sabar. Masih sembari mengernyit, ia pun memasang helmnya, kemudian naik ke boncengan.

Detik berikutnya, sepeda motor itu menghentak dan menggelinding meninggalkan parkiran.

"Kecilin, Woy!" Salah satu petugas security meneriaki Devian ketika mereka melintas di depan pos satpam. "Berisik, tau!"

Dikiranya suara knalpot bisa diputar dan dipencet-pencet?

Devian mengayunkan sebelah kakinya ke samping hingga si petugas security itu menyisi sembari tertawa-tawa.

Mencapai bagian luar pintu gerbang, suara bising sepeda motor lain yang sama kacaunya mendengking dari arah kelokan, dan secara mendadak Devian mengerem sepeda motornya hingga kepala Elijah tersuruk membentur punggungnya.

"Pelan-pelan, Setan!" Elijah menoyor kepalanya.

"Cari mati lu, ya?" hardik si pengendara sepeda motor satunya, yang secara otomatis membuat Elijah melongokkan kepalanya melewati bahu Devian dan terkesiap.

Pengendara sepeda motor yang hampir menabrak sepeda motor Devian itu ternyata Evan Jeremiah, bule tampan kearab-araban.

Nah—tu dia, si tampan… liwat lagi! batin Elijah girang.

Godain adek apa, Bang! harap Elijah dalam hatinya. Belepotan oli, belepotan oli, dah! batinnya kelojotan.

Tapi boro-boro nge-godain, ngelirik—barang sedikit juga kagak.

"Mati kok dicari?" gerutu Devian. "Kagak dicari juga ntar dateng ndiri. Minggir lu dari jalan gua!" hardiknya.

"Elu yang di pinggir, gua yang di jalan!" Evan balas menghardiknya. "Lu yang ngalangin jalan gua!"

"Gua akamsi!" gertak Devian membual.

"Gua akabri!" Evan pun tak mau kalah.

"Apaan lu, akabri?" Devian sontak terperangah, menunjukkan karakter aslinya---langsung t o l o l dalam sekejap.

"Anak Kabinet Republik Indonesia," cerocos Evan dalam sekali tarikan napas.

"Maksain amat lu, Bangsad!" sembur Devian.

Elijah berdesis menahan tawa.

Kedua petugas security di pos satpam menonton mereka sembari terkekeh.

Sepertinya Devian menemukan lawan yang setimpal untuk beradu argumen.

"Minggir!" desak Evan sembari mengedikkan setang, membenturkan ban sepeda motornya ke ban sepeda motor Devian. "Anak pejabat mau lewat!"

Devian kalah debat. Repot urusannya kalo udah ngelawan anak pejabat, pikirnya tak mau pusing. Lalu ia memundurkan sepeda motornya sedikit, meski sambil menggerutu. Sejurus kemudian, sepeda motor milik Evan meraung dan melesat cepat meninggalkan tempat itu, sementara sepeda motor Devian terhentak dan mati.

"Pake mati lagi, si kampret!" gerutu Devian, mengutuki sepeda motornya. "Romannya ciut denger anak pejabat?!"

"Itu temen lu, Pé?" Elijah mulai kepo.

Devian menyela sepeda motornya sembari menoleh ke belakang. "Ngapa lu, demen?"

Elijah cengar-cengir sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak terasa gatal. "Ganteng banget…!"

"Makasih…" timpal Dapé kepedean.

Senyum gadis itu langsung lenyap. "Bukan elu, Bang…" geramnya setengah menggumam, kemudian menjambak rambut Devian yang tersembul di bawah helmnya, sembari menambahkan, "Sad!"

"Sakit, De…" Devian meringis sembari menarik rambutnya dari cengkeraman tangan Elijah. Kemudian menambahkan, "O-eN-Ge-O!"

Tak lama kemudian mesin kendaraan itu kembali terbatuk-batuk, lalu mengentak dan menggelinding.

"Itu dia ngapain sih, muter-muter dari tadi?" Elijah melanjutkan sesi wawancaranya. "Gua liat udah dua kali dia muterin biliar selama gua di mari!"

"Nge-tes motor," jawab Dapé singkat. Sepeda motornya meluncur pelan memutari gedung biliar, dan sampai di bagian luar halaman belakang.

Sejumlah motor trail berderet di sepanjang tepian di bagian luar pekarangan gedung itu. Beberapa di antaranya sejenis dengan sepeda motor milik Devian---Yamaha RX King yang dimodifikasi.

Sebut saja, Harley Kutukan!

Tak jauh dari gedung itu terdapat sebuah sirkuit lumpur yang curam dan berkelok-kelok. Beberapa pengendara sepeda motor trail sedang beraksi di tengah sirkuit, sementara para pengendara sepeda motor modifikasi berkerumun di tepi sirkuit.

Evan berada di tepi sirkuit.

Mata Elijah spontan membulat dan berbinar-binar. "Wuah…" gumamnya terpesona. "Dia pembalap, Pé?" Elijah makin penasaran.

"Bukan! Dia knalpotnya!" seloroh Devian mulai capek. "Lu tau pan, knalpot racing?"

Elijah tak mau tahu. Mengingat setelah ini dia mungkin tidak punya kesempatan lagi untuk bertemu dengan cowok tampan empat belas karat, gadis itu mendadak hilang kendali dan mulai merengek-rengek. "Pé, ke sono yuk, Pé… gua pen liat, bentar aja!"

"Liat apa, lu?" Devian spontan merongos. "Knalpot racing?"

Elijah langsung cemberut sembari mendorong punggung Devian dengan sikap ketus.

Devian menyisi dan menghentikan sepeda motornya, lalu menoleh ke belakang. "Lu pen ngejar dia?" tanyanya sambil mengayunkan ibu jari ke arah sirkuit melewati bahunya.

Elijah memberengut antara menahan senyum dan menahan gengsi.

"Asal lu tau, ya…" Devian menggoyangkan jempolnya lagi, menunjuk ke arah sirkuit. "Dia… terkenal sebagai pembalap paling cepet," katanya dramatis.

"Terus?" Elijah mendelik setengah mencebik.

"Kalo lu pen ngejar dia, minimal lu harus bisa bawa motor dengan kecepatan di atas seratus. Lah, elu… bawa motor aja masih digotong!" cerocos Devian—gak pake lak-lakan, ujung jari telunjuknya mengetuk-ngetuk jidat Elijah di luar helmnya.

"Gua pan bukan pen ngajakin balapan, Pé…" erang Elijah sambari memutar-mutar bola matanya.

Kagak nyambung bat dah, ah!

Terpopuler

Comments

Nusan

Nusan

ngakak terus aku baca ini

2023-01-21

1

Gua Siapa

Gua Siapa

Asli ni novel natural banget menurut gue 👍
Seger aja bacanya gitu

2022-11-15

0

Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт

Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт

“Gua pen ngajakin ngurek belut, tau kagak lu, Pe?”

2022-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 Introduksi
2 Verse-1
3 Verse-2
4 Verse-3
5 Verse-4
6 Verse-5
7 Verse-6
8 Verse-7
9 Verse-8
10 Verse-9
11 Verse-10
12 Verse-11
13 Verse-12
14 Verse-13
15 Verse-14
16 Verse-15
17 Verse-16
18 Verse-17
19 Verse-18
20 Verse-19
21 Verse-20
22 Verse-21
23 Verse-22
24 Verse-23
25 Verse-24
26 Verse-25
27 Verse-26
28 Verse-27
29 Verse-28
30 Verse-29
31 Verse-30
32 Verse-31
33 Verse-32
34 Verse-33
35 Verse-34
36 Verse-35
37 Verse-36
38 Verse-37
39 Verse-38
40 Verse-39
41 Verse-40
42 Verse-41
43 Verse-42
44 Verse-43
45 Verse-44
46 Verse-45
47 Verse-46
48 Verse-47
49 Verse-48
50 Verse-49
51 Verse-50
52 Verse-51
53 Verse-52
54 Verse-53
55 Verse-54
56 Verse-55
57 Verse-56
58 Verse-57
59 Verse-58
60 Verse-59
61 Verse-60
62 Verse-61
63 Verse-62
64 Verse-63
65 Verse-64
66 Verse-65
67 Verse-66
68 Verse-67
69 Verse-68
70 Verse-69
71 Verse-70
72 Verse-71
73 Verse-72
74 Verse-73
75 Verse-74
76 Verse-75
77 Verse-76
78 Verse-77
79 Verse-78
80 Verse-79
81 Verse-80
82 Verse-81
83 Verse-82
84 Verse-83
85 Verse-84
86 Verse-85
87 Verse-86
88 Verse-87
89 Verse-88
90 Verse-89
91 Verse-90
92 Verse-91
93 Verse-92
94 Verse-93
95 Verse-94
96 Verse-95
97 Verse-96
98 Verse-97
99 Verse-98
100 Autro
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Introduksi
2
Verse-1
3
Verse-2
4
Verse-3
5
Verse-4
6
Verse-5
7
Verse-6
8
Verse-7
9
Verse-8
10
Verse-9
11
Verse-10
12
Verse-11
13
Verse-12
14
Verse-13
15
Verse-14
16
Verse-15
17
Verse-16
18
Verse-17
19
Verse-18
20
Verse-19
21
Verse-20
22
Verse-21
23
Verse-22
24
Verse-23
25
Verse-24
26
Verse-25
27
Verse-26
28
Verse-27
29
Verse-28
30
Verse-29
31
Verse-30
32
Verse-31
33
Verse-32
34
Verse-33
35
Verse-34
36
Verse-35
37
Verse-36
38
Verse-37
39
Verse-38
40
Verse-39
41
Verse-40
42
Verse-41
43
Verse-42
44
Verse-43
45
Verse-44
46
Verse-45
47
Verse-46
48
Verse-47
49
Verse-48
50
Verse-49
51
Verse-50
52
Verse-51
53
Verse-52
54
Verse-53
55
Verse-54
56
Verse-55
57
Verse-56
58
Verse-57
59
Verse-58
60
Verse-59
61
Verse-60
62
Verse-61
63
Verse-62
64
Verse-63
65
Verse-64
66
Verse-65
67
Verse-66
68
Verse-67
69
Verse-68
70
Verse-69
71
Verse-70
72
Verse-71
73
Verse-72
74
Verse-73
75
Verse-74
76
Verse-75
77
Verse-76
78
Verse-77
79
Verse-78
80
Verse-79
81
Verse-80
82
Verse-81
83
Verse-82
84
Verse-83
85
Verse-84
86
Verse-85
87
Verse-86
88
Verse-87
89
Verse-88
90
Verse-89
91
Verse-90
92
Verse-91
93
Verse-92
94
Verse-93
95
Verse-94
96
Verse-95
97
Verse-96
98
Verse-97
99
Verse-98
100
Autro

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!