"Masuklah Lily" Edward mempersilahkan Lily masuk ke dalam apartemennya. "Iya, Tuan" Lily masuk ke dalam Apartemen dengan Ragu.
"Tidak usah takut Lily, saya tidak akan membunuhmu" Edward terkekeh melihat Lily ketakutan.
"Tuan, Jam berapa saya boleh pulang" Tanya Lily dengan sedikit rasa takut. Lily belom pernah berdua dengan laki- laki dalam satu ruangan.
"Kamu tidak pulang Lily. Mulai sekarang kamu tidur disini. Itu kamar kamu" Edward menunjuk kamar yang akan ditempati Lily.
"Tapi saya tidak membawa baju ganti Tuan" ucap Lily. Dia memilin ujung kemejanya karena gugup.
"Kamu tidak perlu khawatir Lily, malam ini kamu bisa pakai kemeja saya . Besok kamu bisa pergi bersama Leon mengambil baju-baju kamu.
"Tapi Tu..
"Tidak ada tapi-tapi Lily. Ingat perjanjian kontrak kita. Kamu yang membuat tangan saya seperti ini" ucap Edward.
"Baik Tuan, Maaf kan saya" ucap Lily. "Ikut saya" Edward berjalan ke kamar utama.
Lyli mengekori Edward menuju kamar. "Buka Almari itu. Ambil satu kemeja untuk kamu pakai malam ini" Edward menunjuk Almari di kamarnya.
Lily mematung saat melihat ruang pakaian Edward. Ruangannya lebih besar dari kamar yang dtempati Lily sekarang. Lily hanya menelan salivanya berkali-kali.
Semua yang ada di apartemen bosnya sangat mewah. 10 tahun dia bekerja belum tentu bisa membeli salah satu benda yang ada di apartemen Edward.
"Malah bengong. Ayo masuk, cepetan dipilih. Habis ini kamu siapin air untuk saya mandi" ucap Edward.
Lily lalu memilih kemeja warna biru langit milik Edward. "Ini tidak apa-apa saya pakai? tapi kemeja ini harganya sangat mahal Tuan" Ucap Lily.
"Memangnya saya minta kamu untuk membeli kemeja saya" ucap Edward kesal. Kenapa anak ini polos sekali.
"Cepat siapkan air untuk mandi Lily. Saya sudah gerah ingin mandi" Raizel menuju kamar mandi.
Lily menuju kamar mandi utama. Dia mengisi bathtub dengan air dan minyak Lavender essential oil. Lavender essential oil bisa membantu badan lebih rilex, setelah seharian sibuk karja.
"Sudah siap air mandinya, Tuan" ucap Lily. "Bantu saya buka kemeja Lily" Edward berdiri menghampiri Lily.
Awalnya Lily malu karena dia belum pernah melakukannya. Tapi melihat tangan Edward di gips, dia merasa kasihan. Akhirnya dia membuka kancing kemeja dengan menghadap kesamping.
"Kalau kamu membuka kancing seperti itu, kamu bisa menyentuh yang lain Lily" Edward sedikit tersenyum menggoda Lily.
"Lihat kedepan Lily bukan ke samping" ucap Edward.
Lily menghadap depan tapi menundukkan pandangannya. Dia belum pernah mengalami situasi seperti ini.
Lily keluar kamar saat Edward mandi. Dia sangat gugup, jantungnya deg-degan. Dia tidak berani menatap Edward dari dekat. Takut dibilang lancang.
"Mumpung Tuan Edward mandi, aku juga mau mandi" gumam Lily dikamarnya. Lily berendam di bathub dengan air hangat.
"Heemmm...segar sekali berendam dengan air hangat. Badanku kembali bugar, setelah seharian bekerja" Lily bicara sendiri.
Sekitar 30 menit Lily berendam. Dia keluar dari kamar mandi. "Astaga!! kemejanya ketinggalan di kamar Tuan Edward, bagaimana ini?" Lily mondar-mandir di dalam kamar.
Lily keluar kamar dengan hanya menggunakan handuk dililitkan ke badan. Dia celinggak-celingguk berharap tidak ada Edward di luar.
Jalannya mengendap-ngendap seperti maling. dia terus memegangi handuknya takut melorot. Dia membuka kamar Edward, tenggok kiri tenggok kanan mencari sosok Edward ternyata tidak ada.
"Ah Aman, Tuan Edward pasti masih mandi" Lily berjalan jinjit. Dia malu kalau sampai Edward melihatnya hanya berbalut handuk setinggi paha.
"Ehheeeemmmm" Rania berhenti saat ada suara berdehem. Dia tidak berani menoleh. "Kenapa kamu mengendap-ngendap Lily?" tanya Edward. Edward menelan salivanya berkali-kali saat melihat Lily hanya memakai handuk. Kulit Lily yang putih mulus bak porselen tidak tertutup sempurna.
"Kamu mau ambil apa dikamar saya Lily?" Lili masih tidak berani menenggok kebelakang. Dia semakin kencang memegangi handuknya.
"Sa-saya ma-mau mengambil Ke-kemeja Tuan yang saya ambil tadi Tu-Tuan" jawab Lily terbata-bata.
"Ini yang kamu cari" Edward merentangkan kemeja yang di cari Lily. "Berbaliklah Lily" Edward melipat kemeja yang dia bawa.
Lily berbalik pelan-pelan, dia malu karena hanya memakai handuk. Lily hanya menunduk tidak berani melihat Edward.
"Mau sampai kapan kamu menunduk terus Lily" ucap Edward. Lily melihat kemeja yang dipegang Edward.
"Tuan, itu kemeja yang saya cari" kata Lily, dia menunjuk kemeja yang dibawa Edward. "Kamu sengaja meninggalkan kemeja ini di sini kan? tanya Edward.
"Tidak tuan, saya benar-benar lupa membawa kemeja itu, setelah menyiapkan air mandi untuk Tuan Edward. "Lalu kenapa kamu cuma pakai handuk ke kamar saya? kamu senggaja mau menggoda saya dengan handuk itu? Edward mencoba menggoda gadis polos itu.
"Tidak...tidak tuan. Di kamar saya hanya ada handuk ini. Jadi saya hanya memakai handuk setelah mandi" Lily sudah ketakutan dan hampir menangis.
"Saya tidak bermaksud menggoda Tuan Edward huuuhuuuu" Lily menangis ketakutan. "Hee..kenapa kamu menangis Lily. Saya cuma bercanda" Edward merasa bersalah, karena membuat Lily ketakutan dan menangis.
"Lily, saya tadi cuma bercanda. Sudah jangan menangis lagi, heemm" Edward memakaikan kemeja yang dibawa ke tubuh Lily.
Lily mengusap air matanya. "Ya sudah kamu kembali ke kamar kamu, nanti kita makan bareng" Edward mengusap pucuk kepala Lily.
Lily mengangguk. "Saya ganti baju dulu Tuan" Lily meninggalkan kamar Edward. "Lucu sekali anak itu, dia masih sangat polos" Edward geleng-geleng kepala.
Ting...tongg
Edward melihat layar kecil di tembok. Dia membuka kunci, lewat layar kecil itu. "Ini pesanan makanannya Tuan muda" ucap laki-laki tersebut. "Terima kasih James" ucap Edward.
"Tuan muda tidak pulang ke rumah? itu tangan kenapa Tuan?" tanya James khawatir. James adalah bodyguard Edward yang mengawasi dia dari jauh.
Edward tidak mau terlalu mencolok kalau diempat umum. Makanya dia menyuruh James berjaga dari jauh kalau dia di tempat umum.
"Tadi pagi ada kecelakaan kecil yang mengenai tanganku, ini tidak apa-apa James, jangan khawatir" ucap Edward.
"Kalau begitu saya permisi Tuan muda" ucap James. "Kamu sudah makan?" tanya Edward. "Sudah Tuan, saya permisi dulu" James berpamitan. "Hati-hati James" ucap Edward.
Edward menutup pintu, lalu dia menuju meja makan. Raizel meletakkan makanan yang dibawa James di atas meja.
Tok...tokk...tokkk
"Lily bantu saya menyiapkan makan malam" ucap Edward dari luar pintu kamar Lily.
Mendengar suara Edward, Lily langsung membuka pintu. "Iya Tuan" Lily keluar memakai kemeja Edward.
Gleeeekkkk
Edward tidak berkedip melihat Lily memakai kemeja biru langit tanpa memakai Bra. Dia menelan salivanya. Edward sekuat tenaga melawan hasratnya. Jangan sampai dia khilaf.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments