"Saya bertemu Lily di halte bus Pak Leon. Lily kabur dari rumah pamannya" kata Maria. "Coba Ibu ceritakan siapa Lily sebenarnya Bu Maria" ucap Leon.
Flashback On
Saat pulang kerja jam 5 sore. Maria menunggu bus yang akan menagantarnya dia pulang menuju rumahnya.
Maria duduk di sebelah gadis muda yang sedang menangis. Melihatnya menangis, Maria jadi tidak tega. Akhirnya Maria bertanya kepada gadis muda tersebut.
"Kamu kenapa nak, kok menagis?" tanya Maria. Gadis muda itu lalu mendonggakan kepalanya, dia ingin melihat siapa yang bertanya. "Saya kabur dari rumah bu" ucap gadis muda itu dengan tangis sesegukan.
"Namamu siapa nak?" tanya Maria. "Saya Lily bu" ucap Lily sambil menghapus air matanya. "Memangnya kenapa Lily kabur dari rumah? tanya Maria. "Saya sudah tidak tahan lagi tinggal bersama paman dan keluarnya Bu" jawab Lily.
"Apa yang dilakukan pamanmu dan keluarganya sampai membuat kamu kabur? tanya Maria penasaran.
"Saya selalu disuruh-suruh dan kadang saya juga tidak diberi makan kalau pekerjaan saya belum selesai bu" ucap Lily menahan tangisnya yang akan kembali pecah.
"Saya berniat mencari kerja dan tinggal jauh dari keluarga paman saya, bu" ucap Lily, kembali menangis. "Kasihan sekali kamu nak, kamu masih sangat muda" ucap Maria.
"Kamu mau ikut ibu? kebetulan ibu hanya tinggal bersama ibu saya" ucap Maria. " Apa saya tidak merepotkan ibu? tanya Lily.
"Tidak sama sekali. Kamu mau tinggal dimana memangnya, sekarang sudah sore sebentar lagi malam" Maria memegang tangan Lily.
"Nama ibu siapa? tanya Lily. "Saya Maria, panggil saja saya Bu Maria" ucap Maria. " Ayo itu busnya sudah datang kita kerumah saya saja dulu, nanti kalau kamu ingin cari tempat tinggal, saya bantu" Maria berdiri menuju bus yang akan mengantar mereka pulang.
Flashback off
"Jadi Lily tidak membawa ijasah pak, saat kabur dari rumah. Tapi saya yakin Lili anak baik Pak Leon" Maria meyakinkan Leon.
"Apa ibu tahu kalau Tuan Edward, patah tulang gara-gara kecerobohan karyawan baru itu" Leon berbicara tegas.
"Maaf pak, saya tidak tahu. Saya akan bicara dengan Lily untuk lebih hati-hati lagi dalam bekerja" ucap Maria.
"Bukan itu masalahnya Bu Maria. Pekerjaan membersihkan kaca bukannya pekerjaan karyawan laki-laki, kenapa bisa Lily yang mengerjakannya?" tanya Leon.
"Maaf Pak Leon, pekerjaan itu biasanya Bastian yang mengerjakannya tapi dia hari ini izin tidak masuk kerja karena ibunya sakit" Jawab Maria sedikit gugup.
"Ya sudah kalau begitu Bu Maria, meskipun Lily masuk kerja karena Bu Maria, Tuan Edward harus tahu. Nanti Tolong panggilkan Lily, untuk ke ruangan Tuan Edward" ucap Leon.
"Baik Pak Leon. Kalau sudah tidak ada yang dibicarakan lagi, saya pamit mau memanggil Lily" ucap Maria.
sesampainya Maria ruangan karyawan bagian bersih-bersih, Maria memanggil Lily. "Lily, kamu disuruh ke ruangan CEO sekarang" ucap Maria.
"Ada apa bu, saya kok jadi takut. Apa saya dipecat bu" ucap Lily gugup. "Tidak Lily. Tuan Edward hanya ingin tahu karyawan baru yang masuk di perusahaan" ucap Maria tenang.
"Ya sudah kalau begitu saya ke ruangan Tuan Edward bu" ucap Lily masih dengan perasaan cemas.
"Kamu sudah tahu Tuan Edward, Lily" tanya Amora. Lily menggeleng. "Hati-hati dia sangat kejam kalau soal pekerjaan" ucap Martin.
Tok...Tok...tookkk
"Masuk" ucap Edward dari dalam ruangan. "Se-selamat Sore Tuan Edward" ucap Lily gugup. Dia menundukkan kepalanya.
"Selamat Sore. Duduklah Nona" ucap Edward. Lyli berjalan ke arah sofa yang ada ditengah-tengah ruangan.
Edward berdiri dari kursi kebanggaannya dan duduk di depan Lily. "Nama kamu Lily? tanya Edward. "Iya, Tuan" saat menjawab Lily baru ingat kalau laki-laki yang didepannya sekarang adalah laki-laki yang dia tangannya tertindih dengan badannya tapi pagi.
Melihat gips menggantung ditangan Edward, Lily merasa bersalah. "Maaf kan aku tuan Edward, saya benar-benar tidak sengaja telah mencelakai Anda. Mohon jangan pecat saya Tuan. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini" Lily menangkupkan kedua tanganya ke depan dada.
Lily berharap dia tidak dipecat karena sudah mencelakai Edward tanpa disenggaja. "Siapa nama lengkap kamu nona? tanya Edward. "Lily White, Tuan" Ucap Lily.
"Umurmu berapa Nona?"
" 18 tahun, Tuan"
"Masih sangat muda. Apa kamu tidak sekolah?"
"Saya sudah lulus SMA tuan"
"Apa keluargamu tidak ingin kamu melanjutkan kuliah?"
"Orang tua saya sudah meninggal, Tuan. Saya tinggal bersama keluarga paman saya"
"Kamu masih ingin kerja disini?"
"Iya tuan. Mohon jangan pecat saya, Tuan"
"Ada 1 syarat yang harus kamu lakukan, kalau kamu mau tetap kerja disini"
"Syaratnya apa Tuan, apapun akan saya lakukan asalkan saya masih tetap kerja disini"
"Tangan saya patah karena, kecerobohan kamu. Selama 2 minggu kedepan saya tidak boleh melakukan aktivitas yang berlebihan. Tugas kamu adalah merawat saya sampai tangan saya sembuh. Mulai hari ini kamu akan tinggal diapartemen saya" ucap Edward.
"Tapi, Tuan. Bagaimana dengan pekerjaan saya saat ini?"
"Itu bisa diatur. Terserah kamu, kamu mau dipecat atau merawat saya sampai sembuh"
"Baiklah, Tuan saya akan merawat Tuan sampai sembuh. Tuan sakit juga karena kesalahan saya"
"Bagus. Sekarang ikut saya pulang"
"Saya ambil tas dulu di ruangan saya, Tuan"
"Hu'um kamu tunggu dibawah, nanti kita pulang bareng"
"Baik, Tuan"
Klekkkkk...
Bersamaan Lily berdiri, pintu ruangan Edward dibuka Leon.
"Loh, Nona Lily disini" ucap Leon
"Iya pak Leon. Tadi saya disuruh Tuan Edward ke sini" jawab Lily.
"Leon kita pulang sekarang" Edward berdiri, lalu mengambil ponsel di meja.
"Saya permisi Tuan Edward, pak Leon" Lily pergi meninggalkan mereka.
"Silahkan Nona Lily" Leon membuka pintu lebih lebar, supaya Lily bisa lewat.
sedangkan Edward hanya mangut-mangut. Lily lalu pergi meninggalkan mereka. Edward dan Leon juga keluar dari ruangan.
Setelah Edward dan Leon sampai di lantai dasar, Lily sudah berdiri di luar pintu kantor menunggu Edward pulang. Lily mengekori Edward dan Leon. Leon yang tidak tahu rencana Edward dengan Lily, merasa janggal dengan sikap tuannya itu.
"Tuan kenapa Nona Lily mengikuti kita" otak Leon penuh dengan tanda tanya.
"Kamu tidak Usah banyak tanya Leon. Dia akan ikut kita pulang" ucap Edward.
"Kerumah tuan besar?" tanya Leon penasaran.
"Bukan, ke apartemen aku. Dia akan mengurusku sampai sembuh" jawab Edward.
"APA!!! bagaimana kalau tuan besar bertanya tuan?"
"Bilang saja aku ingin tidur di apartemen untuk sementara waktu. Kamu yang pulang ke rumah kakek" ucap Edward.
Mereka terus saja berbicara sepanjang jalan menuju mobil. Sedangkan Lily hanya diam dibelakang mereka.
"Lily Kamu duduk depan, disamping Leon" ucap Edward.
"Baik, Tuan" jawab Lily.
Mereka bertiga akhirnya menuju apartemen Edward. Sedangkan Leon langsung pulang ke rumah utama keluarga Edward, setelah mengantarkan Edward dan Lily ke apartemen Edward.
To be continue...
Apartemen Edward
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments