Epsd. 3. Cinta itu bulshit

Pagi yang seharusnya menjadi pagi yang hangat, saat ini menjadi dingin. Dingin dikarenakan Fiona dan Dewa saling terdiam. Bukan karena sedang tak enak badan, melainkan Fiona sangat malu dengan sikapnya yang sudah menuduh Dewa yang bukan-bukan.

"Pada sakit gigi semua," sindir Felix.

"Ya sudah, aku sarapan di sekolah saja" ucap Felix tak jadi ikut sarapan.

"Eh... kaka mau kemana?" tanya Fiona.

"Kaka janji bertemu Kiara di Sekolah. Kau berangkat dengan om Dewa" jawab Felix kemudian pergi begitu saja.

Kini tinggal Fiona dan Dewa berdua dimeja makan. Fiona masih merasa sangat malu dengan tingkahnya petang tadi. Sedangkan Dewa dia masih bisa menyimpan rasa malunya dihadapan Fiona.

"Buruan dimakan keburu dingin," ucap Dewa pada akhirnya menyapa terlebih dulu.

"Sudah kenyang," jawab Fiona singkat.

"Darimana kenyangnya, apa mungkin terlalu lama memelukku semalaman" sindir Dewa membuat wajah Fiona memerah menahan malu.

"Apaan sih... ga jelas banget. Kejadian semalam bukan unsur kesengajaan, melainkan musibah" sahut Fiona selalu bisa menyangkal.

"Musibah?"

"Iya, musibah! kalau saja aku tak sadar aku yakin pasti om benar-benar akan memperko*saku" Lagi-lagi Fiona berpikiran buruk tentang Dewa.

Dewa tak menanggapi ucapan Fiona, dia masih terus melanjutkan sarapan paginya dengan elegant. Dikatakan elegant karena Dewa selalu makan dengan hati-hati dan bersih, memang sangat berbanding terbalik dengan sosok kejamnya. Dibalik Dewa Mandala yang dingin ternyata memiliki sisi yang lembut juga, hal ini yang sebenarnya membuat Fiona kagum terhadapnya.

"Segera habiskan makananmu, jangan memandangku terus... aku tahu, aku sangat menawan" ucap Dewa tanpa melihat Fiona yang diam-diam memperhatikannya meski mulutnya masih terus menggerutu.

Fiona langsung saja memiringkan bibirnya sambil meremas sendok ditangannya, ingin sekali sendok tersebut Fiona daratkan di wajah songong Dewa.

"Jangan terlalu benci, ga takut berubah cinta..." sindir Dewa kembali seolah memiliki mata batin.

Selesai sarapan, seperti biasanya Dewa akan mengantar Fiona ke sekolah sebelum akhirnya ke kantor.

"Jangan kemana-mana sebelum aku menjemputmu Fiona," pesan Dewa seperti biasanya.

"Iya... iya... bawel," sahut Fiona kesal namun dalam hatinya bahagia. Dewa kemudian melajukan kendaraannya.

"Fiona...," panggil Sunny bersama Kiara.

"Sunny... Kiara kau sekolah disini juga?" sapa Fiona.

"Hai anak papa...," sapa Alex.

"Papa Alex...," Fiona langsung saja memeluk Alex. Pasalnya Fiona sangat merindukan Alex yang sudah beberapa bulan tak menemuinya karena hal pekerjaan.

"Papa kenapa sekarang terlihat sedikit kurus?" tanya Kiara melihat Alex terlihat kurus.

"Kata siapa papa kurus? papa hanya sedikit mengurangi makan dari porsi sebelumnya," jawab Alex.

"Pa... papa ga boleh mengurangi porsi makan, Fiona ga mau papa sakit" ucap Fiona.

"Tuh kan... bener kan pa, Fio saja mengatakan papa kurusan. Berarti Sunny ga salah... iya kan Fio?" sahut Sunny.

"Terimakasih sayangnya papa sudah perhatian dengan papa," ucap Alex.

"Dimana Felix Fio?" tanya Alex.

"Bukannya ka Felix sudah berangkat pagi tadi... dia mengatakan akan menemui Ki--ara," jawab Fiona sambil melirik Kiara yang berada disamping Sunny.

"Sejak tadi kita hanya berdua Fio, tak ada Felix sama sekali" ucap Sunny memberitahu.

"Entahlah... Nanti biar aku kasih tahu kalau papa Alex sudah kembali," ucap Fiona kembali menyender di dada bidang Alex. Alex memeluk Fiona lalu mengecup ujung kepalanya.

Pemandangan seperti ini sudah menjadi hal biasa untuk Sunny. Dia tak sedikitpun memiliki rasa iri terhadap Fiona maupun Felix. Sunny sudah mengetahui semuanya alasan Felix dan Fiona memanggilnya dengan sebutan papa. Sunny justru sangat bahagia, karena mendapatkan keluarga yang mau menerimanya.

"Pa... Fiona masuk ke kelas dulu," Fiona melepaskan pelukannya lalu mencium telapak tangan Alex. Begitupun dengan Sunny dan Kiara, mereka berdua juga melakukan hal yang sama.

"Putri-putri papa yang rajin sekolahnya,"

"Siap papa," ucap ketiganya bersamaan lalu memasuki kelas.

'Fiona... tak terasa kau sudah tumbuh menjadi remaja, kecantikanmu mewarisi wanita yang pernah hadir di hidupku. Semoga kelak cintamu berakhir bahagia bersama orang yang kau cintai' batin Alex.

**

"Sejak kapan seorang Dewa bisa menaklukkan miss Andara...," sindir Revan. Pasalnya berhari-hari ajakan kerjasama perusahaan Mahendra group dengan perusahaan miss Andara tak ada tanggapan. Namun, selesai Dewa yang menemuinya tak menunggu lama miss Andara langsung saja menyetujuinya.

"Kau tidak mengancam akan membunuhnya bukan?" sindir Revan kembali.

"Bisa saja aku mengancamnya seperti itu bos, tapi sayangnya tanganku menolak untuk sebuah darah dari seorang bucin seperti dia" sahut Dewa.

"Sampai kapan kau menutup hati Dewa? sudahlah... bermainlah dengan cinta agar hidupmu berwarna," ucap Revan.

Dewa tersenyum mendengar ucapan Revan, "Cinta hanya membuat kacau dan aku tak pernah percaya cinta bos. Bagiku cinta itu bulshit,"

"Hahaha... jangan sampai ucapanmu berbalik suatu hari nanti Dewa. Bos besarmu saja pernah mengatakan ini, namun setelah mengenal cinta dia menjadi raja bucin," ucap Revan.

"Berbeda aku dengan bos. Bos masih menggunakan perasaan, sedang aku tak pernah melibatkan perasaanku" sahut Dewa.

"Ckk, sudahlah Dewa.. kau pegang ucapanku. Kau akan melebihi bucinnya Zacklee" ucap Revan sambil meninggalkan Dewa yang masih duduk di depan tumpukan berkas.

"Hhh... apa itu cinta, cinta itu bulshit" gumam Dewa menertawakan cinta.

Hari sudah menunjukkan pukul 1 siang, hampir 10 panggilan tak terjawab di ponsel Dewa tak Dewa gubris karena harus berhadapan dengan model serta artis internasional Andara Conelly. Awalnya Dewa menolak tugas ini, karena keisengan Shandy dan Revan, Dewa harus mendapatkan tugas tersebut. Alasan Shandy dan Revan memilih Dewa dikarenakan mereka memiliki feeling tak enak mengenai Dewa. Di usianya yang matang Dewa tak menyukai wanita. Basic Dewa memang di perkelahian serta ide cemerlang mengalahkan musuh, makanya dari Zacklee dan kawan-kawan berpikir jika hidup Dewa kurang berwarna tanpa wanita.

"Tuan Dewa, apa kau tak memiliki seorang yang spesial?" tanya Andara diluar tema pekerjaan.

"Maaf nona, apa saya perlu menjawabnya?" balik tanya Dewa.

"Jika tuan Dewa berkenan kenapa tidak," jawab Andara.

"Baik nona saya akan menjawabnya. Orang spesial tentu ada nona," jawab Dewa singkat.

"Ouh...," Andara membentuk mulutnya seperti huruf O.

'Siapa orang yang beruntung itu,' batin Andara. Ada perasaan kecewa dihati Andara.

"Baiklah nona, apa ada yang tak dimengerti lagi?" tanya Dewa.

"Sudah cukup," jawab Andara.

"Sekali lagi terimakasih atas kerjasamanya nona," ucap Dewa sebelum berpamitan. Andara hanya tersenyum lalu menundukkan kepalanya.

Selesai pertemuannya dengan Andara, Dewa mengambil ponsel dari sakunya, Dewa terkejut karena baru menyadari panggilan tak terjawab dari Fiona.

"Astaga! kenapa aku hampir lupa," ucap Dewa langsung menyahut kunci mobilnya.

"Dewa...," panggil Revan namun tak digubris membuat Revan sedikit berpikir ada apa dengannya.

Sementara di depan Sekolah, Fiona terus saja ngedumel kesal kepada Dewa. pasalnya sudah hampir 2 jam dia menunggunya.

"Dasar Dewa Samijan bisa-bisanya jemput telat! aku akan membuatnya membayar semuanya"

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!