episode lima

vanilla tak membantah, dia sudah tak ada pilihan jika dia tetap memilih jalan kaki ia akan semakin lama sampai kerumahnya. apa lagi dengan keadaan hujan yang kian deras.

"van lho kasih tahu gw arah jalan rumah lho dimana ya." ujar baskara lembut.

______

18:40

baskara benar benar sudah mengantarnya hingga ke rumah. setelah itu dia langsung pamit pergi dari sana karena memang dia sedang ada keperluan diluar namun tertunda karena melihat keadaan vanilla yang sendirian ditengah derasnya hujan.

beberapa saat suara kenalpot motor baskara mulai menghilang dari pendengaran. vanilla berjalan kearah rumah, hujan deras tadi sudah berhenti hanya tersisa rintik rintiknya saja.

"dasar perempuan ****** mau jadi apa kamu pulang jam segini di anter sama laki laki." suara menggelegar dari ayahnya ketika vanilla baru memasuki rumahnya lalu satu tamparan telak menyapa pipi kiri vanilla

"gak mikir apa banyak kerjaan dirumah ini dan kamu ke enakkan sama laki laki setiap hari pulang jam segini" ujar wanita paruh baya dari arah dapur .

"maksud bunda apa. vanilla baru hari ini yah pulang jam segini. dan vanilla punya alesan yang jelas. laki laki yang nganter vanilla itu juga temen sekelas vanilla." jelas vanilla dengan isak kan tangisnya

"alah banyak alesan kamu. dari dulu cuma nyusahin saya bikin malu. bahkan kamu sama dian adik kamu jauh berbeda dia gak banyak tingkah kayak kamu. " ujar ayahnya lagi

"yah vanilla anak ayah kenapa ayah gak pernah denger dulu penjelasan vanilla. selama ini vanilla selalu berusaha jadi yang terbaik tapi ayah gak pernh hargain sama sekali. apa susahnya percaya sama vanilla" ujar vanilla dengan emosi yang tertahan selama ini.

"saya gak yakin kamu anak saya, apa lagi setelah saya tau mamah kamu itu banyak main laki laki dibelakang saya. sekarang kamu bisa ngerti kan." ujar ayahnya dengan berlalu dari sana.

vanilla tak dapat mengontrol perasaanya kali ini depan bunda dan adik tirinya. gadis itu memukul wajah dan kepalanya berkali-kali bak kesetanan. membiarkan emosi itu keluar dengan menyakiti diri sendiri.

" dasar perempuan gila kamu. ayuk dian pergi ke kamarmu. jangan lihat orang gila seperti itu nanti kamu bisa ikutan gila." ujar wanita paruh baya tersebut. dian hanya diam tak memberi respon apapun mungkin ada sepercik rasa kasian namun dia menguburnya.

satu persatu ibu dan anak itu pergi dari sana. meninggalkan vanilla yang tengah susah payah menahan tangis. perlahan dia bangkit berdiri memaksa tubuhnya yang seolah habis tenaga terkuras karena memikirkan ucapan ayahnya. penglihatan seperti berputar dia memapah tubuh itu dengan berpegangan pada tembok dinding. sangat pelan akhirnya dia sampai pada kamarnya sendiri.

tepat setelah ia menutup pintu vanilla terjatuh pingsan ke lantai kamarnya.

______

08:20

langit begitu cerah dari sela sela jendela sinarnya masuk mengenai tubuh seorang gadis yang masih terbalut selimut.

"astaga ini jam berapa, tadi malam terakhir gw ngapain ya. perasaan belum sampe kasur." ujarnya mengingat ingat.

"siapa yang ngasih gw ini." ujar vanilla sendiri ketika menemukan handuk kompres di kepalanya.

perlahan vanilla turun dari kasurnya di atas meja tergeletak handphonenya yang sedang di charger. hendak melihat jam dari sana.

"gw kesiangan banget.." ujar lemas vanilla

kemudian tangannya bermain di atas ponsel itu melihat sebuah pesan yang dikirim oleh satu kontak untuk pertama kalinya.

kak langit

06:02

semalem lho demam. sekolah lho udah gw izinin ke guru. ayah bunda sama dian lagi keluar kota beberapa hari ada acara keluarga di sana. nanti sore gw baru pulang gw lagi cari kerjaan.

^^^08:04^^^

^^^iya kak makasih udah ngizinin aku.^^^

08:05

dibelakang ada satu nasi bungkus gw kurang suka lho makan aja.

^^^08:05^^^

^^^iya kak langit.^^^

vanilla diam sejenak. tak mau memikirkan apa pun yang dapat merusak perasaannya di pagi hari vanilla hanya berpikir setidaknya dia bisa menghilangkan rasa lapar perutnya dari kemarin.

vanilla bergegas ke dapur, tak bohong bahwa ketika keadaan rumah sedang tak ada siapa siapa rasanya begitu tenang. kini nasi goreng itu sudah dipindahkannya ke sebuah piring di atas meja. vanilla tau betul ini nasi goreng kesukaan kak langit hampir setiap hari kakaknya itu membeli di depan gang rumah mereka. dan hari ini sebagai bentuk alasan dia mengatakan bawah dia tak menyukainya. itu membuat hati vanilla merasa senang. dia merasa ini cara kakaknya mulai menyayanginya lagi.

dengan sangat lahap vanilla makan di atas meja yang sebenarnya sudah lama tak ia duduki. biasa vanilla akan makan setelah yang lain makan atau dia akan membawa makanan nya sendiri ke dalam kamar.

flashback on

sekitar jam setengah sepuluh, langit pulang kerumahnya entah mengapa malam itu dia orang pertama yang bubar dari klub motornya sendiri dengan alasan mengantuk.

sampai dihalaman rumah langit memarkirkan motor nya di bagasi lalu segera masuk kedalam. rumah itu telah sunyi hanya terdengar dentingan jam. langkah kakinya ia bawa kearah kamarnya namun entah mengapa kali ini langit justru mencoba membuka gagang pintu kamar vanilla yang tepat di samping pintunya.

"gak biasanya ga dikunci." ujar langit membuka pintu itu tanpa permisi.

dari sela pintu sedikit matanya langsung tertuju kearah kasur yang ternyata kosong. dinding kamar berwarna kuning itu terlihat tertata rapih beberapa gambar idol dipajang sedemikian rupa. langit tidak tau nama nama dari wajah pria yang menurutnya sama semua itu dia hanya tau bahwa itu adalah grup asal Korea Selatan yang dikenal dengan sebutan BTS. ah dia tak mau memperdulikan itu. sejak kecil mungkin ini kali pertama dia memasuki kamar vanilla lagi.

langit semakin membuka pintu dan memasukkan kakinya untuk semakin kedalam. namun baru dua langkah dia terkejut kala melihat vanilla sudah tergeletak di lantai dengan bibir pucat dan suhu tubuh yang tinggi. langit panik langsung mengangkat adiknya ke atas tempat tidur vanilla. dia bertanya tanya apa terjadi dengan adiknya, saat itu langit merasa bersalah. langit keluar sebentar meninggalkan vanilla di kamarnya dia mengambil kain kompres dengan air hangat untuk menurunkan demam vanilla,lalu segera mungkin kembali ke sana.

bibir pucat itu dan wajah yang sedikit memar di pipi kiri langit memperhatikan wajah yang sangat mirip dengan mamahnya itu. dapat disimpulkan bahwa vanilla baru pulang ke rumah dan mungkin dia terkena pukulan ayah nya lagi ketika langit sedang tidak ada dirumah, itu perkiraannya. semalaman langit menjaga vanilla ia bolak balik ke dapur hanya untuk menganti air yang sudah dingin dengan air yang masih hangat.

flashback off

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!