..."buatlah bahagia yang memang kamu ...
...jangan memaksa bahagia dengan tema ...
...orang lain"...
...______________...
seperti yang di katakan kemarin. hari ini vanilla berniat mengiyakan tawaran ica dan tarisa saat itu, dia sengaja tak langsung pulang setelah pulang sekolah tadi untuk bergabung dalam kegiatan dance itu dan berharap dapat memiliki lebih banyak teman dari sana. di sebuah ruangan aula, vanilla berdiri diam sejenak dari sela sela pintu vanilla dapat melihat beberapa siswi yang sedang bercengkrama yang diantaranya sudah ada ica dan tarisa.
karena melihat orang yang ia kenal vanilla merasa dia cukup memiliki keberanian untuk masuk ke dalam. perlahan dia mengetuk pintu dan langsung menyita perhatian keseluruhan yang ada di sana. kakinya yang hanya tinggal mengenakkan kaos kaki putih itu melangkah mendekat ke arah mereka. mata vanilla tertuju pada ica dan tarisa seolah meminta bantuan agar diperkenalkan.
lima menit sampai enam menit berlalu
hanya ada bisik bisik diantara mereka, keadaan seperti itu membuat vanilla semakin gugup dan takut. vanilla menyerah dia membalikkan tubuhnya bersiap meninggalkan aula. namun tanpa diduga satu tangan menyentuh pundaknya.
"lho mau kemana ?" ujar ica dengan tiba-tiba, mengurungkan niat vanilla untuk pergi.
"ee..em ga kemana mana ca" vanilla entah mengapa jadi se gugup itu
"ya udah ayuk latihan, anak anak udah lama nungguin lho, dan lho cuma berdiri diem doang." bisik ica sambil menepuk punggung belakang vanilla.
setelah itu ica memperkenalkan vanilla pada semua temannya yang ada di sana. terlihat ica begitu perhatian pada vanilla dengan sabar ica mengajar gerakan demi gerakan secara perlahan. seseorang diantara mereka hanya diam memperhatikan semua.
setelah hampir dua jam berlangsung. mereka semua beristirahat diruang yang sudah ada pendinginan nya itu pun tetap membuat mereka merasa kepanasan.
"duh haus banget .." ujar tania salah satu dari teman baru vanilla di sana.
"iyaa mana males banget ke kantin" keluh yang lainnya yang bernama sari
"yang mau beli minum sini sekalian nitip aku beliin." ujar ica
"jangan lho lah ca. lho udah cape ajarin kita kita apa lagi harus ngajarin anak baru dari awal." timbrun anak lainnya
"mending suruh tuh anak baru. punya inisiatif sendiri kek." ujar tania sambil mengibas sebuah buku dengan tangan kanannya.
vanilla beranjak berdiri tak ada salahnya juga memang seharusnya dia membantu teman teman yang sudah membantu nya. toh beli minumannya masih di area sekolah jadi tidak terlalu jauh.
"iya ca, biar aku aja yang beliin. kalian istirahat dulu." ujar vanilla dengan senang hati
"mana uangnya?" ujarnya lagi sambil tersenyum menengadah tangannya pada yang lain.
"pkek uang lho dulu ntar kita ganti." ujar sari kemudian diikuti yang lainnya.
vanilla diam, uangnya masih cukup untuk membeli 6 minuman. tapi itu berarti dia harus jalan kaki kerumahnya hari ini.
"kenapa takut gak di ganti." tania berkata sambil menghentikan acara kipas kipasnya matanya menatap tajam vanilla, tania memang anak yang sedikit emosional bahkan banyak ditakutin di sekolah.
"yasudah aku beliin dulu ya." ujar vanilla sambil berlalu dari sana.
______
17:20
vanilla berjalan menaiki anak tangga karena aula yang berada di lantai dua. hampir semua ruangan yang ia lewatin tidak ada siapapun lagi dikedua tangannya sudah ada plastik hitam yang berisi 6 minuman. agak sedikit lama dia membelinya, karena kantin didalam sekolah ternyata sudah tutup jadi ia membelinya di warung yang ada di luar area sekolah. sedikit tergesa-gesa namun akhirnya tiba juga.
"lho lama banget sumpah." ujar tania sambil mengambil minuman yang baru diletakkan vanilla.
setelah mereka meminum minumannya masing-masing, mereka merapihkan ruangan seperti semula dan bergegas meninggalkannya.
satu persatu semua sudah menemukan jemputan dan ada pula yang memang membawa kendaraan masing-masing. k
ica dan tarisa sudah siap dengan sepeda motornya masing-masing
"la lho mau bareng gw pulangnya." ujar tarisa pada vanilla.
"lho pulang aja tar ntar vanilla bareng gw kan cuma gw yang satu arah sama dia." ujar ica
"lho yakin ca..ini udh sore banget jangan maen maen dulu." tanya tarisa sedikit ragu pada teman dekatnya. karena tarisa sangat tahu seperti apa ica ketika sudah membenci seseorang.
"iya lho santai aja. buruan balik sana." ujar ica
kemudian tarisa berlalu dengan sepeda motornya. langit sudah mulai mendung sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
vanilla mengangkat sedikit rok miliknya karena hendak naik ke atas motornya ica.
"lho mau ngapain." ujar ica yang membingungkan vanilla.
"ki..kita pulang bareng kan ca." ujar vanilla dengan percaya diri.
"pulang aja sendiri." ujar ica tanpa diduga begitu saja berlalu.
vanilla diam menatap kepergian ica yang terlihat semakin jauh meninggalkannya sendirian, rasa sesak itu menjalar kembali ke rongga dadanya. dia terus mencari tahu dan mengingatkan ingat kesalahan apa yang dia lakukan. satu tetes dari langit turun mengenai hidung mancung nya, hal itu berhasil menyadarkan vanilla untuk segera pergi dari sana.
teringat uang untuk pulangnya sudah habis terpakai dan gadis itu tak berani menanyakan kembali uang itu karena takut dia akan dikatakan perhitungan atau sebagainya. jadilah pilihan terakhirnya adalah berjalan kaki menyusuri jalanan itu. bajunya sudah dibiarkannya basah. dia menggenggam ponselnya yang hampir mati tak tau ingin menghubungi siapa. sungguh ketakutan hinggap di dirinya segala kemungkinan terburuk dia bayangkan. ini untuk pertama kali dia pulang sangat terlambat. walaupun jika diingat ingat takkan ada yang perduli dia pulang ataupun tidak. dia hanya takut tak ada ketika salah satu penghuni itu membutuhkannya.
karena lelah dia berhenti sejenak dibawah pohon rindang di pinggir jalan, kakinya terasa sakit satu tetes air mata jatuh namun segera tersamarkan oleh air hujan yang ada di wajahnya. jalanan sangat sepi bahkan hanya ada beberapa kendaraan bermotor yang melintas. di sebrang jalan ada satu motor yang berhenti di sana seperti tengah memperhatikannya sama seperti dia yang juga sedang memperhatikan siapa diseberang itu. sangat sulit untuk melihat dengan keadaan hujan yang begitu deras.
kemudian motor itu mendekat menghampiri vanilla dengan wajah khawatir ia melepas jaket kulit miliknya dan memakaikan pada vanilla yang hanya terdiam sambil bergetar bibirnya karena kedinginan.
"lho kenapa masih disini." ujar baskara dengan suara yang sengaja dibesarkan agar dapat didengar oleh vanilla. vanilla hanya diam tak menjawab apapun.
"yaudah gw anter lho pulang sekarang, lho bisa sakit klo masih disini." ujar baskara kemudian menarik vanilla kearah motor.
vanilla tak membantah, dia sudah tak ada pilihan jika dia tetap memilih jalan kaki ia akan semakin lama sampai kerumahnya. apa lagi dengan keadaan hujan yang kian deras.
"van lho kasih tahu gw arah jalan rumah lho dimana ya." ujar baskara lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments