episode dua

..."tidak ada rumah padahal ...

...aku sudah dirumah"...

_____________

07:25

langkah sepatu itu sedikit tergesa-gesa menapak semakin dekat di depan gerbang yang sebentar lagi tertutup rapat. pagi ini vanilla bisa dikatakan terlambat seperti biasa bukan karena bangun kesiangan tapi terlalu banyak tugas tugas pekerjaan rumah yang harus terlebih dulu untuk ia selesaikan. cukup menyita waktu bahkan dia harus terburu-buru menghabiskan sarapan paginya. selain memang disuruh vanilla juga tak mau hanya membebani saja setidaknya dia memiliki jasa dirumah itu dan bukan sekedar numpang tidur, itu pikirnya.

"anak perempuan kebiasaan bangun kesiangan." cetus satpam yang kembali sedikit menarik gerbang untuk memberikan jalan masuk. vanilla diam saja tak berniat menangapi toh bersyukur dia diizinkan masuk.

untung kelas belum dimulai gadis itu segera duduk pada bangkunya yang terletak tidak didepan tidak juga terlalu belakang. satu tarikan napas panjang lalu dibuang begitu saja lega rasanya, dia tersenyum untuk menyemangati dirinya memulai hari ini.

sebuah buku berwarna kuning muncul dari belakang ke samping wajahnya. tidak kena hanya mengagetkan saja. vanilla menoleh

melihat pria yang semalam mengirim pesan padanya.

"ow makasih, baskara" ujar vanilla seolah memberi jeda karena sedikit mengingat namanya.

"wah ternyata kamu juga masih ingat nama gw.." dengan begitu antusias

"kan semalem lho ngasih tahu." jawab vanilla kembali berbalik menghadap ke depan. padahal baskara kira vanilla memang mengingat namanya bukan karena dia yang memberitahu.

"ehehe iya yah" baskara menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.

dari arah pintu seorang guru muda masuk dengan suara iringan sepatunya membuat gerakan cepat semua Murid duduk rapih pada bangkunya masing-masing. pelajaran pertama itu dimulai dan berjalan dengan baik hingga berakhir.

11:30

jam istirahat

"la ke kantin yuk kita mau ke sana." ujar ica teman sekelasnya. dari awal masuk ica memang yang terlihat sangat asik dan terus mendekati vanilla untuk sekedar berkenalan.

sebenarnya vanilla senang dia merasa ada seseorang yang mau berteman dengannya tapi dia seperti bingung cara berbaur dengan yang lain bagaimana. ada banyak ketakutan yang ia pikirkan. namun kali ini dia seperti memaksakan diri untuk berani. apa lagi dia seperti tidak punya alasan lain untuk menolak ica untuk kali ini.

"iyaa ca gw beresin buku buku sebentar" ucap vanilla sambil membalas senyum ica dan tarisa.

mereka mengamati vanilla yang tengah sibuk memasukan buku itu satu persatu ke dalam tasnya.

"oya la lho ga ikut ekskul apa gitu atau ga lho kalo mau ikut ekskul dance aja bareng kita, apa lagi mau ada perlombaan antar sekolah kebetulan kurang anggota juga nih kita."

"iya la lho ikut aja yah pokoknya, oke." ujar tarisa sedikit memaksa sambil mengacungkan ibunya.

"hm gimana ya, aku pikir-pikir dulu ya." jawab vanilla tengah meminta waktu untuk mempertimbangkan.

"yasudah deh kita tunggu sampe besok ya kabar baiknya." ujar ica.

"yaudah yuk ke kantin keburu abis waktu jam istirahatnya nih." ucap vanilla yang telah selesai membereskan barangnya.

" yuk.."sahut tarisa.

________

disebuah rumah yang cukup mewah dan elegan terlihat beberapa pelayan yang sedang membersihkan isi rumah. lalu salah satu dari mereka tengah meletakkan sebuah kopi yang kemudian diletakkan ke atas meja ruang tamu itu.

kaki yang di luruskan terangkat keatas kursi tanpa meninggalkan sepasang sepatu tali yang melekat di kaki.

"kamu butuh uang lagi langit. apa yang kemarin mamah masih kurang juga." ujar wanita paru baya yang tak lain adalah ibu yang melahirkan langit dan vanilla.

"gw gak pernah minta uang selama ini. dari awal gw nemuin lho emang lho nya aja yang mikir gw minta duit." ujar langit apa adanya tanpa berniat merubah posisi.

dia datang menemui mamahnya sebenarnya hanya rindu saja bukan karena uang. justru mamahnya yang cepat cepat memberikan dia uang dengan maksud agar langit segera pergi dari hadapannya, jahat memang.

"terus apa lagi." ujar mamahnya sedikit kesal kemudian duduk di kursi yang kosong. entah apa yang dipikirkan wanita itu bahkan tak terbesit sedikitpun rasa rindu pada anaknya terutama vanilla.

"temuin vanilla, gw tahu dia rindu banget sama lho. dari kejadian itu lho ga pernah mau tahu tentang dia apa lagi nemuin dia." ucap langsung dari langit yang memang tidak suka berbelit-belit dalam bicara.

"udah deh langit sekarang kamu pulang saya gak mau bahas siapapun itu tadi. oya jangan lagi kamu datang ke rumah ini ngerti!" ujar rida seolah tak mau memperdulikan apa yang dikatakan langit barusan

seketika langit bangun menghempas cangkir teh yang sama sekali belum diminum itu pecah berkeping-keping kelantai. membuat rida mamahnya tersentak kaget oleh gerakan seketika itu.

"lho gak pantes disebut perempuan! hati batu! lho cuma ngelahirin dia ke dunia yang keras ini. terus lho tinggal pergi gitu aja" sarkas langit membuat rida berdiri lalu mundur perlahan.

"saya gak perduli. saya nyesel pernah nikah sama ayah kalian dan saya lebih nyesel ngelahirin anak kurang ajar kek kalian!" ujar rida lagi dengan nada suara yang juga keras

tak lama kemudian datang penjaga hendak menarik paksa langit karena membuat keributan di rumah majikan mereka.

"gak usah pak saya bisa jalan sendiri. saya cuma mau ngomong sama perempuan ****** ini prempuan yang gak punya rasa tanggung jawab. jangan pernah nyari anak anak yang kamu buang sejak kecil disaat kamu udah butuh suatu hari nanti!" ujar langit yang kemudian bangkit pergi keluar setelah membuat kekacauan barusan.

langit berjalan menjauh kearah halaman rumah dengan langkah kaki panjangnya itu naik keatas motor sport nya dan meninggalkan tempat dengan rasa emosi yang memenuhi kepala dan dada.

wanita itu hanya diam ntah apa yang ada di dalam pikirannya lalu dengan segera dia pergi dari tempat itu kemudian masuk kedalam sebuah pintu yang sepertinya kamar miliknya tersebut.

_________

23:20

vanilla tengah keluar kamar hendak mengambil minuman untuk menyegarkan tenggorokannya. namun tak lama saat hendak masuk ke kamarnya dari arah depan terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang terdengar sangat lambat itu membuat vanilla penasaran seingatnya dian sudah lama masuk ke kamarnya begitupun ibu tirinya dina. jika ayahnya juga tidak mungkin yang vanilla tahu ayahnya baru pagi tadi berangkat kerja keluar kota. hanya ada kemungkinan kak langit yang bisa jadi baru pulang dari luar.

"kak lho kenapa jadi sering mabuk gini sih. kalo ayah tahu bisa marah lagi." ujar vanilla ketika melingkar kan tangan langit ke pundaknya agar membantu pria berhoodie hitam itu bangun karena ketika vanilla telah menemukan yang datang benar langit gadis itu sudah menemukan kakaknya sempoyongan lalu berakhir jatuh ke lantai.

susah payah vanilla membawa badan yang lebih berat dari badannya itu kek kamar yang tepat di samping kamarnya itu.

vanilla membaringkan kakaknya di atas kasur lalu tak lupa melepas kedua pasang sepatu itu kemudian memberikan selimut ke tubuh langit.

namun ketika vanilla hendak beranjak keluar tiba-tiba langit merancau yang membuat dada vanilla terasa sesak mendengarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!