Dira saat ini termenung. Pikirannya menjadi kosong. Perjodohan yang telah diumumkan oleh opungnya membuatnya galau dan bimbang. Dia kembali memikirkan sekolahnya.
Jika dijodohkan bagaimana dengan nasib sekolahnya. Apakah ia harus berhenti sekolah jika menikah muda. Atau keluarganya akan menikahkannya setelah lulus sekolah nanti?
Semua itu belum terjawab. Setelah pengumuman penting sebelum perayaan acara tahun baru, seluruh keluarga justru senang dengan keputusan itu. Sudah 10 tahun keluarga besar Tampubolon menantikan momen ini. momen dimana paribannya si boru panggoaran akan menikahinya.
Perjodohan sudah dibicarakan sejak Dira duduk di sekolah dasar. Dia anak-anak yang hanya bisa bermain. Tapi karena hutang keluarga yang melilit memaksa Dira untuk mendewasakan dirinya sejak dini.
Ia harus terjebak dalam perjodohan keluarga yang menurutnya sangat konyol. Anak kecil akan dinikahi oleh pria tua. Hutang keluarga Dira pada kelurga Defan sangat banyak hingga mencapai 500 juta.
Dira bingung apa saja yang dilakukan oleh bapaknya hingga memiliki hutang sebanyak itu. Mengapa hutang-hutangnya malah dibebankan kepada boru panggoarannya sendiri.
"Bagaimana Dira, kau sudah siap martumpol sama si Defan?" tanya opung Parulian usai mengumumkan perjodongan itu.
Dira diam. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Hatinya mengatakan dengan keras menolak perjodohan ini. Ia masih ingin menikmati masa remajanya. Bersenang dengan teman-teman sesuainya daripda harus mengurus suaminya nanti.
"Aku nggak bisa pung!" tolak Dira dengan suara lembutnya.
Semua keluarga melihat wajah Dira. Dira malu karena mendapat tatapan tajam dari seluruh keluarga. "Apanya yang nggak bisa? ya kau harus mau! nggak bisa nolak," tegas opung dolinya.
"Aku masih sekolah pung. Kalau aku kawin sama bang Defan gimana sekolahku," tanya Dira polos.
"Ya kau tetap sekolah! jangan kau bilang sama kawan-kawanmu kalau kau udah kawin. Sampai lulus sekolahmu baru kau boleh bilang sama kawanmu. Pokoknya sekolahmu nggak terganggulah," ketus opung doli.
Dira menundukkan kepalanya. Meski ia seratus kali menolak perjodohan ini, perjodohan tetap akan berlangsung.
"Udahlah pak. Nggak perlu bapak tanya-tanya si Dira. Langsung aja kita bikin acaranya. Nanti lama-lama cintanya dia itu sama suaminya," ujar Sahat pada Matua, opung doli Parulian.
Sahat tak memperdulikan perasaan boru panggoarannya. Percuma selama ini dia dipanggil pak Dira, tapi tidak ada rasa kasih sayangnya pada boru sasadanya. Ia malah memaksa anaknya nikah dengan orang yang tak dicintainya.
Demi kepentingan pribadinya. Sahat hanyalah seorang buruh pabrik. Tapi kelakuannya yang suka berjudi dan mabuk-mabukan yang membuatnya menderita hingga penderitaan pun dirasakan oleh keluarganya.
Anak-anak yang tak bersalah terpaksa memiliki kehidupan yang sulit karena ekonomi yang sulit. Hasil kerjanya ia habiskan seorang diri untuk bermain judi.
Beruntung saja Sahat tidak suka main perempuan. Dua kegiatan yang suka ia kerjakan hanya mempersulit dirinya dan keluarganya.
Hutang bukan hanya pada kelurga Defan, tetapi ia juga sering berhutang pada teman-temannya hingga koperasi pabrik untuk biaya makan dan rokoknya. Terpaksa Sahat juga harus gali tutup lobang dari hasil gajinya.
Itulah yang membuat istrinya, Rosma harus menanggung malu akibat kelakuan suaminya. Bahkan Rosma juga selalu disalahkan di keluarga Tampubolon karena tak bisa menasihati suaminya sendiri.
Rosma juga harus banting tulang berjualan subuh-subuh di pasar demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Kerja serabutan sudah menjadi hal biasa bagi Rosma selama ia bisa menafkahi anak-anaknya.
Kini ia tak lagi mengharapkan gaji suaminya karena setiap gajian sudah habis untuk membayar hutang demi kebutuhan pribadi Sahat sendiri.
Menjengkelkan. Itu yang dirasakan Dira. Dira berkali-kali meminta agar mamaknya menceraikan suami tak becus seperti bapaknya saat ini. Tapi didalam adat batak tidak mengenal kata cerai.
Bahkan didalam agama mereka juga melarang adanya perceraian. Menikah hanya sekali seumur hidup bagi mereka.
"Dira ikuti saja kata opungmu!" tegas Sahat pada putrinya.
Dira mengangguk lemah. Sia-sia saja dia menolak perjodohan itu. Sementara Defan pasrah menerima tuntutan keluarga yang memintanya untuk menikahi Dira.
Defan pria mapan yang dingin juga tak pernah sempat berpacaran. Ia hanya fokus pada sekolah dan karirnya saja. Makanya diusia 27 tahun, dia juga tak memiliki pacar.
Belum lagi dengan sikap arogannya yang dingin, kaku bahkan sombong membuat para perempuan yang mendekatinya langsung pergi meninggalkannya.
"Udahlah! Resmikan aja minggu ini mereka martumpol. Biar sah ikatannya. Jadi si Defan ini juga nggak bisa punya pacar lain," ucap namboru Dira alias mamanya Defan, Melva Tampubolon.
Melva melanjutkan ucapannya. "Udah lama ku peringatkan sama si Defan kami ini. Jangan sampai lah dia punya pacar. Si Dira udah cukup jadi istrinya. Biar nggak kemana-mana keluarga kita ini"
Melva sangat mendukung Dira menjadi menantunya. Meskipun adik laki-lakinya dengan kondisi ekonomi yang melarat. Ia justru ingin agar calon menantunya ini terangkat derajatnya. Apalagi anak adiknya sendiri.
Dia justru tak rela jika Defan menikahi wanita lain yang bukan dari keluarga Tampubolon. Maksud hati biar nggak kemana-mana harta keluarganya dan tetap berada ditangan Tampubolon. Itulah yang dia pikirkan selama ini.
"Aku nggak punya pacar ma. Aku terima dijodohkan sama siapapun. Masalahnya si Dira mau apa enggak," jawab Defan datar.
"Nggak usah kau pikirkan tentang si Dira. Lama kelamaan maunya dia itu," balas Sahat.
"Iya tulang! yang penting Dira mau menikah samaku," sahut Defan.
Perjodohan tanpa memihak suara si calon pengantinnya sendiri. Tak ada yang mendengarkan isi hati Dira. Penolakannya barusan tak digubris oleh keluarga besarnya.
Ia harus berbesar hati menerima perjodohan. Mungkinkah Defan jatuh cinta pada anak kecil sepertinya sehingga menerima perjodohan itu?
Rosma, mamaknya Dira sebenarnya tak tega dengan kondisi anaknya yang masih kecil harus dipaksa untuk menikah demi melunasi hutang-hutang suaminya. Tapi dia juga tak punya uang sebanyak itu untuk menutup hutang pada iparnya sendiri.
Suaminya juga malah lepas tangan karena merasa tak akan mampu melunasi hutangnya yang banyak.
"Udahlah kelen siapkan aja acara martumpolnya. Minggu ini harus sudah siap. Gausah pala banyak yang diundang, cukuplah keluarga besar aja," imbuh opung boru Parulian.
Semua sepakat akan menggelar acara tunangan antara Defan dan Dira. Acara itu akan disiapkan oleh keluarga Defan. Dalam acara martumpol itupun akan dibicarakan berapa sinamot yang akan diberikan keluarga Defan kepada Keluarga Dira nanti.
"Jadi gitulah yah! udah pas rencana kita. Akhirnya kita bisa mempertahankan mereka yang marpariban ini," ucap opung doli Parulian yang senang dengan kesepakatan perjodohan ini.
*****
Persiapan acara martumpol telah digelar. Acara sederhana tapi terlihat mewah. Keluarga Defan tidak main-main soal menggelar acara meski hanya didatangi oleh keluarga besar saja.
Sengaja mereka tak mengabarkan tentang acara martumpol ini kepada kerabat-kerabat yang lain karena Dira masih berada dibawah umur.
Dalam acara martumpol itu sekaligus diperbincangkan tentang mahar dalam pernikahan. Marhata sinamot itulah yang paling penting bagi keluarga Dira.
"Jadi berapa lah yang kalian minta untuk boru kita ini," ucap uda Dira, Sohit Tampubolon.
"Kalau kami maunya 1M lah. Tinggal kalian kurangkan aja dari hutang kami. Masih adalah sisa 500juta lagi. Dan untuk acara, tetap pihak laki-laki yang membuatnya," ucap Sahat dengan santainya.
^^^Ia seperti sedang bernegosiasi untuk menjual boru panggoarannya. Harga tinggi yang diberikan memang tak membuat terkejut kakak kandungnya, yang memiliki nilai kekayaan melimpah dan sangat banyak.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Suryavajra
akhirnya dapat juga novel yang bagus di noveltoon ini.
2024-01-27
1
antha mom
sahat,,,sahat kamu itu jual Boru mu atau menikah kan anak mu sama pariban nya,,🤦♀️🤦♀️
2023-07-10
1
Anisa
suka cerita y
2023-01-13
2