Semua sahabat Dira bertanya-tanya dan seolah tak percaya, sahabatnya yang miskin malah masuk ke dalam mobil mewah bahkan disupiri oleh pria tampan dan kaya raya.
"Wee kita harus tanya Dira, cowok ganteng itu siapa? gila!!! Dira bisa dapat cowok kaya abang itu. Aku aja nggak nolak kalau diajak pacaran sama dia," ucap Shinta dengan semangat.
"Hushh nggak boleh gitu. Mungkin aja itu sodaranya Dira. Lagian cowok seganteng itu mana mau sama kau. Bisa aja dia maunya samaku," ketus Jenny sambil memalingkan wajahnya.
"Udah-udah! besok langsung kita tanya aja sama Dira. Sebenarnya Dira itu kenapa ya? aku penasaran kali loh dia ngapain akhir-akhir ini sampai jarang kumpul sama kita," keluh Carol pada dua sahabatnya itu.
Jenny dan Shinta dengan serentak mengatakan "Sibuk pacaran kali". Carol langsung menatap tajam kedua temannya itu.
"Loh barengan gitu kelen! pacaran sama abang yang tadi ya?" kekeh Carol membuat iri kedua sahabatnya karena ia tahu mereka juga ingin berpacaran dengan pria ganteng seperti itu.
Jenny dan Shinta saling menatap dan terkekeh. Tak bisa dipungkiri kegantengan Defan mampu membius dua sahabat Dira hingga langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Berbeda dengan Carol, dia sudah terbiasa melihat pria ganteng seperti itu apalagi dikalangan relasi papanya.
Carol juga sempat dijodoh-jodohkan dengan anak teman papanya sendiri bahkan lebih ganteng dari Defan tapi dia menolak dengan keras. Carol ingin memiliki pacar atau suami yang benar-benar dicintainya.
Sementara suasana kikuk terjadi didalam mobil Defan. Defan dan Dira tidak saling bicara. Defan sangat marah pada Dira mengapa ia datang sangat lama karena hampir sejam ia menunggu kedatangan pariban kecilnya.
Tapi luapan kemarahannya tak bisa dia ungkapkan sehingga Defan memilih untuk diam saja. Sedangkan Dira masih kepikiran pada ketiga sahabatnya, takut sekali jika dia ketahuan pergi bersama seorang laki-laki.
"Bang! abang nggak lihat tadi ada orang yang lihat aku kan," celetuk Dira memecahkan keheningan didalam mobil.
Defan melihat sinis. Bukannya meminta maaf malah bertanya yang aneh-aneh. "Nggak tau," ucap Defan dingin dan singkat.
"Abang kenapa sih? jawabnya gitu. Sekali-kali abang senyumlah. Jangan cemberut aja," kesal Dira yang tak mendapat jawaban sesuai keinginannya dari Defan.
Defan malah diam dan fokus pada jalannya. Dia tak menjawab pertanyaan dari Dira dan membuat Dira semakin jengkel. Pariban kaku yang dingin memang tak bisa diajak kerjasamanya.
"Bang, kalau jemput aku ditempat tadi aja ya. Jangan sampai ke depan pagar sekolah. Aku malu. Nanti ada yang lihat," pinta Fira dengan santai dan tak merasa bersalah.
"Iya" jawab Defan singkat. Jawaban itu lagi-lagi membuat Dira yang kekanak-kanakan semakin jengkel.
"Percumalah ngomong sama abang. Kayak ngomong sama tembok," kesalnya.
Defan menatap tajam pariban kecilnya itu sehingga membuat Dira ketakutan dan merasa tidak enak dengan semua perkataannya tadi.
Baru saja mereka tiba di Bridal Tailor. Sudah dua minggu Dira dan Defan bolak balik ke tempat ini. Untuk mengukur badan, memilih desain, hingga fitting baju. Setelah mencoba baju pengantinnya, ternyata masih banyak perombakan dan tidak sesuai keinginan Dira.
Meskipun Dira miskin tapi seleranya pada desain bajunya sangat tinggi. Tak heran jika cita-cita Dira adalah menjadi desainer fashion terkenal.
Ada tiga pasang baju pengantin yang dipesan oleh Dira. yang pertama kebaya untuk pemberkatan pernikahan berwarna putih tulang, kedua gaun berwarna gold dengan manik-manik yang mewah untuk prewedding, serta gaun putih yang mewah tapi simpel ala american style untuk resepsi pernikahan.
Selera anak kecil seperti Dira bukan kaleng-kaleng dan membuat Defan terpukau. Ini ketiga kalinya Dira meminta perombakan pada kebaya dan dua gaun lainnya. Secara detail ia menjelaskan pada penjahitnya agar membuat baju pengantinnya sesuai keinginannya.
"Boleh juga seleranya ni anak kecil," batinnya.
Sedangkan Defan tidak banyak permintaan. Laki-laki dingin seperti Defan hanya meminta setelan jas yang simpel tapi selaras dengan baju pengantin milik calon istrinya.
Yang terpenting setelan kemeja dan jas yang sederhana tapi dengan kesan mewah sehingga ia mampu mengimbangi gaun pengantin milik Dira.
"Bang? baju abang gitu doang? ada yang mau dirombak nggak? tadi aku lihat bagian keteknya itu agak longgar. Itu dirombak aja ya? jelek kalau kebesaran gitu," ucap Dira dengan polos.
Padahal Defan tidak menyadari bajunya kebesaran, tapi dengan teliti Dira memperhatikannya.
"Iya suka kau ajalah," jawab Defan singkat.
"Ih abang ini kaku kali pun. Malas kali aku sama dia. Bosan aku sama orang dingin kaya gini. Ini baru beberapa minggu gimana kalau setelah nikah nanti?" batin Fira sambil menatap Defan datar.
Fitting baju yang dikakukan Dira dan Defan ternyata memakan waktu yang cukup lama. Hingga sore baru selesai untuk membahas apa saja yang kurang pada sepasang baju pengantin itu.
"Makan dulu yuk," ajak Defan membuat Dira terkejut kalau pria kaku yang saat ini bersamanya ternyata perhatian dan mengetahui kalau dia sudah sangat lapar.
Sebenarnya sebelum dia menjemput Dira, Defan sudah mengisi perutnya. Tapi dia tahu kalau Dira dari sepulang sekolah belum makan dan pasti merasa sangat lapar.
Defan juga ingin mendekati pariban kecilnya itu. Tapi dia tidak bisa bersikap ramah dan malah lebih terlihat cuek dan kasar. Apalagi dengan jawaban-jawaban singkatnya, tapi memang seperti itulah sifat Defan.
Dira mengangguk menyetujui ajakan makan siang, tepatnya makan sore dari paribannya itu. "Harusnya abang ajak aku makan sebelum kesini," ketus Dira.
Defan hanya tersenyum sinis, karena tadinya dia berniat mau mengajak Dira makan dulu. Tapi kekesalannya karena menunggu hingga hampir sejam, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk makan siang dan bersantai-santai dulu dengan Dira.
Dan pertanyaan yang dilontarkan Dira membuatnya semakin marah karena tak bisa diluapkan secara terang-terangan.
"Bang aku mau makan steik," pinta Dira yang sebenarnya pernah mencicipi steik di rumah Carol hingga membuatnya ketagihan.
Defan melirik Dira, dia tidak menyangka Dira bisa mengetahui makanan ala western seperti itu. Padahal keluarganya dari kalangan bawah.
"Aku tahu bang! steik itu sering aku makan di rumah Carol sahabatku. Jadi ngga usahlah abang sampe heran gitu," sinis Dira.
"Saya nggak bilang apa-apa kok," ucap Defan formal seperti saat berbicara dengan kliennya. Tapi melihat Dira yang belum memakai sabuk pengamannya, membuat Defan bergerak meraih sabuk pengaman dan memasangkannya pada Dira.
Saat memasangkan sabuk pengaman itu, Defan dan Dira saling menatap dengan jarak yang sangat dekat. Defan tampak tangannya gemetar karena terpukau dengan kecantikan Dira kecil yang ada di depannya.
Sepintas Defan melihat wajah mungil Dira, bibirnya yang tipis serta hidungnya yang mancung. Tidak seperti kebanyakan orang batak yang memiliki wajah yang tegas dan tampak kasar.
Defan cukup lama menatap Dira dengan jarak yang sangat dekat hingga akhirnya ingin mencoba mencium Dira. Baru saja yang mendekati Dira. Tiba-tiba Dira mendorong tubuh Defan hingga ia kembali duduk menghadap stir mobilnya.
^^^"Apanya abang ini mau dekat-dekat aku. Abang pedopil ya mau cium anak kecil kaya aku," ketus Dira membuat Defan terkejut dengan perkataannya hingga membuka mulutnya dan menutup dengan kedua tangannya.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Mrs.Riozelino Fernandez
😆😆😆😆😆
2023-03-27
0
Erni Fitriana
nahhh kann...mulai coba coba kauuu devan
2022-12-01
0