Author POV
Sinar Mentari membuat Reno terbangun dari tidurnya. Sayup-sayup Reno mendengar kicauan burung dari arah luar. Dengan perlahan, Reno mencoba bangkit dari tidurnya.
Reno merasa kepalanya sangat sakit sekali, pandangannya pun sedikit mengabur. Reno mencoba untuk duduk sebentar sambil mengatur penglihatannya. Dan juga agar sakit di kepalanya sedikit berkurang.
Reno tundukkan kepala, mencoba menggelengkannya pelan agar kesadaran Reno terkumpul semua. Setelah dirasa membaik dan penglihatannya sudah jelas, Reno segera mendongkak kan kepala.
Deg!
Jantung Reno berpacu cepat tat kala melihat ke arah samping. Bagaimana tidak, ia melihat Syakila tengah tidur pulas disana. Dan yang paling membuat Reno shock adalah, Syakila dan dirinya sama-sama dalam keadaan telanjang bulat.
Reno menyingkap selimut yang membungkus tubuh mereka berdua. Dibawah sana, ia melihat bercak darah terdapat diantara lipatan sprei.
'Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan pada Syakila? Benarkah aku sudah merenggut kehormatan gadis ini yang notabene nya adalah anak tiriku sendiri? Bodoh! Sungguh aku bodoh sekali. Sebenarnya apa yang terjadi kemarin malam?' batin Reno.
Reno mengacak rambutnya Frustasi. Berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, bukannya ingat malah sakit kepala yang Reno dapat!.
Reno pandangi wajah Syakila yang masih terlelap tidur. Ya tuhan, ia baru ingat. Semalam ia pergi ke club malam dan menghabiskan lumayan banyak minuman beralkohol.
Kenyataan yang Reno dapat dari Marlina membuat Reno melampiaskan semua sakit hati dan kecewanya pada minuman keras. Tapi, Reno hanya ingat jika pada saat itu dirinya sedang berada di club malam. Selebihnya Reno tak ingat apa-apa lagi.
'Sudah ku pastikan, aku melakukan ini dalam pengaruh alkohol. Ya Tuhan. Bodoh sekali diriku ini. Gara-gara minuman laknat itu, aku harus merenggut mahkota paling berharga untuk Syakila.' batin Reno lagi.
"Eugh" terdengar lengguhan dari mulut Syakila.
"A-ayah sudah bangun?" ucap Syakila dengan gugup.
'Sial! Apa yang harus aku lakukan? Jujur saja, sekarang aku menjadi canggung berhadapan dengan Syakila seperti ini'. Gumam Reno.
"Su-sudah." jawab Reno dengan gugup.
Hening....
Tak ada kata lagi yang terucap dari mulut Reno dan juga Syakila. Mereka benar-benar berada dalam situasi yang tidak mengenakan. Jika saja Reno memiliki ilmu menghilang, ingin rasanya ia menghilang saja dari tempat ini.
"Kila, maaf." hanya itu yang mampu meluncur keluar dari mulut Reno.
"Maafkan Ayah. Ayah salah, ayah sudah merenggut kehormatan mu. Maaf, jika ayah menghancurkan masa depan mu," ujar Reno.
"Jujur, ayah tak memiliki niat sedikit pun untuk melakukan ini padamu. Ayah mohon, maafkan ayah Kila. Jika kau mau, kau boleh membenci Ayah. Menjebloskan ayah ke penjara dengan tuduhan pemerkosaan pun ayah siap." papar Reno lagi.
Reno sudah pasrah, jika nantinya Syakila marah padanya. Reno pun akan menerima jika Syakila mau melaporkannya pada polisi. Disini, Reno memang merasa, dirinya lah yang bersalah. Bertindak bodoh sehingga mengorbankan masa depan gadis muda.
Deg!
Lagi-lagi, Reno di buat shock oleh perlakuan Kila. Reno kira, dia akan histeris dan memukul dirinya. Melampiaskan kekecewaannya pada Reno karena sudah berbuat tak senonoh pada Syakila. Namun, ekspetasi Reno salah besar. Bukannya marah pada Reno, Syakila malah memeluk tubuh Reno dengan erat.
Jujur saja, Reno sebenarnya risih seperti ini. Ingin melepaskan pelukan Syakila. Namun, pelukan Syakila begitu erat.
"Ayah tak perlu minta maaf. Ayah tak salah sama sekali," ucap Syakila.
"Aku menikmatinya Ayah. Sungguh, aku tak menyesal sudah memberikan kehormatanku pada Ayah."
'Gila! Apa maksudnya Syakila berbicara seperti itu? Sungguh, aku menyesal telah melakukan ini. Tapi kenapa ia malah menikmatinya?' batin Reno lagi.
"Kau gila Kila?" ucap Reno sambil melepaskan pelukan Syakila. Reno putar badannya, dan kini posis Reno berhadapan dengan Syakila.
"Kau tau Kila. Kehormatan mu, kehormatan mu yang Ayah renggut. Bagaimana bisa kau menjalani hari dengan keadaan seperti ini Kila. Ayah, Ayah sudah menghancurkan masa depanmu!" sentak Reno pada Syakila.
Aarrggghhtt
Belum hilang rasa sakit yang Reno rasakan akibat perlakuan Marlina. Kini dirinya harus di hadapkan pada situasi konyol dengan Syakila. Sungguh sial sekali diri Reno ini.
"Aku tak merasa kehilangan masa depanku Yah. Aku rela Ayah merenggut kesucianku. Aku rela Yah, rela! Karena hatiku sudah jatuh Cinta pada dirimu Ayah!" kini giliran Syakila yang berteriak pada Reno.
Ya Tuhan, apalagi ini? Bagaimana bisa Syakila memiliki rasa pada Reno? Sungguh, di hati ini tak ada sedikit pun rasa untuk Syakila. Reno hanya menganggap Syakila anaknya. tak lebih dari itu. Bukan, Reno bukan ingin seperti ini. 'Tuhan, aku mohon. Jangan menempatkan ku di posisi konyol seperti ini'. Pinta Reno dalam hatinya.
"Kau sudah tidak waras Kila. Bagaimana bisa kau mencintai ayah tirimu ini. Sadarlah Kila, aku adalah ayah tirimu. Suami dari Ibumu!" hardik Reno lagi.
"Ha ha ha, suami kau bilang? Masih kah ayah mau menyebut dirimu suami dari Ibu setelah apa yang dilakukan Ibu padamu Yah? Apa kau lupa Yah? Bagaimana Ibu mengkhianatimu hem? Bagaimana dia berbagi peluh dengan lelaki lain. Apa kau lupa Yah?" teriak Syakila.
"Jangan sok suci dan munafik Yah. Aku tau, kau sebenarnya haus akan kehangatan kan? Dengar Yah, jika kau tak bisa mendapatkan kehangatan itu dari Ibu. Biarlah, aku siap menggantikan Ibu untuk memberikan kehangatan itu padamu." Papar Syakila.
****!
Syakila memang sudah tidak waras!. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu dihadapan Reno. Bukannya mengkhawatirkan masa depannya yang telah Reno renggut, dia malah meracau tidak jelas.
Dengan hati yang dongkol, Reno segera memunguti pakaiannya yang berserakan. Setelah itu memakainya dengan tergesa. Setelah semua pakaian menempel ditubuhReno, Reno pun segera pergi dari kamar ini, meninggalkan Syakila yang masih mematung di dekat tempat tidur. Persetan, Reno sudah tak ingin bicara lagi dengan Syakila untuk saat ini.
Reno tak ingin amarahnya terpatik. Maka dari itu, ia putuskan untuk kembali ke villa, sebelum itu Reno akan kembali club untuk mengambil mobilnya disana. Karena, di area parkiran hotel ini, tak Reno dapati mobil miliknya disana. Sudah pasti, Syakila membawa dirinya kemarin malam menggunakan mobil milik Syakila.
💮💮
Syakila hanya mampu menangis tergugu sepeninggalnya Reno. Hatinya merasa sakit dengan apa yang Reno ucapkan tadi.
Dengan masih berbalut selimut, Syakila kembali menatap bercak darah yang bercampur dengan sp*rm* milik Reno diatas sprei tersebut. Teringat kembali pergulatannya dengan Reno semalam, membuat hati Syakila seketika menghangat kembali.
Malam itu, dengan segenap jiwa dan cintanya, Syakila rela melepas mahkota yang ia jaga selama ini untuk suaminya kelak. Menyesal? Tentu saja tidak. Tak ada sedikitpun penyesalan pada diri Syakila, karena sudah dengan suka rela menyerahkan kehormatannya pada Reno. Jika pun nanti ia mengandung anak dari Reno, dia akan mempertahankan anak itu dan juga menyayanginya.
Meski pun bisa Syakila rasakan, penyesalan begitu terpancar dari wajah tampan dan karismatik Reno. Tapi, dengan rasa penyesalan Reno itu lah Syakila akan menjerat Reno.
Ia yakin. Lambat laun, rasa Cinta juga akan hadir di hati Reno.
'Lihatlah Ayah. Sekali kau mencicipi tubuhku. Akan ku pastikan, kau akan memintanya lagi. Dan saatnya tiba nanti, akan ku pastikan ranjangmu akan selalu hangat olehku.' batin Syakila.
Dengan menahan sakit di area sensitif dan pangkal pahanya. Syakila mulai memunguti pakaiannya yang berserakan dilantai. Kemudian ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa pertempuran semalam.
📍
Air dingin menimpa tubuh Syakila. Segar, itu yang Syakila rasakan. Semua lelah dan sakit seketika hilang terbawa aliran air dingin tersebut.
Setelah selesai membersihkan diri, Syakila tatap pantulan dirinya di dalam cermin. Tanda merah memenuhi bagian dada dan lehernya. Kembali, ia teringat kejadian semalam. Betapa ganasnya permainan Reno. Menandakan, jika ia begitu merindukan kehangatan dan sentuhan diatas ranjang.
"Lihatlah Ayah. Tanda merah yang kau tinggalkan ditubuh ku ini. Lihatlah, betapa dirimu begitu haus akan kasih sayang dan belaian. Mungkin, mulutmu bisa berkata tidak dan menyesal. Tapi, bisa ku pastikan. Dirimu akan selalu merindukan setiap sentuhanku. Akan ku pastikan, kau akan terus mendatangiku ketika kau merasakan haus akan belaian." gumam Syakila.
Mengambil kimono yang tergantung dipintu kamar mandi. Syakila membalut tubuhnya dan keluar dari kamar mandi. Duduk di balkon sambil menikmati udara pagi. Syakila memutuskan untuk menghabiskan sisa akhir pekannya di hotel ini. Sambil terus membayangkan kejadian semalam bersama Ayah tirinya.
📍
Sedangkan Reno, lelaki dengan perawakan gagah dan tinggi itu kembali ke villa yang ia sewa. Membereskan semua barangnya dan berniat untuk kembali ke Bandung.
Sebelum pergi meninggalkan kawasan villa. Reno menyempatkan diri kembali ke villa yang disewa oleh Marlina. Hatinya kembali terasa di cabik-cabik ketika melihat mobil Marlina masih terparkir disana.
Kelebat bayangan Marlina yang sedang berbagi peluh dengan lelaki lain, kini, berputar kembali di otak Reno. Cinta dan sayang yang selama ini Reno berikan malah harus ia terima kembali dengan sebuah pengkhianatan.
Kini, di mata Reno. Marlina tak ubahnya sebuah sampah yang harus ia singkirkan. Namun, ia tak ingin lagsung mentalak dan menceraikan Marlina. Karena jika itu terjadi. Tak akan membuat efek jera pada diri Marlina.
Dengan amarah dalam dada, Reno melajukan kembali mobilnya. Meninggalkan kawasan villa yang membuka semua tabir kebohongan istrinya, Marlina. Meninggalkan villa dengan setuja luka yang tertancap kuat di dalam hatinya.
📍
Sepanjang perjalanan, fikiran Reno tak fokus. Beberapa kali ia harus menepikan mobilnya untuk menghalau fikiran yang mengganggu konsentrasinya.
Jujur saja, hatinya begitu sakit mengetahui jika sang istri tak ubahnya seperti wanita binal diluaran sana. Mengobral diri pada lelaki lain. Dan parahnya lagi, lelaki yang dikencani Marlina rata-rata umurnya dibawah dirinya.
Sungguh, harga diri Reno seperti diinjak-injak oleh Marlina. Belum lagi, ia juga memikirkan tentang Syakila. Bagaimana gadis itu akan melewati hari-harinya setelah ini. Belum lagi omong kosong yang Syakila ucapkan semakin membuat fikiran Reno semakin tidak karuan.
Dan hal yang paling Reno takuti adalah, bagaimana jika setelah ini Syakila mengandung benih yang tak sengaja ia tanam di rahim gadis itu.
"Aaarrggghhh. Sial, sial, sial!" teriak Reno sambil terus memukul stir mobilnya.
Reno berfikir, jika saja malam itu kekecewaan dan sakit hatinya tak ia limpahkan pada minuman keras, mungkin sekarang, ia tak akan berada dalam posisi sulit seperti ini. Sekarang, apa yang harus ia lakukan jika bertemu dengan Syakila setelah apa yang terjadi.
Pergi dari rumah tentu saja bukanlah hal yang baik. Jika Reno pergi, tidak menutup kemungkinan, bukan selesai masalah, bisa saja malah mematikan permasalahan baru.
Menyenderkan kepala dibantalan kursi mobil, Reno mencoba menampik semua perasaan dan masalah yang ada. Reno berusaha rileks agar ia bisa menentukan langkah apa yang selanjutnya harus ia ambil.
Menghirup nafas dalam-dalam, membuat kegundahan dalam hati Reno sedikit berkurang. Untuk sekarang Reno tak punya pilihan lain selain bersikap biasa saja. Ia harus fikirkan matang-matang apa yang harus ia lakukan nantinya.
Reno tak ingin gegabah dalam melakukan suatu tindakan lagi. Ia tak ingin nantinya malah menimbulkan masalah baru di hidupnya. Suka tidak suka, yang sekarang bisa Reno lakukan adalah bertahan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments