Tidak Denganmu

"Pak ...."

"Apa?"

"Bapak kan hanya melihat aku paling eh ... beberapa menit. Bagaimana Bapak bisa yakin?"

"Jika saat ini kamu menolakku saja, aku serasa ingin mati. Kau mungkin bisa bilang, beberapa menit tapi bagiku selamanya karena sejak saat itu potret wajahmu tak bisa lepas dari ingatan. Aku tak bisa tidak mengingatmu, semua yang kulihat seperti ada kamu. Apa kau bisa menerangkan fenomena ini? Voodoo apa yang kau pakai sehingga aku tidak bisa melupakanmu?"

"Voodoo?" Wanita itu bertanya heran sambil mengerut kening.

"Iya. Dukun canggih apa yang kau pakai untuk memikatku?"

"Dukun?" Wanita itu tersenyum lebar sambil tertawa. Tawanya sangat manis dan indah didengar.

Ian jatuh dalam cinta yang membuainya.

"Aku baru saja mengenalmu, Ian." Noura mulai berani menyebut namanya.

"Apa kamu masih menyangsikan cintaku ini?"

Wanita itu menatap Ian dengan mata lembutnya. "Aku pikir mataku ini sudah sangat parah hingga perlu kacamata tapi ternyata ada pula orang yang melihat dengan sangat parah tapi ia yakin tak butuh kacamata."

"Aku yakin dengan apa yang kulihat, Cinta. Dirimu dengan atau tanpa kacamata itu, aku tak perduli. Penampilan terburukmu saja aku cinta, apalagi penampilan terbaikmu. Mungkin aku memuja."

Noura masih bingung dengan pria di depannya. Semakin ia pertanyaan, semakin pria itu melambungkannya, rasanya ia sedang bermimpi saja dan ia pun tak sanggup untuk bangun. Pria itu terlalu sempurna untuk diimpikan tapi pria itu nyata-nyata memang memujanya.

Wajah Noura bersemu merah setiap kali bicara dengan pria itu. Adakah seseorang yang bisa mengatakan padanya ia sedang bermimpi? Ini sangat tidak mungkin.

"Emm ...." Wajah wanita itu masih bersemu merah.

"Noura."

"Ya?"

"Apa kau tidak lapar? Ini waktunya makan malam lho ...."

"Oh, iya." Noura dengan tersenyum malu mengambil buku menu yang sejak tadi sudah berada di hadapannya.

"Jangan sampai cinta membuatmu lupa makan."

Noura terlihat semakin malu dengan pipinya merah merona.

"Tidak kenyang makan cinta," goda Ian membuat Noura makin menunduk malu.

Seusai makan malam, Ian mengantar pulang Noura. Ternyata Noura masih tinggal dengan orang tuanya. Sebuah rumah dengan gaya minimalis yang cukup besar.

Ian meminta izin Noura bertemu dengan orang tuanya yang kebetulan ada di beranda.

"Apa kau sudah yakin padaku Ian?" Noura kini tidak lagi memanggil Ian 'Pak.'

"Aku yakin padamu Noura, bahkan aku sedang meyakinkanmu." Ian menatap wanita itu, memastikan wanita bermata lembut itu bisa mempercayainya.

"Look(dengar ya?), bukankah di dalam Islam pernikahan itu harus disegerakan untuk mengurangi banyaknya dosa yang akan timbul setelahnya. Dosa memandangmu, dosa menyentuhmu, dosa mengkhayal tentangmu dan dosa-dosa yang lainnya yang akan mengikuti kemudian. Bukankah kewajibanku membawa calon istriku ke pintu surga yang paling indah bersamaku?"

"Ian ...." Noura kehilangan kata-kata mendengar ucapan pria itu.

"Noura, percayalah padaku. Kau takkan menyesal."

Keduanya akhirnya turun dan menemui orang tua Noura.

----------+++----------

"Begitulah Pak, aku harap Bapak setuju," penjelasan Ian ditutup dengan senyum yang paling sopan pada kedua orang tua Noura.

Ayah dan Ibu Noura memandangi putrinya memastikan ia juga bahagia.

"Mmh, begini saja. Karena mendadak sekali, sebaiknya pastikan dulu keberadaan orang tuamu di Jakarta, baru kita buat lagi tanggal pastinya, bagaimana?" ujar ayah Noura memastikan.

"Itu kebetulan tanggal pasti Pak, karena Daddy saya memang ke Jakarta karena suatu urusan jadi tidak ada masalah dengan kedatangan orang tua saya."

"Mmh, kalau begitu tanggal segitu sudah fix(pasti) ya? Tidak perlu diganggu gugat lagi." Pria paruh baya itu melipat tangannya di dada dan merapikan duduknya.

"Benar Pak. Kalau diganti lagi, saya agak kesulitan karena pekerjaan saya yang sibuk ini tapi nanti saya akan libatkan EO(Event Organizer) untuk mempermudah pekerjaan."

"Mmh."

Sebuah mobil mewah berhenti di belakang mobil Ian. Seorang pria dan seorang wanita keluar dari mobil itu.

Ian yang masih berada di beranda terkejut melihat pada yang wanita. Wajah yang begitu dikenal yang takkan pernah ia lupa sekaligus wajah yang paling dibencinya. Vika?

"Ian, itu saudara kembarku," ujar Noura senang.

Kembar? Mereka kembar ..? Bencana apalagi ini? Apakah ada yang lebih buruk lagi dari ini? Mereka kem-bar ....

Vika terkejut melihat Ian di sana, tapi ia tak begitu takut. Ada suaminya yang kaya raya yang bisa ia pamerkan pada pria itu. Seketika Vika mendekati suaminya dan melingkarkan tangannya pada lengan kokoh pria itu. Keduanya mendatangi beranda.

"Ada apa ini?" tanya Vika ingin tahu.

"Oh, kenalkan. Ini calon suami Noura. Namanya Ian," ucap ayah mewakili.

Vika dan suaminya bersalaman dengan Ian.

"Ini saudara kembar Noura, namanya Vika dan suaminya." Kembali ayah memperkenalkan.

"Suami saya pemilik hypermarket terkenal di Jakarta, kamu pasti tahu kan siapa," terang Vika pada Ian.

"Vika. Kamu tidak boleh sombong seperti itu. Calon suami Noura juga seorang CEO," terang ayah lagi.

Vika mengangkat satu alisnya. Mmh, sudah CEO ya ... tapi kau bukan apa-apa di banding suamiku, tatapnya angkuh. Kau pikir aku akan cemburu kalau kamu menikahi saudara kembarku. Mmh, bodoh! Bahkan mengakuinya sebagai saudaraku saja aku malu. Dia adalah bayang-bayang hidup terburukku.

Ian juga mengangkat satu alisnya dengan senyum lebar. Kamu pikir aku akan cemburu melihatmu bersama suamimu, hah? Semua orang pasti bisa menilai siapa kamu. Suamimu itu, entah bagaimana seleramu. Kenapa kamu tiba-tiba punya selera yang amat buruk? Oh, aku lupa. Kau ... menikah karena harta ya?

Ian kemudian menoleh pada Noura. Kalau begitu, boleh kan aku buat saudara kembarmu sengsara? Sesengsara aku dulu waktu masih sayang padamu dan kau tinggal pergi. Bahkan lebih. Kau harus bisa merasakan rasa sakit hatiku waktu kau tinggal pergi.

Luka yang kau tinggalkan itu mengendap lama sebelum akhirnya benar-benar sembuh. Aku tak rela, kebahagiaanmu sempurna. Saksikan bagaimana aku mencabik-cabiknya lewat penderitaan saudara kembarmu ini.

--------+++---------

Sebulan kemudian pernikahan pun dilangsungkan. Pesta pun cukup meriah. Banyak para tamu undangan datang bahkan dari luar negri. Ternyata Ian adalah anak salah satu konglomerat di Amerika. Demi mencari cinta sejatinya, ia bekerja di Jakarta dan memulai kariernya dari nol. Ia mencari wanita yang bisa mencintainya apa adanya tapi ternyata ia terjerat cinta wanita kembar.

Setelah pesta usai, Ian memboyong istrinya ke rumah miliknya yang cukup besar di sebuah perumahan mewah. Setelah sampai di depan rumah, Ian mematikan mesin mobil dan menatap istrinya. Permainan pun di mulai ....

"Noura ...."

"Iya sayang." Wajah wanita itu terlihat berbunga-bunga.

"Aku harus berterus terang denganmu."

"Mengenai apa ya?" Pipi wanita itu memerah membayangkan pujian apalagi yang akan suaminya berikan padanya kali ini.

"Aku tidak ingin tidur denganmu."

_____________________________________________

Halo reader. Jangan lupa beri semangat author karena author mengikutsertakan novel ini dalam event lomba 100% kekasih ideal. Beri dukungan dengan like, vote, komen, dan hadiahnya ya? Ini visual Vika, kembaran Noura sedang memamerkan rumah mewahnya. Salam, ingflora💋

Terpopuler

Comments

Ratna Dadank

Ratna Dadank

kenapa harus naora yg tersakiti..harus nya ian ngebahagia'in naora...
agar vika menyesal...

2022-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!