Aku Kamu

"Mmh, siapa? Bawahanku yang tadi itu?" tanya Vincent tak percaya.

"Iya."

Vincent melihat heran pada Ian tapi kemudian berubah senyum. "Hei, temanku sudah mulai mendengarkan nasehatku rupanya?" Ia menepuk lengan Ian.

Pria itu hanya tersenyum ringan.

"Namanya Noura. Dia Manager Accounting dan masih lajang." Sahabatnya memberi informasi.

Kembali Ian tersenyum simpul.

Di luar ruang kerja Vincent, Noura kembali ke ruangan dengan dikelilingi teman-teman sekantornya. Para wanita itu ingin tahu informasi lebih dalam tentang tamu atasan CEO mereka yang tengah datang ke kantor.

"Siapa namanya?"

"Ganteng kan?"

"Klien atau tamu Pak Vincent, kok aku belum pernah lihat ya?"

Berondongan pertanyaan yang ditujukan padanya membuat ia bingung. Kembali ia menaikkan letak kacamatanya yang melorot ke atas hidung. "Maaf, aku hanya mengantarkan berkas yang diminta Pak Vincent tadi sebelum pergi."

"Aduhh Noura ... Noura. Untuk apa punya kacamata tapi gak juga bisa lihat cowok ganteng."

Teman wanita yang berada di sebelah wanita itu mencubitnya.

"Aduhh!" Wanita itu mengusap-usap lengannya. "Sadis ih, cubitannya!"

"Lagian ... sopan banget ngomongnya."

"Memang kamu gak lihat Noura, cowok itu ganteng lho!" Seorang teman wanitanya yang lain menangkup pipi sendiri karena terbayang pesonanya. "Mana wajahnya Baby Face(kekanak-kanakan) lagi!"

"Eh ... mungkin," jawab wanita berkacamata itu singkat.

"Memang kamu gak lihat bener?" Teman yang lain memastikan.

"Lihat. Ganteng," ujar Noura lagi.

"Iya kan?"

Saat Noura hendak kembali ke kursinya, ia masih ditahan oleh sesama teman wanitanya. "Namanya siapa, Ra?"

"Oh, aku tidak tahu." Noura kembali menaikkan kacamatanya dengan satu telunjuk.

"Yaaa ... Noura ...."

Dan para wanita itu masih belum berhenti bergosip. Mereka sibuk menceritakan tentang kedatangan pria itu dan pesonanya. Para pegawai pria hanya geleng-geleng kepala.

Seorang pria yang duduk tak jauh dari kursi Noura, memperhatikan wanita itu. Ia tersenyum penuh arti. Noura yang tidak terpengaruh dengan gosip panas yang tengah dibicarakan teman-temannya, membuat hati pria itu kembali sejuk. Pria itu merapikan letak kacamatanya dengan sentuhan di bingkai samping, dan kembali tenggelam dalam pekerjaan.

-----------+++----------

Noura yang baru saja keluar dari lift, masih terus dibuntuti pria berkaca mata itu hingga pria itu mendahuluinya. "Oh, Ryan ...," ucapnya membuat langkahnya terhenti.

"Eh, ma-mau kuantar pulang?" tanya pria itu gugup.

"Eh, tidak usah. Aku naik ojek saja," tolak wanita itu dan mulai melangkah lagi.

Ryan berusaha mensejajarkan langkah. "Eh, ada yang mau aku bicarakan. Bisa?"

"Mmh?" tanya wanita itu seraya menoleh.

Mengetahui wanita itu memandanginya, Ryan dengan susah payah menelan saliva. Pandangan lembut itu langsung ke ulu hatinya. Aduhh, Ryan ... katanya berani? Baru dipandangi matanya saja sudah gugup. Bagaimana ini? "Mmh ...."

Sementara itu, di lobi ramai orang yang tengah menuju ke pintu depan karena sudah jam pulang kantor. Sebagian ada yang dijemput atau pulang dengan kendaraan umum.

"Ada apa?" Noura sudah mencapai pintu kaca yang terbuka oleh orang lain sehingga ia bisa ikut keluar.

"Aku ...."

"Noura!"

Wanita itu menoleh. Tempat itu sedang ramai dan ia melihat tamu bos bulenya itu ada di depan, tapi ia tak yakin pria itu yang memanggilnya. Ia memutar tubuh mencari sumber suara.

"Noura."

Kini wanita itu yakin pria bule itulah yang memanggilnya karena pria itu mendatanginya. Beberapa orang di sekitar mereka juga memperhatikan pria itu, jadi tidak mungkin orang lain kan, tapi kenapa?

"Namamu Noura kan?"

Wanita itu terkejut. Jelas dan pasti ia bisa melihat pria itu melangkah ke arahnya seraya tersenyum manis. Dari mulut pria itu ia mendengar sendiri namanya disebut. "I-iya." Ia menaikkan kacamatanya ke puncak hidung dengan satu telunjuk.

Pria tampan itu makin mendekat sehingga Noura harus sedikit mendongak karena tinggi tubuhnya. Pria itu menyodorkan tangannya. "Halo, nama saya Ian. Boleh kenalan?"

"Eh ... boleh ...." Perlahan Noura mengangkat tangannya menyambut tangan pria itu. Ia masih bingung dengan situasi yang terjadi. Pria ini, ingin berkenalan denganku? Ia merasa seperti mimpi.

"Kamu ingat aku kan? Teman bosmu."

"I-iya." Wanita itu segera menarik kembali tangannya. Ia masih belum sadar dari keterkejutannya.

"Aku sudah izin dengan bosmu."

"Izin apa?" tanya Noura masih tercengang.

Pria bule itu mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Sebuah buket bunga mawar yang indah berwarna pink. "Untuk mengagumimu."

Orang-orang bersorak di sekeliling mereka. Ternyata keberadaan bule tampan itu cukup menyedot perhatian sekitar. Apalagi sebagian dari mereka telah melihat buket bunga yang disembunyikan pria itu di belakang punggungnya sehingga mereka menanti kejadian apa yang akan terjadi selanjutnya.

Wajah wanita itu memerah. Bunga mawar ... untukku? Netranya masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya.

Ian menyodorkan bunga itu pada Noura. "Aku menyukaimu."

Kembali orang-orang bersorak di sekeliling mereka. Yang menonton mereka pun makin ramai.

"Terima aja Mbak, terima!" teriak salah seorang dari mereka memberi semangat.

"Ta-tapi ...." Wanita itu kembali merapikan kacamatanya.

"Kau tak kenal aku?" sambung pria itu. Ian menyodorkan lengannya. "Ayo kita jalan untuk saling mengenal."

Ragu-ragu wanita itu berpegangan pada lengan kokoh Ian. Pria itu terlihat senang begitu pula mereka yang menonton. Sorak sorai makin riuh. Pria itu kembali menyodorkan buket bunga itu yang kini diterima Noura dengan wajah masih memerah. Noura mengikuti ke mana pria itu membawanya.

Sorak sorai semakin ramai. Ryan yang ditinggalkan hanya bisa melihat kepergian Noura bersama pria itu tanpa mampu berbuat apa-apa.

Vincent tersenyum lebar melihat dari kejauhan. Ia geleng-geleng kepala melihat tingkah berani Ian pada Noura yang menyedot perhatian orang-orang di sekitar. "Ian, kini kau kembali. Si pemuja cinta ...."

----------+++---------

Sejak di dalam mobil wanita itu hanya melihat ke arah jendela, entah itu jendela di samping atau di depannya tapi tidak pada Ian hingga pria itu merasa yakin wanita itu juga menyukainya.

Bagaimana tidak, pria tampan seperti Ian pasti sangat mudah mendapatkan wanita, bahkan yang paling cantik sekali pun tapi ia malah memilih wanita berjilbab yang jauh dari kata cantik, ditambah kacamata minus yang mungkin untuk sebagian orang akan melewatinya.

Namun seorang Ian memilihnya. Pria tinggi, putih, dengan hidung mancung seperti itu sudah pasti impian semua wanita. Apalagi wajahnya yang sangat Eropa, bagi sebagian wanita Asia, mereka memujanya.

"Mmh, kamu mau pesan apa?" Ian menyodorkan sebuah buku menu pada Noura yang masih bengong menatap pria itu.

"Kamu gak bercanda kan?" tanya wanita itu menyelidiki. Ia mulai bisa menguasai dirinya.

"Kamu mau aku bagaimana?" Ian meletakkan kedua sikutnya di atas meja dan menyatukan ujung jari di depan wajahnya.

"Kalau Bapak hanya bercanda, terima kasih. Saya tersanjung." Noura berusaha berbesar hati dan menyadari pria itu adalah teman bosnya.

"Bagaimana kalau kita pacaran?"

Noura masih terlihat tak percaya. Ia menggeleng-gelengkan kepala.

"Bagaimana kalau aku melamarmu?"

"Apa?"

"Besok?"

Wanita itu terperangah.

____________________________________________

Terus dukung author dengan like, komen, vote, dan hadiah. Ini visual Noura, si wanita jilbab berkacamata. Salam, ingflora💋

Terpopuler

Comments

Ratna Dadank

Ratna Dadank

Dan setelah itu kau akan di kecewai sama ian naura...

hati2 ya

2022-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!