Pingsan

Di dalam kamar yang terkunci rapat. Diego sudah tak terkontrol. Hasratnya menggebu dan dia tidak tahan untuk menyentuh tubuh Velina lagi. Sejak menjamahnya pertama kali, Diego tak pernah berhenti berfantasi tentang Velina. Gadis itu seperti magnet baginya.

"Tadi di meja makan kau seperti rubah penggoda, kenapa sekarang kau seperti tikus yang ketakutan?"Bisik Diego di dekat telinga Velina, pria itu tidak segan memberi kecupan  kecil di sekitar rahangnya.

Velina menepis tangan Diego yang hendak menyentuh wajahnya. Pria itu menyeringai menerima respon dingin Velina.

Puk!

Diego tak sabar dan membanting tubuh Belina di atas ranjang. Dengan segera tangan pria itu menahan tangan Belina di atas kepalanya. Velina jelas ketakutan, dia ingin memberontak, tapi dia sudah terlanjur menandatangani surat perjanjian dengan Diego. Bahwa dirinya akan menjadi wanita Diego samai pria itu bosan, dan sebagai gantinya pria itu akan memberinya tempat tinggal dan memfasilitasi semua kebutuhannya.

"Tunggu dulu, kenapa kau sangat buru-buru sekali?" Ujar Velina memberanikan diri ketika Diego hendak merenggut bibirnya.

"Memangnya mau apa lagi? Kita sudah makan kan?" Diego tak ingin bertele-tele, dia segera membenamkan kepalanya di ceruk leher Velina, dia menyusuri leher jenjang Velina dengan bibir dan lidahnya.

Biasanya, dia tidak pernah seperti ini pada wanita lain. Para wanita itulah yang selalu bertugas memuaskannya, dia tidak pernah menyentuh kulit para wanita itu dengan bibir dan lidahnya. Ini pertama kalinya Diego sangat berhasrat pada seorang wanita. Dia ingin merasa puas dengan cara memberi kepuasan.

"Diego-" Suara Velina tercekat saat Diego merobek pakaiannya dan mencium perut ratanya. Ia tak dapat menggerakkan tubuhnya. Tangannya terkunci sedangkan kakinya tertindih.

Velina memejamkan matanya saat ciuman Diego mulai liar. Ia akhirnya memilih diam. Membiarkan pria itu melakukan apa yang di inginkan. Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan selain dirinya sendiri saat ini.

Melihat Velina berhenti melawan, Diego menatapnya.  Wanita itu memejamkan mata tanpa emosi di wajahnya. Kenapa wanita ini bisa membuatnya sangat penasaran? Diego tidak bisa menebak apa yang di pikirkan wanita ini. Kenapa wanita ini tiba-tiba begitu pasrah? Benarkah wanita ini ikhlas menyerahkan tubuhnya padanya? Sebenarnya... Apa yang sedang diam-diam wanita ini rencanakan? Begitu banyak pertanyaan berkelebatan di benak Diego.

Velina membuka matanya ketika merasakan sentuhan pelan di pipinya. Diego menatapnya dalam. Entah apa yang di pikirkan dia itu, kenapa tiba-tiba dia berhenti?

"Ada apa?" Tanya Velina datar.

Diego segera bangkit menjauh dari tubuh Velina. Velina yang melihat itu sedikit kebingungan. "Aku tiba-tiba tidak berselera." Ujar Diego dan pergi berlalu saja meninggalkan kamar.

Velina semakin kebingungan. Padahal dia tidak merasa melakukan apapun, tapi kenapa pria itu malah pergi?

Velina tersenyum miris, dia berpikir mungkin saja pria itu sengaja mempermainkannya. Ternyata pira itu tidak semudah yang dia bayangkan.

Diego pergi ke kamar kerjanya yang berada tepat di sebelah kamar Velina. Membuka tutup botol wine dan langsung menenggaknya dari botolnya. Sebenarnya dia tadi masih sangat berhasrat. Tapi saat melihat wajah Velina yang begitu tenang. Dirinya tiba-tiba merasa iba. Seharusnya dia tidak merusak gadis itu.

Ini pertama kalinya ada rasa penyesalan di hati pria itu dan membuat perasaanya tersiksa. Dia bahkan tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya. Harusnya dia menikmati malam ini, bukan merasa tersiksa seperti ini. Kenapa dirinya tiba-tiba memiliki hati nurani?

Diego makin penasaran, siapa sebenarnya Velina? Kenapa gadis itu bisa membuatnya merasakan ada yang sebelumnya pernah dia rasakan?

Tidak!

Diego menggeleng mencoba menepis perkataan di pikirannya. Dia berharap dirinya mabuk, lalu kembali ke kamar Velina dan melakukannya tanpa harus merasa bersalah. Tapi sayangnya dia malah berakhir dengan tertidur di sofa.

Velina mencari pakaian di lemari, dia harus mengganti bajunya yang di robek oleh Diego. Dan dia menemukan kemeja milik pria itu.

Kemeja warna putih itu terlihat kebesaran di tubuh Velina yang mungil. "Ini jauh lebih baik daripada pakaian yang tadi," gumamnya pada diri sendiri.

Saat dia hendak naik kembali ke ranjang, dia di kejutkan dengan suara pintu yang di buka tiba-tiba.

BRAK!

Terlihat sosok Diego muncul di ambang pintu dengan sorot mata yang tak bisa di tebak. Pria itu perlahan melangkah ke arah Velina dengan langkah sempoyongan. Tadi dia memang sempat tertidur di sofa ruang kerjanya, namun satu jam kemudian kembali terbangun. Dan sisa mabuknya masih ada.

Velina menahan napas memasang sikap waspada.  "Kenapa kau membuatku tak bisa berhenti memikirkanmu?" Uca Diego di depan wajah Velina.

Bau alkohol langsung menusuk hidung Velina. Rupanya pria itu mabuk dan kini sedang meracau. "Kau tahu, sbelumnya kau adalah orang yang paling malas memikirkan orang lain." Racau Diego lagi, dan kini dia menjatuhkan kepalanya di pundak Velina.

Velina tidak mengerti apa yang di katakan Diego. Pria itu terus saja meracau hingga suaranya tak terdengar lagi.

Merasa tak ada pergerakan. Velina menyentuh kepala Diego yang ada di ceruknya. Pria itu tak bergerak. Celina segera mengangkat kepala pria itu dan memeriksanya.

"Diego--" Pria itu tak bergerak ketika Velina menepuk pelan pipinya.

"Diego!" Velina mulai panik. Berbagai cara ia lakukan untuk membangunkan Diego. Namun pria itu tetap tak meresponnya. Dengan cepat Velina meletakkan tubuh Diego ke atas ranjang, kemudian dia berlari keluar untuk meminta bantuan.

"Asisten Gun!" Teriak Velina berlari keluar. Wanita itu bahkan tak memakai alas kakinya. Asistent Gun yang mendengar teriakan Velina segera mendekat meski langkahnya yang renta tertatih. Dia melihat Velina yang ketakutan.

"Diego--Diego-- tidak mau bangun," ucapnya terbata karena gugup.

Walau kadang terbesit pikiran ingin membunuh Diego dengan tangannya sendiri.  Tapi Velina tetap tidak tega jika melihat orang tak berdaya seperti Diego saat ini.

"Nona, tenanglah!" Titahnya. Lalu wanita itu memanggil beberapa maid pria untuk memeriksa tuan memeriksa keadaan Diego. Setelah di periksa, pria itu tetap tak menunjukkan kesadaran.

"Dia tiba-tiba pingsan, aku berani sumpah, aku tidak melakukan apapun padanya." Jelas Velina setelah mendapati tatapan penuh rasa curiga dari asistent Gun.

Wanita tua itu kemudian menyuruh salah satu maid untuk menelpon dokter pribadi Diego.

"Sepertinya tadi Tuan muda terlalu banyak minum, aku mencium bau alkohol mulutnya." Jelas Velina lagi. Dia takut asistent Gun salah paham padanya.

"Tapi biasanya tuan muda tidak pernah minum sampai semabuk ini. Dia jarang seperti ini. Jika dia seperti ini, pasti ada hal yang sangat di pikirkannya dan dia berusaha melupakannya." Ujar Asistent Gun. "Dan masalahnya, aku tidak tahu apa uang sedang mengganggu pikirannya." Lanjut wanita tua itu dingin.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!