Jadilah wanitaku

"Selamat malam, Nona. Anda sudah bangun?"

Velina hanya bisa terpaku di atas tempat tidur menatap seorang wanita tua yang memasuki kamarnya dan di belakangnya mengekor dua orang maid yang membawa pakaian.

Velina buru-buru menyadarkan diri dengan membalas anggukan hormat mereka.

"Perkenalkan, Namaku Gun. Aku adalah kepala maid di vila ini. Tuan muda menyuruh kami untuk melayani, nona."

Apa maksudnya melayani? Velina benar-benar masih linglung. Wanita tua itu pun memberi isyarat kepada dua maid di belakangnya dengan gerakan lehernya. Kedua maid itu pun mengangguk dan segera menghampiri Velina.

"Hei... Kalian mau apa?" Wajah Belina panik.

"Maaf nona, kami ingin melepas pakaian anda dan membawa anda ke kamar mandi." Jawab salah satu maid.

"Apa?" Mata Velina yang bulat makin melebar. "Hei... Kalian apa-apaan!" Belinda berusaha memberontak tapi para maid seolah tak menggubrisnya. Mereka tetap melepaskan baju yang di kenakan Velina dengan paksa. Kemudian menarik paksa Belina ke kamar mandi.

Sial, kenapa mereka mirip tuan mereka si pria iblis itu! Suka memasa!

Velina hanya bisa mengumpat dalam hati.

Setelah sekian menit berlalu, para Maid sudah selesai dengan pekerjaannya. Kini Belina sudah tampil cantik dengan gaun malamnya. Gaun itu berwarna hitam selutut dengan belahan dada rendah.

Kurang ajar!

Umpat Velina saat dia melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin.

Dasar mesum!

Umpatnya sekali lagi sembari membenarkan pakaiannya yang terlihat sangat... Sexy. Velina merasa risih dan tidak nyaman.

"Sekarang nona di tunggu Tuan di meja makan."

Ujar wanita tua tadi yang masih ada di sana. Lamunan Belina seketika buyar.

Sekarang apa lagi? Aku harus menemani pria mesum itu makan malam? Batinnya.

"Mari, nona." Asistent Gun mengangkat tangannya dengan gaya mempersilahkan. Karena melihat wanita tua itu sudah berumur dan dia terlihat ramah. Velina jadi sungkan untuk membantah. Akhirnya dia terpaksa mengangguk setuju.

Velina mengikuti langkah Asistent Gun di belakangnya. Sembari melangkah, mata Belina tak hentinya menatap ke sekeliling, vila ini begitu luas dengan pilar-pilar besar sebagai penyangganya. Sepanjang koridor menuju ruang makan, mata Velina di manjakan dengan lukisan-lukisan berukuran besar yang  di sengaja di pajang di dinding.

Velina sangat menyukai lukisan, di waktu senggang biasanya dia suka melukis sebagai hobinya.

Langkah Velina memelan ketika kakinya menjejak ruangan makan yang begitu luas. Terdapat meja panjang dengan banyak kursi mengitarinya. Dan di kepala meja, ada sosok yang sebenarnya tak ingin di lihatnya sama sekali.

Pria iblis itu memasang wajah dinginnya. Kemudian dengan hanya mengangkat tangannya semua maid yang ada di sana mengangguk dan berlalu. Bahkan wanita tua yang mengantarnya tadi ikut berlalu. Kini tersisa Velina di sana, berdiri dengan gelisah. Pria itu terus menatap dirinya seolah ingin menelan seluruh dirinya.

"Sampai kapan kau mau berdiri terus di situ? Ayo duduk!" Titahnya dengan suara dingin.

Velina memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya dan berkata, "kenapa aku harus menurutimu?" Ujar Velina tak kalah dingin.

"Apa begini caramu bicara dengan orang yang telah menolongmu?"

"Aku tidak pernah meminta di tolong oleh orang sepertimu!"

Mendengar jawaban Velina. Rahang Diego berubah mengeras. "Apa kau sungguh tidak takut padaku?" Ucapnya pelan sekaligus mengancam.

Ingatan Velina langsung membawanya saat pria itu dengan paksa merenggut kehormatannya. Dia merasa sangat marah tapi sekaligus tak berdaya. Sekarang dia bahkan kehilangan pekerjaan juga tempat tinggal. Sedangkan di luar sana bahaya juga sedang mengancamnya. Jadi apakah ini takdirnya? Harus menyerah pada pria ini?

Tidak!

Velina tidak ingin tunduk pada pria ini begitu saja. Dia harus membuat pria ini merasakan apa yang dia rasakan. Dendam ini harus terbalas. Tapi bagaimana caranya?

"Aku tahu hidupmu sudah berakhir, dan kau tidak punya tempat berlindung sekarang. Jadi aku ingin memberimu penawaran, bagaimana?"

Mata Velina tampak berpikir sejenak, "penawaran apa?"

"Jadilah wanitaku, dan akan ku jamin seluruh kehidupanmu!"

Mendengar itu, Velina sebenarnya sangat kesal setengah mati. Dan ingin mengumpat Diego saat itu juga. Tapi dirinya sadar dengan ketidak berdayaanya saat ini. Diego benar, dirinya memang butuh tempat berlindung, karena orang-orang yang mengejarnya tadi, pasti akan tetap mencarinya.

Jadi untuk sementara waktu, Velina pikir dia bisa menerima tawaran pria iblis itu.

"Baiklah, aku setuju."

Diego sangat terkejut dengan perubahan sikap Velina. Wanita itu tiba-tiba melunak dan setuju dengan tawarannya begitu saja.

"Baiklah, kau tidak bisa menarik lagi ucapanmu, dan aku akan menjadikanmu sampai aku merasa bosan. Dan kau tidak boleh berharap cinta dariku." Jelas Diego lagi.

Celina tersenyum miring. Pria ini sungguh ingin menginjak-injak harga dirinya. Lagipula siapa juga yang mengharapkan cinta dari pria iblis seperti itu. Hati Velina sudah mati rasa sejak hari itu. Kali ini dia hanya ingin bertahan dan balas dendam. Dia hanya butuh waktu yang tepat membalas semua perbuatan Diego dengan cara yang tidak pernah pria itu duga sebelumnya.

"Sayang sekali, padahal aku mengharapkannya, aku berharap anda akan benar-benar jatuh cinta padaku." Velina mengubah strateginya, dia tidak akan menunjukkan keangkuhannya lagi, tapi dia akan menunjukkan sisi lain dirinya. Dia akan membuat Diego bingung dengan sikapnya dan semakin penasaran dengannya.

"Tidak ada yang bisa membuatku jatuh cinta sebelumnya, semua wanita bagiku hanyalah sebagai pelampiasan hasrat ku, termasuk dirimu." Diego masih setia dengan keangkuhannya, padahal dirinya tak bisa melupakan Velina sedetikpun setelah pertemuan pertama mereka.

Velina justru senang melihat sikap Diego yang seperti itu. Karena sikapnya itu yang kelak akan menghancurkannya. Velina berjanji, akan membuat Diego jatuh cinta padanya dan mengemis cintanya sampai pria itu ingin membunuh dirinya sediri karena tak mendapatkan cinta darinya.

Ini namanya, membunuh tanpa menyentuh.

"Kenapa kita bicara terus? Aku lapar, bolehkah aku makan? Aku takut tidak punya tenaga saat melayanimu nanti." Celina merasa itu sana sekali bukan dirinya. Dia bahkan tidak percaya dirinya mampu mengatakan hal semenggelikan itu. Tapi demi melancarkan rencananya, dirinya harus banyak-banyak bersabar dalam merendahkan dirinya sendiri.

Anggap saja ini umpan, untuk mendapatkan ikan yang besar dan melepasnya seperti orang tak berdaya kemudian hari nanti.

Diego mengangkat sudut bibirnya sedikit, "rupanya kau ingin menggodaku? Baiklah, aku ingin lihat, seberapa hebat kau melayaniku."

Sial!

Velina mengumpat, kenapa jadi dirinya yang seperti termakan omongannya sendiri? Bagaimana jika pria ini akan benar-benar menidurinya lagi malam ini?

Padahal niat Belina tadi hanya ingin mempermalukan ego pria itu. Tidak di sangka pria itu malah bertindak agresif?

"Kenapa kau tiba-tiba diam? Apa kau takut?" Diego sengaja menggoda Velina yang wajahnya tiba-tiba berubah pucat. 

Velina tidak menjawab, dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada pria itu, dia hanya menarik kursi dan duduk. Hidangan lezat yang terhidang di depannya membuatnya sedikit melupakan permasalahannya dengan Diego. Urusan pria itu, biarlah nanti saja di pikirkan. Saat ini dirinya hanya ingin makan karena perutnya sudah sangat kelaparan.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!