BAB 5

Saat Fietta sampai rumah, ia melihat mobil Dani di halaman rumah dan itu membuat senyumnya mengembang. Fietta mempercepat langkahnya dan menemukan Dani yang saat ini membaca koran di ruang tamu.

"Papah baru pulang?" Fietta mencoba mendekati Dani dan menyalimi tangannya.

"Iya," Hanya itu jawaban Dani karena matanya masih fokus membaca.

Tanpa berkata lagi Fietta pergi menuju kamar, ia akan melanjutkan lukisannya. Walau Fietta senang Dani berada di rumah tetapi ia tidak pernah mengharapkan perhatian Dani, itu yang selalu di tanamkan dalam diri Fietta agar tidak merasakan sakit hati saat di abaikan Papahnya sendiri.

Menjelang malam Fietta turun untuk makan malam tetapi langkahnya terhenti kala ia mendengar suara seseorang yang ternyata asisten dan juga tangan kanan Dani. dua orang itu berada di pinggir tangga yang membuat Fietta memilih mendengarkan percakapan keduanya karena membahas tentang dirinya.

"kamu tau? sepertinya pak Dani ingin menjodohkan mba Fietta dengan pemilik perusahaan Yunans," Ujar sang asisten.

"Ngaco kamu, dapat info dari mana?"

"Saya denger obrolan pak Dani lewat telepon, sepertinya pemilik perusahaan itu tertarik dengan mba Fietta dan pak Dani langsung mengajak orang itu untuk bertemu," Walau sang asisten mengecilkan suaranya tetapi Fietta bisa menangkap apa yang di bicarakan. Fietta pernah mendengar beberapa kali orang menyebutkan perusahaan itu, bahkan banyak artikel yang menyebutkan pria misterius itu.

Fietta sejenak linglung bahkan saat para anak buah Dani pergi ia masih berdiri di ujung tangga, kebetulan salah satu pengawalnya melihat Fietta berdiam diri dan kemudian menghampiri.

"Nona, makanan sudah siap,"

Suara itu membuatnya sadar, ia melirik pria itu lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan, karena bi Ani tidak ada di rumah terpaksa mereka memesan dari luar.

Fietta melihat sosok ayahnya di meja makan dengan tangan kirinya memainkan sendok yang di putar-putar sedangkan tangan kanan memegang koran.

Saat Fietta duduk Dani perlahan menegakkan badan dan mulai menaruh koran, itu yang ada di pandangan Fietta karena kini Fietta berada di hadapan sang ayah.

Fietta makan dengan diam, sebenarnya tidak ada ajaran untuk makan dalam hening, hanya saja ia mulai terbiasa mengunci mulut saat bersama Dani.

Di sela makan, salah seorang asisten mendekati Dani dan berbisik tak butuh waktu lama untuk melihat reaksi yang diberikan Dani, pria yang umurnya sudah tidak muda lagi itu mengerutkan kening dan menatap tajam asistennya.

"Beritahu dia untuk bertemu malam ini dan kirimkan lokasinya," Ucap Dani dengan wajah kesal.

"Baik pak," Segera sang asisten memundurkan diri.

Beberapa detik kemudian Dani mengakhiri makan dan berlalu dari hadapan Fietta tanpa ada sepatah katapun pada putri satu-satunya.

Tanpa di cegah air mata yang sedari dulu di tahan mengalir begitu saja, sebenarnya Fietta mulai lelah hidup seperti ini, ia bingung menentukan tujuan hidup di dunia ini, melihat sikap ayahnya Fietta merasa hidupnya hanya beban untuk Dani.

......***......

Dalam sebuah ruangan dengan tumpukan berkas-berkas seorang pria dengan wajah tegasnya masih mengutak-atik laptop dan juga beberapa berkas, sang sekretaris menatap tak berdaya atasannya yang merangkap menjadi robot berjalan itu. Harusnya ia pulang setengah jam yang lalu dan akan berkencan dengan calon istrinya namun pemikiran itu kandas saat dirinya di minta lembur oleh atasan tidak punya hati itu.

"Yan lo gak kasian gitu sama nasib cami," Keluh Randi melihat sepupunya belum ada tanda-tanda selesai.

Arbian menoleh dan melihat wajah jelek Randi, ia kembali melanjutkan pekerjaan, sebenarnya Arbian bukan seseorang yang gila kerja, hanya saja ia harus menghendel dua perusahaan besar sekaligus dan itu harus memakan waktu banyak jika tidak langsung di kerjakan.

"Cami siapa?" Arbian mengerutkan kening.

"Calon suami! hah, susah emang kalau ngomong sama jomblo dunia akhirat, gak ngertian orangnya," Satelah mengucapkan itu Randi dapat merasakan tatapan menusuk dari seseorang.

"Gue bercanda doang elah yan, serius banget hidup lu, pantes jomblo,"

Arbian tidak menggubis ucapan Randi dan masih fokus pada pekerjaannya, ia juga ingin cepat selesai dan bisa beristirahat di rumah.

"Lo bisa pulang sekarang,"

Mendengar ucapan itu Randi masih belum merespon, ia pernah lamgsung pergi saat Arbian menyuruhnya pulang duluan tetapi gajinya di potong setengah setelahnya.

"Gak, cuma karena gua pergi sehari gaji gua setengah bulan ilang nanti," cibir Randi melipat tangan di depan dada dengan bersandar di sofa.

Arbian tampak memijat alis, kini pikiran jahatnya hampir menguasai untuk memotong gaji Randi 75%. Sepertinya lebih baik sendiri daripada di temani terompet berwujud manusia ini.

"Pergi sebelum gue perubah pikiran,"

Tanpa menunggu lama Randi loncat dari sofa menuju pintu, sebelum keluar Randi menoleh ke arah Arbian yang kini menatap datar kearahnya.

"thank you brother,"

Brakk..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!