Di sela makan, Fietta mengarahkan pandangannya pada Tante Lia yang sedari tadi melamun tanpa menyentuh makanannya.
"Tan,"
Mendengar suara itu, Lia segera menoleh dan tersenyum, ia tidak sadar jika Fietta hampir selesai makan.
"Sehabis ini kamu istirahat, nanti malam kita jalan-jalan."
Fietta menanggapi dengan kepala mengangguk dan setelah selesai makan ia masuk kamar.
Saat malam menjelang Fietta bersama Tante Lia sudah siap dan segera pergi menuju pusat perbelanjaan. Karena Tante Lia sangat menyukai fashion sampai akhirnya ia mendirikan sebuah butik pakaian dan sudah membuka cabang di berbagai daerah.
"Sayang kamu bisa milih baju apa saja, Tante yang akan bayar," Ujarnya mengajak Fietta memasuki toko pakaian.
"Aku punya uang tan."
"Ish kamu ini, Tante jarang loh ketemu kamu, jadi hari ini tante akan traktir Fietta sepuasnya."
Setelah memilih sekitar 3 baju Fietta mengajak Tante Lia untuk makan malam di restoran dekat situ.
"Fi, lulus sekolah kamu mau tinggal bareng tante?"
Pertanyaan itu bukan sekali dua kali terucap, selama tante Lia menghubungi Fietta, wanita itu selalu mengajak Fietta tinggal bersama dengan keluarganya.
"Aku belum tau tante,"
Lia hanya tersenyum, walau Dani mengabaikan putrinya tapi Dani tidak akan mengizinkan putrinya jauh dari pandangannya. Selama menjadi adiknya Lia sangat hafal sifat kakak satu-satunya itu, Dani susah untuk menunjukkan rasa sayangnya pada seseorang, apalagi saat istrinya meninggal akibat kecelakaan sepuluh tahun yang lalu.
"Lia?" Fietta dan Lia kompak menoleh dan mendapati wanita paruh baya dwngan sikap elegan menghampiri dengan senyum menawan.
"Loh.. Tante Anggita, aku pikir masih di luar negeri," Ujar Lia tersenyum hangat pada wanita paruh baya itu.
"Sebenarnya ia, tapi karena keponakan saya akan menikah terpaksa saya pulang, dan ini anak kamu?" Tanya tante Anggita yang kini memfokuskan pandangannya pada Fietta.
"Keponakan aku tan, namanya Fietta,"
Fietta segera menyalami wanita itu, "Halo tante,"
"Cantiknya, sayang anak saya punya pacar, atau gak kamu saya kenalin ya sama keponakan saya juga, tenang saja dia lebih tampan hahaha,"
Fietta hanya tersenyum canggung menanggapi perkataan wanita paruh baya itu sedangkan tante Lia tertawa seraya menyetujui keputusan itu dengan candaan.
Obrolan ringan mereka terhenti saat ada yang menepuk bahu Tante Anggita membuat pusat perhatian ketiganya teralihkan.
"eh ran, gimana? udah dapat baju yang cocok?" Tanyanya pada seorang pria yang menggandeng seorang gadis.
Randi diam sebentar saat matanya tidak sengaja bertemu tatap dengan Fietta, gadis yang di perhatikan sepupunya. Bahkan Fietta kini mengerutkan kening seakan sedang berfikir.
"Udah mom, aku sama Bella mau langsung pulang ya, aku udah minta daddy jemput mommy," jelasnya menggenggam erat tangan wanita di sampingnya.
"Ya kalian hati-hati, mommy masih mau jalan-jalan dulu,"
Setelah pasangan itu pergi barulah Tante Lia dan Tante Anggita mengobrol kembali dengan Fietta yang memilih memainkan ponselnya membuka sosmed yang beberapa hari ini tidak ia buka.
Fietta penasaran dengan anak Tante Anggita, sepertinya ia pernah melihatnya di suatu tempat tetapi lupa dimana tepatnya.
Karena waktu semakin larut Tante Lia membawa Fietta pulang karena besok Fietta kuliah pagi.
Pagi menjelang Fietta yang sudah siap berjalan menghampiri ruang makan yang di mana sudah ada tante Lia yang kini meminum teh.
"Pagi sayang," Sapa tante Lia.
"Pagi tan, hari ini tante pulang?" tanyanya seraya mengambil roti untuk sarapan.
"Iya, tante gak bisa lama-lama, yang ada nanti key kesenengan gak ada yang ngawasin," ujar tante Lia yang hafal anak cowoknya yang selalu keluyuran main.
Selesai sarapan tante Lia mengantar Fietta sekaligus ia langsung pulang.
"Tante langsung pamit, kamu kalo ada apa-apa harus hubungi tante ya,"
Mendengar itu Fietta mengangguk patuh, walau jarang bertemu tapi mereka sering berkomunikasi lewat telepon. Setelah mobil tante Lia pergi Fietta segera masuk ke dalam kelas.
Hari ini cukup melelahkan menurut Fietta, setelah kelas berakhir Fietta mendapat pesan bahwa hari ini bi Ani harus pulang karena suaminya masuk rumah sakit. Akhirnya Fietta memilih ke restoran cepat saji untuk makan siang.
Saat memesan Fietta mata Fietta tanpa sengaja melihat dua orang yang sedang bermesraan tak jauh dari mejanya, itu adalah mantan pacarnya dan seseorang yang dulu ia tau hanya sepupunya.
Fietta teringat ucapan Carla yang mengatakan bahwa Barga tidak mempunyai sepupu lain yang seumuran selain Carla. Dan tentu saja sekarang Fietta sangat yakin bahwa ia di tipu melihat bagaimana kini Barga dengan penuh perhatian menyuapi gadis itu.
Sedih? sama sekali tidak, perasaan Fietta kini hanya di penuhi amarah, Fietta menyesal menyia-nyiakan waktu berharganya hanya untuk pria sampah itu.
Untungnya makanan datang membuat pikirannya teralihkan, makanan membuat moodnya kembali dan bahkan lupa jika beberapa detik yang lalu ingin meledak marah.
Fietta menyelesaikan makannya dengan cepat dan segera pergi dari sana, tidak menyadari ada sepasang mata mengawasinya dari jauh.
Malam hari Fietta hanya membaca buku di kamar, saat sore bi Ani menelepon mengingatkannya untuk makan malam karena biasanya Fietta akan langsung tidur dan lupa untuk makan.
Karena tidak ada yang membuat makanan akhirnya Fietta memesan makan dari luar, sedari kecil Fietta jarang memesan makan di luar karena bi Ani selalu memasak.
Saat Fietta bangun ia di kejutkan dengan dering ponselnya, saat melihat itu tante Lia ia segera mengangkat.
"Halo tan?"
"Halo sayang, tante denger bi Ani gak ada ya, kamu gimana?"
"Engga masalah tan, aku udah besar, bahkan Keynan juga sering keluar malam kan?" ujar Fietta menyebut sepupunya yang masih duduk di bangku SMA.
"Keynan itu mirip ayahnya, bandel gak bisa di atur, tante juga pusing mikirinnya," terdengar nada lelah dari suara tante Lia saat membahas keynan, putranya.
"Ya udah tan aku harus mandi, bye tante ku sayang,"
Mematikan panggilan, Fietta segera membersihkan diri, hari ini sebenarnya tidak weekend dan Fietta tidak ada kegiatan apa-apa hari ini jadi ia akan pergi jalan-jalan sendiri.
Setelah siap Fietta mengeluarkan sepeda, ia akan menikmati pagi ini dengan santai. Karena ini masih terbilang awal ada beberapa orang yang lari pagi di sekitaran taman.
Fietta berhenti di sebuah tenda yang bertulisan bubur ayam, hanya ada dua orang jadi Fietta memilih makan di tempat.
Saat asyik menikmati buburnya seseorang duduk di hadapannya membuat Fietta mendongak.
"Boleh gabung?"
Tidak ada jawaban dari Fietta, orang di hadapannya juga memilih ikutan diam.
"Eh maaf, silahkan," Panik Fietta yang baru sadar dari lamunannya.
"Saya Arbian, kita bertemu dua kali sebelumnya,"
Fietta belum menjawab, matanya menelisik, sepertinya gaya pria ini terlalu tinggi bahkan untuk berkenalan saja tidak ada jabatan tangan atau senyum di wajahnya.
"Saya Fietta, maaf waktu itu saya sudah ceroboh,"
"Saya maafkan untuk kali ini,"
Mata Fietta hampir memutar mendengar perkataan itu, sungguh pria yang tidak bisa berbasa-basi. Memilih tidak menjawab Fietta kembali memakan buburnya dengan cepat.
"Saya tidak akan minta, kamu bisa makan dengan santai," ucapnya kalem tetapi Fietta memilih tidak peduli, ia hanya ingin pergi secepat mungkin, kini Fietta mengerti bahwa semua pria tampan hanya mempunyai muka saja.
Fietta melirik Bian di sela makannya, pesanan pria itu datang dan dengan tangan kekarnya pria itu makan dengan sikap tenang. Kini pandangan Fietta menelisik pakaian pria itu, yang kini memakai kaos hitam dan celana training menandakan bahwa pria itu baru saja selesai lari pagi.
"Puas mandangin saya?" Dengan cepat Fietta memalingkan muka, untungnya tinggal sesendok bubur yang ada di mangkuk Fietta, setelah menghabiskan ia berdiri dan membayar makanan tetapi di tolak karena sudah di bayar seseorang.
Fietta menolehkan kepalanya pada Arbian yang masih santai memakan buburnya tanpa memperhatikan tatapan tajamnya.
"Makasih," Tekannya dan segera melaju sepedanya.
Arbian diam sebentar sebelum tertawa kecil saat mengingat wajah kesal Fietta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments