...***...
Semalaman menangis membuat mata Fietta sembab dan beruntungnya hari ini tidak ada kelas pagi jadi ia tidak akan bertingkah konyol dengan memakai kacamata hitam di kampus.
Seperti biasa Fietta turun untuk sarapan, ia tidak akan takut memperlihatkan penampilan kacaunya pagi ini kepada bi Ani, walaupun bi Ani seperti keluarga untuknya tetapi bi Ani tidak pernah bertanya apapun jika bukan dari Fietta yang bercerita sendiri, itu membuat Fietta merasa tenang mengungkapkan segala keluh kesahnya karena bi Ani merupakan
pendengar yang baik.
"Sarapannya non," Ujar bi Ani mulai mengisi piring Prisilla dengan nasi goreng.
"Iya, makasih bi," Sebisa mungkin Prisilla mempertahankan senyumnya, untuk membuktikan jika ia baik-baik saja.
Pagi ini Fietta mencoba merilekskan diri dengan melukis, dari lantai atas ia bisa melihat pepohonan dan bangunan-bangunan tinggi, hobi melukis adalah hobi Arsyita, ibu Fietta. Karena selalu mengikuti ibunya akhirnya bakat Arsyita tersalurkan pada anak perempuan satu-satunya.
Itulah mengapa jika ia teringat kenangan masa kecil, ia akan melukis karena itu akan membuat hatinya damai seakan sosok ibu yang sudah tiada kini berada di sampingnya seraya tersenyum hangat.
...***...
Sedangkan di tempat yang berbeda, seorang pria dengan setelan jas yang pas di tubuhnya dan potongan rambut rapi dan sangat cocok di wajah tampannya kini melangkahkan kaki menuju ruangannya setelah melakukan meeting dengan klien.
Sebelum masuk ruangan langkah kaki pria itu terhenti dan berbalik membuat sekretarisnya yang ingin duduk segera menegapkan badan.
"Tugas dari saya kemarin mana?"
Randi, sang sekretaris menepuk kepalanya karena lupa memberikan tugasnya, segera ia mencari sesuatu di mejanya.
"Ini pak," Randi segera memberikan beberapa lembar kertas yang sudah di jilid kepada pria itu yang merupakan bosnya di tempat kerja.
Setelah melihat nama di atas bertulisan 'Fietta Andraini Kusuma' pria itu menganggukkan kepala.
"bagus,"
"maaf sebelumnya, apa pak Bian berencana mendekati gadis ini?" pria dengan nama lengkap Arbian Yunandra Maherra itu hanya tersenyum dikit bahkan jika tidak di perhatikan secara jelas mungkin tak akan ada yang bisa melihatnya.
"Bisa kamu ubah bahasa kamu? saya muak dengernya,"
Randi yang sedari tadi terus menegakkan badan kini mulai santai dan bahkan kini tangannya berkacak pinggang.
"Gak bisa bener lu ini serius, gue itu lagi belajar prefesional dalam pekerjaan,"
Tanpa menanggapi Bian segera memasuki ruangan meninggalkan Randi yang ingin berbicara lagi namun lawan bicaranya pergi begitu saja.
"Dasar sepupu jahanam," kesalnya meninju pintu yang tertutup.
Di ruangannya Bian tampak membaca beberapa lembar kertas itu, sesekali ia mengernyitkan dahi saat membacanya.
apa yang tertera di kertas itu adalah biodata dan identitas Fietta dari orang kepercayaannya. Dan inti dari itu semua adalah hubungan Dani dengan anaknya yang ternyata tidak seperti apa yang di bayangkannya.
Jelas-jelas di ponsel Dani terdapat Foto Fietta saat kelulusan, mungkin saat SMA. Itu yang terlihat oleh Bian saat beberapa kali melakukan meeting dengan Dani
Dan satu lagi, Fietta berpacaran dengan seorang lelaki selama 3 tahun yang padahal lelaki itu juga mempunyai pacar lain dan sudah terjalin selama 1 tahun.
"hah.. wanita bodoh," gumamnya yang belum mengetahui kalau Fietta sudah memutuskan hubungan dengan pacarnya.
Bian mulai penasaran dengan Fietta saat Dani menelpon pengawalnya untuk terus menjaga Fietta dan menegaskan untuk tidak membuat anaknya terluka.
Dan juga Bian mulai mengagumi sosok Dani saat ia masih duduk di bangku SMA, saat itu Bian mengikuti ibunya menghadiri ulang tahun perusahaan Dani dan melihat caranya berbicara dengan tegas dan berwibawa membuat Bian ingin seperti Dani suatu saat.
Dan akhirnya apa yang di inginkannya berhasil ia lakukan dengan perjuangan di tengah masalah pada keluarganya dan beberapa tahun kemudian perusahaannya mampu menyaingi perusahaan lain. Tetapi ia memilih menyembunyikan identitasnya bahkan orang tuanya tidak pernah tau, karena itu banyak desas desus yang membuat namanya jelek, Bian tau berita-berita miring itu adalah ulah beberapa saingan kerjanya.
Selama ini Bian mengelola 2 perusahaan dan kini ia menjadi direktur di perusahaan keluarga Maherra, di mana itu merupakan perusahaan yang di dirikan oleh Julian Maherra, daddynya.
Sesekali ia datang untuk mengecek perkembangan perusahaannya, dan itu di bantu oleh Jeri, Pamannya atau lebih tepatnya ayah Randi. Paman Jeri merupakan penanggung jawab perusahaan miliknya dan merupakan orang tua kedua baginya.
......***......
Fietta telah rapi dengan kemeja dan celana jeans, dan hari ini ia membiarkan rambutnya terurai untuk pergi ke kampus.
Sesampainya di kampus Fietta memilih bersantai di taman karena masih ada beberapa waktu lagi sampai kelas mulai, dan itu merupakan tempat di mana ia dulu menyatakan cinta dan juga yang terakhir meminta putus kepada Barga.
"Fietta,"
Mendengar namanya di panggil Fietta segera mendongak dan melihat Carla menghampiri.
"Sendirian?"
Fietta mengangguk, bahkan anak fakultas lain juga tau ia tidak punya teman dekat. Lalu tanpa kata Carla duduk di sampingnya dan mulai memainkan ponsel.
"Gue numpang di sini ya, gerah banget soalnya," ujarnya yang sudah fokus pada game yang di mainkannya, sesekali gadis itu berseru karena lawan mainnya membuat kesal.
Fietta mencoba mengabaikan dan kembali fokus pada buku yang di baca, ia bukan anak kutu buku walau kepribadiannya tertutup hanya sesekali membuka novel saat ia merasa jenuh.
Setelah seharian berada di kampus Fietta memilih bersantai di sebuah kafe tidak jauh dari kampus, setelah memesan ia memilih duduk dekat jendela dengan pemandangan jalan yang masih padat, mungkin karena sore ini para pekerja mulai pulang.
Namun matanya terhenti di satu titik, pria yang bersamanya di dalam lift kemarin berdiri di seberang jalan dan berjalan memasuki kafe tempatnya kini berada.
Memilih lanjut membaca buku Fietta mencoba memfokuskan diri dan tidak sadar seseorang memperhatikannya.
drtt... drttt...
Suara getaran di meja membuat fokus Fietta hilang dan melihat layar menunjukkan nama bi Ani.
"Halo bi?"
"Non, ada tante Lia di rumah,"
Fietta tidak dapat menyembunyikan ekspresi bahagia saat mendengar itu.
"Tunggu bi, Fietta bentar lagi sampai,"
Karena terburu-buru saat berbalik ia tidak sengaja bertuburan dengan seorang pria, walau keningnya sakit karena benturan itu Fietta mengucap maaf dengan menunduk tidak berani melihat ke depan.
"Sepertinya kamu memang selalu ceroboh,"
Mendengar itu Fietta segera mendongak, dan ya, nata hitam pekat itu lagi yang berada di hadapannya.
"Maaf mas, saya beneran tidak sengaja," sesalnya.
"hm, lain kali hati-hati," ujar Bian lalu berjalan melewati Fietta untuk melanjutkan langkahnya yang ternyata menuju toilet.
Tanpa waktu lama Fietta segera pergi dari sana dan bergegas pulang. Dan ternyata benar, saat sampai mobil yang sangat di kenalnya terparkir rapi di depan rumah.
"TANTE LIA.."
Mendengar teriakkan seseorang, wanita dengan pakaian rapi dan modis itu menoleh dan melihat gadis yang dulu di rawatnya kini mendekat dengan senyum lebar.
"Duh.. Kesayangan tante satu ini, gimana kabar kamu?"
Fietta tidak bisa menjawab, pelukan ini sangat ia rindukan dan Fietta tidak ingin melepaskannya.
Melihat itu Tante Lia tidak bisa menahan tawa membuat Fietta menatapnya.
"Tante ketawa?" tuduhnya membuat tawa Tante Lia terhenti.
"Maaf sayang, abis kamu seperti anak beruang, lucu banget," ucapnya mencubit gemas pipi Fietta.
"Tan, aku udah 21 tahun, bukan anak kecil lagi,"
"Iya iya tante paham, sekarang kita makan bareng," Tante Lia segera menggiring Fietta menuju meja makan, setelah kurang lebih 5 tahun tidak melihat Fietta, ia sangat menyayangi anak dari abangnya ini, ya, Lia merupakan adik kandung Dani. Jika bukan karena bisnis yang di kelolanya mungkin Lia bisa terus berada di sampingnya menggantikan peran arsyita, kakak iparnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments