World For You

World For You

Bab 1

...***...

"Aku mau putus," Ucap seorang gadis dengan percaya diri di hadapan lelaki yang sedari tadi fokus dengan handphonenya.

Mendengar perkataan itu, sang lelaki menghentikan kegiatannya dan menatap beberapa detik wajah gadis itu, tapi segera semburan tawa terdengar.

"Hahaha.. Ta kamu kalo mau bercanda nanti lagi, aku lagi main game sekarang, gak ada waktu," Ucap lelaki itu sembari terkekeh geli.

Fietta memejamkan mata mencoba bersabar, walau sebenarnya kesabarannya selama 3 tahun ini sudah habis bersih karena cowok brengsek di hadapannya kini.

"Aku serius, mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi, kamu bebas pergi sama siapa aja tanpa larangan aku lagi," Ucapan itu terasa pahit di lidah, sosok yang dia cintai selama beberapa tahun harus ia lepas.

Barga terdiam sekejab, dan memandang Fietta, mencari kebohongan di wajah gadis itu.

"Oke, tapi untuk kali ini gue gak akan semudah itu untuk ngasih lo kesempatan buat balikan," Barga yakin kalau Fietta selalu balik lagi dengannya, begitupun dengan tahun-tahun yang lalu saat Fietta memutuskannya dan keesokan harinya menangis meminta balikan hanya karena Barga bersama cewek lain.

Tanpa menunggu lama Barga bangun dari duduknya dan meninggalkan Fietta di taman belakang sendiri tanpa menolehkan kepala ke belakang.

"Mah.. Siapa yang sayang adek selain mamah, lelaki yang selama ini Fietta cintai engga pernah bales perasaan Fietta, bahkan papah juga gak pernah peduli sama Fietta," Fietta menggeladah ke atas, berharap mamahnya di atas sana dapat mendengar curhatannya.

Drtt... Drtt..

Bunyi ponsel di tas nya menyadarkannya dari kesedihan dan melihat alarm yang menandakan kelas akan segera di mulai.

Ia berjalan menuju kelas Sastra, kuliah yang ia pilih ketika lulus SMA. Ia juga tidak pernah dekat dengan seorang teman hanya karena ia anak donatur sekolah. Fietta juga tidak terlalu memperdulikan, baginya selama tidak ada yang mengusik hidupnya itu akan baik-baik saja.

Fietta duduk di baris kedua yang tidak terlalu jauh dari meja dosen, di sampingnya terdapat gadis cantik dengan lesung pipi menambah kemanisan di wajahnya.

"Hei.. Boleh gue pinjem ponsel lo?"

Fietta mengerjab lantaran gadis yang ia lihat tadi kini mengajaknya berbicara.

"Eh.. Boleh," Fietta memberikan ponselnya dan kembali membaca bukunya.

Beberapa detik terlewat dan akhirnya gadis di sampingnya itu mengembalikan ponselnya dan berterima kasih.

"Btw gue Carla," gadis bernama Carla itu menjulurkan tangan kearah Fietta membuat Fietta terkejut, pasalnya banyak rumor tentangnya yang mengatakan dirinya arogan dan jahat hanya karena pacarnya mempunyai teman cewek lain.

"Fietta," Fietta tidak terbiasa berinteraksi dengan orang-orang lagi semenjak ia berpacaran dengan Barga.

"Oh jadi lo yang namanya Fietta itu," Carla mengangguk-anggukan kepalanya membuat Fietta canggung apakah ia akan di jauhkan.

"Lo cantik, harusnya cari pacar yang lebih baik lagi," Perkataan itu membuatnya bingung, biasanya ia akan di beri kritikan karena terus mengekang mantan pacarnya itu, ya karena beberapa saat yang lalu mereka putus membuat Fietta harus menegaskan kalau saat ini mereka mantan.

"Kamu salah, aku udah putus dari Barga,"

"Oh, bagus kalau gitu, gue paling benci sama cowok yang gak ngerhagain pacarnya,"

Fietta diam saja, bingung ingin menjawab apa. Gadis di sampingnya ini sangan blak-blakan ketika bicara dan Fietta bukan orang ramah yang bisa menyesuaikan pembicaraan.

"Gue punya satu rahasia, lo mau tau?" Bisik Carla pada Fietta.

Fietta memilih mengangguk,"Boleh."

"Gue sebenarnya sepupu Barga,"

Hari ini entah sudah berapa kali ia di buat terkejut oleh Carla, cewek ini terlalu jujur untuk seseorang yang baru kenal. Tapi perkataan Carla membuat Fietta berfikir keras. Selama ini demi menyenangkan keluarga Barga, Fietta sering membawa berbagai barang ke rumahnya dan bahkan mati-matian belajar memasak hanya karena ibu Barga suka menantu yang pintar memasak.

"Aku gak pernah tau kalo kamu salah satu dari sepupu Barga yang lain,"

Sayangnya ekspresi Carla kebingungan, "Barga punya sepupu cewek cuma 2, itu gue dan satu lagi tapi masih SMP."

Hah? Jadi selama ini siapa cewek yang di perkenalkan Barga padanya, bahkan saat Fietta datang ke apartemennya ia melihat Barga bersama cewek itu sedang asik mengobrol bahkan beberapa kali menginap di sana.

Selama kelas Fietta merasa linglung, tidak ada materi yang masuk ke dalam otaknya. Ia baru sadar kalau ternyata ia tidak pernah mengenal Barga dan tetap bertingkah bodoh.

Namun sekarang Fietta tidak akan lagi bersikap bodoh ataupun lemah, ia akan menunjukkan bahwa setelah meninggalkan cowok itu ia lebih bahagia.

Setelah kelas ia kembali ke rumah, rumah besar yang sayangnya hanya terisi oleh dirinya sendiri dan beberapa pembantu yang dari kecil mengurusnya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam non, gimana kuliahnya?" Sambutan saat pulang memang agak berbeda dengan kebanyakan orang, jika biasanya seorang ibu yang akan menyambut Fietta terbiasa dengan bibi asuhnya yang selalu menyambut.

"Engga ada spesial bi, abis kelas langsung pulang,"

Bi Inah hanya tersenyum, anak asuhannya harus merasakan kesepian di rumah besar ini bahkan tanpa di temani sang ayah yang selalu sibuk di kantor tanpa menyempatkan bertemu anaknya.

Fietta pergi menuju kamarnya, ruangan itu bisa terbilang luas bahkan sangking luasnya Fietta merasa hanya dia sendiri di dunia ini.

Menjelang malam setelah Fietta sibuk dengan tugas kuliahnya, ia mendongak dan melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 malam, ini mendekati makan malam.

Setelah membersihkan diri Fietta menuju bawah karena kamarnya berada di lantai dua, ia melihat banyak makanan tertata rapi di meja makan.

"Bi, papa pulang?" Tanyanya hati-hati, sudah hampir seminggu ia tidak melihat papanya, walaupun mereka jarang mengobrol.

" Iya non, tuan sekarang lagi di kamar, katanya akan makan di rumah,"

Fietta senang, papanya masih memikirkannya. Walau papanya tidak pernah menunjukkan kasih sayang tapi Fietta tau kalau sebenarnya papa selalu melindunginya.

Mendengar langkah mendekat, Fietta mendongak dan menatap pria yang walaupun sudah berumur diatas 40 tahun tapi masih berwibawa dan tetap tampan.

Dani menolehkan kepalanya pada anak satu-satunya tanpa ekspresi kemudian mengambil tempat duduk paling ujung dan memulai makan tanpa berbasa-basi atau memberikan senyum lembut pada putrinya, hal itu membuat Fietta tersenyum kecut.

Beberapa menit di habiskan dengan suara sesekali sendok yang berdenging dengan piring atau suara jam dinding yang terus berbunyi, dua manusia di ruangan itu bagai kutub yang di selimuti awan dingin.

Lidah Fietta kelu untuk memulai obrolan bahkan kepalanya tetap tertunduk tidak berani mengangkat ke depan sampai tidak menyadari jika sedari tadi ada mata yang terus memperhatikannya.

"Pa Fietta selesai," Suara itu mengecil, jika saja tidak sehening itu mungkin tidak akan ada yang bisa mendengar tetapi Dani jelas bisa mendengar itu semua, namun sebelum ia bisa membalas atau mengangguk Fietta telah beranjak dari kursi dan segera berjalan cepat menaiki tangga menuju lantai atas di mana ruang lingkup gadis itu berada.

Lantai atas merupakan lantai pribadi milik Fietta, bahkan disana di sediakan ruangan seperti perpustakaan dan tempat gym untuk Fietta berolahraga.

Hampir semua tersedia bahkan tempat panahan yang ada di halaman belakang rumah karena itu merupakan hobinya, mungkin menurut banyak orang Fietta beruntung bisa mendapatkan apa yang diinginkan padahal ia hanya ingin cinta dari orang-orang di sekitarnya.

Terpopuler

Comments

Fathan Fathan

Fathan Fathan

keren guys

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!