Bab 2

...***...

Fietta kini berada di sebuah ruangan dengan tumpukan buku di atas meja dan lengkap dengan kacamata dan tidak lupa rambut yang di kuncir tinggi sedang sibuk membolak-balik buku.

"arghh.. Pusing banget nyari refrensi di buku," gumam gadis itu, kini perpustakaan tempat ia duduk sepi tanpa orang lain membuat Fietta nyaman untuk melakukan apa saja.

Sudah 1 jam terlewat tetapi apa yang ia cari tidak bisa di temukan, sedangkan tugas kuliah untuk minggu depan harus segera di kumpulkan.

Gadis itu menjatuhkan kepalanya di meja, sudah terlewat tiga hari semenjak papanya pulang ke rumah walau hanya sekedar makan malam dan kini kembali sibuk bahkan ia mendengar dari asisten Dani bahwa mereka akan pergi ke luar kota besok.

Fietta berencana pergi ke kantor Dani untuk membawakan makan siang sang papa walaupun ia tidak bisa mengharapkan reaksi Dani saat ia datang tiba-tiba.

Setelah melewati jam kuliah kini Fietta sedang menunggu sang supir yang berperangkap sebagai pengawalnya yang terus siap siaga.

Setelah mobil supirnya berhenti Fietta segera menaiki dan tidak lupa memberitahukan orang rumah untuk menyediakan bekal untuk di bawa ke kantor.

Sampai di rumah Fietta segera menuju ke arah dapur tanpa meletakkan tas dan juga buku yang sedari tadi di bawanya.

"Udah siap bi?" Tanyanya saat melihat bibi asuhnya sibuk di dapur.

Bi ani selaku pengasuh Fietta dari kecil tersenyum lembut, "Sudah non, siap-siap aja dulu,"

Fietta mengangguk kemudian melangkah menaiki tangga untuk berganti pakaian, ini sudah hampir waktunya makan siang jadi Fietta harus cepat.

Selang beberapa menit ia sudah siap dan segera berangkat dengan supir menuju kantor Dani.

Kini Fietta berdiri di sebuah bangunan tinggi, ini memang bukan pertama kalinya ia kesini, bahkan beberapa pekerja disini mengenalnya dengan baik.

Saat memasuki lobi beberapa orang melempar senyum ke arahnya terbanding terbalik saat ia berada di sekitar kampus, perbedaan ini membuatnya canggung.

"Mba, mau ketemu pak Dani ya?" Sapa seorang wanita muda dengan senyum anggun di meja resepsionis.

Fietta membalas senyum dan mengangguk saja tanpa menjawab.

"Pak Dani saat ini masih di ruangannya, mari saya antar," Saat wanita itu ingin melangkah Fietta buru-buru menolak.

"Gak papa, aku sendiri aja," Tolaknya membuat wanita itu mundur dan mempersilahkan, Fietta lebih suka sendiri di banding harus merasa canggung dengan seseorang.

Fietta berjalan menuju lift, karena sekarang sudah jamnya makan siang banyak orang yang hilir mudik di sekitarnya. Fietta mempercepat langkahnya saat pintu lift akan tertutup.

"Eh? Itu, tolong bent--"

Ucapannya terpotong saat sebuah tangan menyangkah pintu dari dalam lift sampai terbuka kembali, dan Fietta diam seketika saat matanya bertubrukan dengan mata tajam yang sayangnya tampan, ia sampai hampir mundur karena mata itu menatapnya intens.

"Ah maaf, silahkan," mengerti ketakutan wanita di hadapannya pria itu tersenyum dan bergeser untuk memberi tempat.

Mau tidak mau Fietta masuk dan berdiri di samping pria itu yang ternyata terdapat pria lain yang berada di belakang pria bermata tajam tadi.

"Maaf, lantai berapa?" Fietta segera menoleh dan menatap mata pria tadi, di lihat lebih dekat Fietta bisa melihat warna hitam pekat mata pria itu, wah calon memperbaiki keturunan.

Ia segera sadar dan reflek memukul keningnya membuat pria itu sedikit bingung, Fietta mencoba menahan malunya dan segera memencet tombol menuju lantai paling atas.

Melihat gerakan wanita di sampingnya pria itu terdiam dan mengamati dengan jeli wanita itu tak lama seringai muncul di wajah tampannya.

Butuh waktu lama menurut Fietta untuk sampai di lantai Dani, mungkin karena ia merasa gugup, ia berharap pria di samping ini tidak merasakan kegugupannya.

Oh ayolah, Fietta yang naif dulu pertama kali terpesona dengan Barga karena wajahnya yang tampan, tetapi pria ini lebih dari sekedar tampan walau wajahnya terlihat dingin dengan rahang tegas namun Fietta gemas ingin menepuk-nepuk rahang itu.

"pikiran bodoh," cicitnya kecil hampir ingin membenturkan kepalanya ke dinding namun sebelum itu sebuah tangan menyangga kepalanya.

Fietta membeku, ia merasakan tangan besar menyentuh keningnya. Bahkan tangan satunya lagi memegang erat bahu Fietta dan itu terjadi selama beberapa detik sebelum deheman pria di belakangnya yang sedari tadi diam memperhatikan.

"Maaf tapi pintu liftnya sudah terbuka," ucapnya pelan membuat Fietta segera berjalan cepat keluar dan setelah pintu lift tertutup barulah ia bernafas lega.

Saat akan mengetuk pintu ruangan Dani, Fietta menghentikan langkahnya.

'kok mereka gak keluar ya tadi' pikir Fietta merasa heran.

Tidak ingin terlalu lama berfikir akhirnya ia mengetuk ruangan itu, setelah mendengar balasan dari dalam baru lah Fietta masuk, walau Dani merupakan orang tuanya tetapi Fietta merasa harus mengikuti aturan di perusahaan.

"Pah,"

Fietta melihat Dani yang masih sibuk di balik meja kebesarannya, bahkan jasnya sudah tergeletak di sofa dan hanya memakai kemeja saja dengan dua kancing atas yang di biarkan terbuka.

Dani yang masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya hanya melirik sekilas ke arah Fietta dan terus mengutak-atik laptop.

Di umur yang kini sudah bukan remaja lagi Fietta masih merasa sedih dengan pengabaian sosok ayah yang kata orang merupakan cinta pertama dari anak perempuan.

"Maaf ganggu waktu papah, Fi cuma mau ngasih ini, lain waktu Fi bakal masakin makanan buat papah,"

satu detik, dua detik, ruangan itu sunyi tanpa ada suara. Fietta memaksakan tersenyum, begitu tidak inginnya kah Dani berbicara dengan Fietta.

Karena tidak bisa lagi menahan air mata ia segera berlari keluar dan menumpahkan air matanya di balik pintu, Fietta bisa melihat tatapan sendu dari Indah, sekertaris Dani, yang memang sudah mengetahui bagaimana hubungan ayah dan anak sang atasannya.

Fietta pulang dengan keadaan linglung, bahkan ia tidak sadar jika sini sudah berhenti di halaman megah yang sedari kecil ia tinggali. ia lama menatap sekitar dan tatapannya terhenti di sebuah ayunan, itu adalah ayunan yang di buat oleh Dani untuk Fietta saat ia berumur 7 tahun. Fietta merasa kehidupannya berhenti saat umur 10 tahun karena setelahnya ia menjalani hari dengan hampa dan rasa bersalah dengan kematian ibunya dan itu semakin parah saat Dani juga ikut menjauh seakan tidak ada yang menginginkannya, ia hanya butuh kasih sayang dan pelukan hangat, ia hanya ingin di perhatikan sedikit saja, tidak apa-apa jika tidak ada yang mencintainya tapi setidaknya tolong jangan meninggalkannya sendirian.

"Mah, maaf, aku lemah gak bisa ngelewatin ini semua, aku gak bisa nunjukin senyum ceria yang seperti mamah bilang, maaf juga karena aku mamah gak ada, aku udah gak nakal lagi mah, aku janji gak akan ninggalin atau kecewain papah," Fietta makin terisak dan terduduk di dekat ayunan itu.

Terpopuler

Comments

Fathan Fathan

Fathan Fathan

lanjut

2022-11-20

0

Bu latif

Bu latif

bagus Thor tetep semangat nulisnya

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!