1 tahun kemudian.
Hari ini ulang tahun pernikahan Elnara dan Zayan yang pertama. Sayangnya, tidak ada yang spesial. Semua terasa seperti hati biasa di mana Zayan tidak pernah menganggap Elnara sebagai istrinya.
Zayan seolah menganggap Elnara hanyalah istri di atas kertas. Tidak pernah ada kehangatan dalam rumah tangga mereka karena Zayan begitu membenci Elnara.
Namun, tentu saja Elnara tidak akan menyerah begitu saja. Bagi Elnara, Zayan yang tiba-tiba mau menikah dengannya sudah pasti memiliki rasa yang sama.
"Mas Zayan, happy anniversary ....” Elnara menyambut Zayan yang baru saja keluar dari kamar. Gadis itu tersenyum lembut berharap Zayan membalas ucapannya.
Sayangnya, Zayan hanya menatap dingin pada Elnara yang segera menunduk kecewa. Zayan selalu bersikap dingin seperti ini, bahkan mereka tidak pernah tidur sekamar.
Sejak mereka menikah hanya terhitung beberapa kali Zayan mau berbicara padanya. Kalimat yang selalu Zayan ucapkan selalu berhasil membuat Elnara sakit hati.
"Ayo, El sudah masak sarapan." Elnara segera berlalu menuju dapur demi menyembunyikan kekecewaannya.
Zayan mengikuti langkah Elnara menuju dapur. Setidaknya Zayan selalu memakan masakan Elnara, hal itu sudah cukup membuat Elnara merasa bahagia.
"Mas Zayan, Papi ngundang kita makan malam." Ucap Elnara membuka percakapan seraya menyiapkan makanan untuk Zayan.
"Kamu lupa apa yang pernah saya bilang?" tanya Zayan tanpa mau menatap Elnara.
"Nanti El bilang Mas lagi sibuk di kantor," ucap Elnara lesu.
Dia tidak mungkin memaksa Zayan karena tidak ingin membuat suaminya itu semakin membencinya.
Sedari awal mereka menikah, Zayan memang sudah membuat peraturan untuk tidak menginjakkan kaki ke rumah orang tua mereka, kecuali ada hal yang benar-benar penting.
*
"El, gimana kabarmu?" tanya Okta begitu melihat Elnara yang sedang berbelanja di Mall seorang diri.
"Mas Okta? El baik, gimana kabar Mas?" tanya balik Elnara.
"Mas juga baik. Kamu sendirian? Kata Papi, kalian diundang makan malan akhir pekan ini."
"El sendirian, Mas Zayan lagi sibuk akhir-akhir ini. El jug sudah kabarin Papi ... mungkin nanti El izin sama Mas Zayan untuk datang sendiri." Elnara terpaksa berbohong, bagaimanapun tidak ada yang boleh tahu keadaan rumah tangganya.
"Oke, Mas ngerti. Kebetulan Mas lagi sendiri jadi, temanin kamu ya. Sekalian Mas mau ngobrol banyak sama kamu."
Elnara mengangguk, setidaknya dia tidak merasa kesiapan karena ada Okta yang suka rela menemaninya berbelanja.
Setelah berbelanja keduanya memutuskan untuk makan malam bersama. Zayan memang tidak pernah makan malam bersama dengan Elnara karena pria itu selalu pulang jam 9 malam. Saat Elnara protes, Zayan hanya menjawab pria itu lebih memilih lembu dari pada menghabiskan banyak waktu di rumah.
*
Elnara tiba lebih dulu dari Zayan. Gadis itu segera membereskan berjalan dan masuk ke dalam kamar. Rumah ini begitu sepi dan sunyi karena mereka hanya tinggal berdua. Zayan mempekerjakan tukang bersih-bersih yang datang saat pagi dan pulang sore hari.
Elnara duduk temenung di atas tempat tidur. Dia mengingat kembali pembicaraannya dengan Okta. Entah sampai kapan dia harus berbohong pada keluarganya mengenai kehidupan pernikahan yang tidak baik-baik saja.
“Gimana pernikahan kamu?” tanya Okta tiba-tiba.
“Baik, kenapa Mas nanya begitu?” tanya balik Elnara yang merasa aneh dengan pertanyaan Okta.
“Nggak, Mas cuma merasa aneh aja. Kenapa kalian jarang kumpul keluarga ... seperti menghindari sesuatu,” ujar Okta dengan tebakan yang tepat.
Elnara terdiam sejenak, berusaha mencari alasan yang tepat. Dia tahu suatu saat akan ada salah satu anggota keluarganya yang bertanya seperti ini. Namun, Elnara tetapi tidak siap menerima pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya.
“Mas Zayan sibuk, El nggak mungkin maksa atau pergi sendirian. Mas Okta nggak usah khawatir, kami baik-baik saja kok.”
Sesaat Okta menatap manik mata Elnara untuk memastikan bahwa tidak ada kebohongan di sana. Sayangnya, Elnara justru berpura-pura sibuk dengan ponselnya, hal itu membuat Okta yakin ada sesuatu yang sedang disembunyikan Elnara.
Untuk kesekian kalinya Elnara menghela napas lelah, lagi-lagi dia berbohong pada orang-orang tentang rumah tangganya yang jauh dari kata baik.
Lamunan Elnara terhenti saat mendengar suara mobil Zayan yang memasuki pekarangan rumah. Seperti biasa, Elnara akan menyambut Zayan yang baru pulang kerja. Kebiasaan Elnara ini dia tiru dari kedua orang tuanya, berharap suatu saat Zayan akan bersikap hangat seperti sang Papi.
"Assalamu’alaikum," ucap Zayan memberi salam.
"Waalaikumsalam. Mas sudah makan? Mau El siapkan makan malam?" tanya Elnara yang sudah tahu jawaban pasti Zayan.
"Nggak perlu," jawab Zayan dingin.
Elnara masih mengikuti langkah kaki Zayan yang menuju kamarnya. Ada sesuatu yang ingin dia sampa,jikan pada Zayan.
"Ada apa?" tanya Zayan saat menyadari Elnara mengikutinya.
"Mas, El boleh minta sesuatu? Tadi, El ketemu Mas Okta dan sepertinya Mas Okta mulai curiga sama pernikahan kita. Mas Okta nanya gimana pernikahan kita. El pikir seharusnya kita datang untuk makan malam di rumah orang tua El. Setidaknya, biar Mas Okta nggak curiga kalau pernikahan kita nggak baik-baik saja Mas."
Zayan berbalik, menatap sinis pada Elnara yang memilih menunduk demi menghindari tatapan Zayan.
"Nyatanya pernikahan kita nggak baik-baik saja," ucap Zayan sinis.
"Mas-" belum sempat Elnara membantah, Zayan sudah menyela ucapannya lebih dulu.
"Saya nggak mau bergabung dengan keluarga dan berpura-pura bahwa kita bahagia. Sudah cukup saya berbohong selama satu tahun ini, saya nggak mau menambah kebohongan lagi."
Usai mengatakan kalimat menyakitkan itu Zayan segera masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Elnara yang hanya bisa menatap nanar pintu kamar Zayan.
"Kenapa kita nggak bisa seperti suami istri yang sebenarnya?" tanya Elnara lirih yang tentu saja tidak didengar oleh Zayan.
Elnara tidak tahu mengapa Zayan bersikap dingin seperti itu. Pria itu yang datang melamarnya secara tiba-tiba dan setelah mereka menikah Zayan justru bersikap seolah pernikahan ini adalah sebuah paksaan.
Zayan terlihat begitu membenci Elnara, hanya menganggap gadis itu seperti istri yang tidak dianggap. Ketika Elnara menanyakan alasan dari sikap Zayan, pria itu hanya menjawab bahwa seharusnya Elnara berkaca mengapa Zayan membencinya.
"Kenapa Mas menikahi El kalau nyatanya Mas terlihat begitu membenci El? Apa salah El sebenarnya?"
Elnara kembali menangis menatap kosong pada pintu kamar yang tertutup rapat itu. Seperti malam-malam sebelumnya, Elnara tidak akan mendapat jawaban atas pertanyaannya.
Sesungguhnya, Elnara mulai lelah dan ingin berhenti. Namun, Elnara sangat mencintai Zayan dan tidak ingin melepaskan pria itu. Elnara yakin suatu saat nanti Zayan akan bersikap baik dan mencintainya dengan tulus, meski Elnara sendiri tidak yakin kapan hari itu datang.
To Be Continue ~~>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sweet Girl
semangat untuk meraih cinta.
klo udah Ndak kuat dada di kamera ya....
2023-05-08
0
Sweet Girl
salah pak Genta... maksain Zayan.
2023-05-08
0
Sweet Girl
ganti aja suaminya...
2023-05-08
0