Elnara baru tahu ternyata patah hati terasa sangat menyakitkan seperti ini. Dia bahkan tidak mau makan dan tidak mau berinteraksi dengan siapapun. Yang Elnara lakukan setelah penolakan dari Zayan adalah mengurung diri di kamar sembari meratapi kemalangan nasib cintanya.
Sikap Elnara ini tentu saja mengundang banyak tanda tanya dan kekhawatiran dari Genta serta Almira selaku orang tua Elnara. Seperti saat ini Genta tengah mengetuk pintu kamar Elnara, memastikan keadaan putrinya itu.
“El, kata Bi Inah kamu nggak mau makan? Kenapa sayang? El sakit?” Tanya Genta sembari mengetuk pintu kamar Elnara.
Tidak ada jawaban dari Elnara karena gadis itu tengah sibuk menangis meratapi sakit hatinya. Perkataan Zayan malam itu terasa menghantui Elnara, dia merasa tidak pantas dicintai karena dianggap menggangu.
“El, kalau kamu nggak mau buka pintu terpaksa Papi harus dobrak pintu kamar kamu. Kamu dengar, Nak? Please jangan bikin Papi khawatir.” Genta terus mengetuk pintu kamar Elnara menunggu putrinya mau membuka pintu kamar.
Di dalam kamar Elnara hanya menghela napas berat. Dengan terpaksa Elnara membuka pintu kamarnya, dia tidak mau Genta benar-benar mendobrak pintu kamarnya.
Genta terpaku menatap keadaan putri sematawayangnya. Anak gadisnya yang cantik tampak mengenaskan dengan rambut yang acak-acakan dan bekas air mata yang mengering dipipinya. Tidak ada lagi keceriaan disana, tidak ada lagi rona menggemaskan yang biasa Elnara tampilkan.
Keadaan Elnara saat ini benar-benar wujud dari seorang gadis biasa yang patah hati karena ditolak oleh cinta pertamanya.
“El, ada apa sayang?” Genta menarik Elnara masuk ke dalam kamar, memeluk sang putri dengan erat.
Genta menyayangi Elnara lebih dari nyawanya sendiri. Dia bahkan rela melakukan apapun demi kebahagiaan Elnara, meski melalu cara yang salah.
“Papi, kenapa jatuh cinta sesakit ini?” tanya Elnara lemah.
Genta tertegun, tidak menyangka mendapat pertanyaan seperti ini. Dia pikir Elnara tidak akan pernah merasa jatuh cinta dan patah hati karena kehidupan Elnara hanya seputar dirinya dan sang istri. Genta salah perhitungan, dia benar-benar kecolongan. Entah pria mana yang berhasil membuat Elnara jatuh cinta dan patah hati seperti ini.
"Siapa yang buat El patah hati? Bilang sama Papi, biar Papi kasih dia pelajaran." Ucap Genta yang dengan lembut menghapus air mata Elnara.
Elnara menggeleng pelan, dia tidak ingin Genta bertindak karena akibatnya Zayan pasti akan semakin membenci dirinya.
“El cinta sama dia, Papi. El mau menikah sama dia ... El cuma mau sama dia, tapi dia nolak El. Apa El nggak pantas untuk dicintai?” Elnara menangis tersedu-sedu, merasa bahwa sangat tidak adil dia tidak bisa menikah dengan pria yang dia cintai.
“El benar-benar cinta sama pria itu?” tanya Genta lembut.
“El cinta sama dia ... apa Papi bisa mewujudkan keinginan El sekali lagi?”
Genta terdiam sejenak, memikirkan cara untuk mewujudkan keinginan Elnara. Sejujurnya, Elnara tidak ingin berbuat sejauh ini. Namun, dia tidak bisa melupakan Zayan begitu saja.
...****************...
Genta tidak bisa diam saja membiarkan putrinya menangis dan memohon untuk bisa bersama pria yang dia cintai. Meski Elnara tidak juga membuka mulut mengenai siapa nama pria yang dicintai, Genta tetap akan melakukan rencananya sendiri.
Genta akan membuat pria itu membayar harga yang mahal karena menolak Elnara, putrinya yang begitu cantik dan lemah lembut. Di depan Elnara, Genta akan berpura-pura menjadi Papi yang baik. Sedangkan, di belakang putrinya itu tentu saja Genta diam-diam mencari tahu siapa pria yang menyakiti hari Elnara dan membalas pria itu.
Saat ini Genta tengah mengintrogasi Okta, keponakan yang sudah dia anggap sebagai anak kandungnya sendiri.
"Jadi Okta, kamu nggak mau buka mulut?" tanya Genta setelah cukup berbasa-basi mengenai pekerjaan.
"Maksud Papi apa?" Okta balik bertanya tidak mengerti.
"El, kamu nggak tahu dia patah hati? Seharian kemarin dia nggak mau makan dan ngurung diri di kamar. Kamu Masnya masa nggak tahu adeknya lagi patah hati."
Okta terlihat terkejut mendengar informasi yang disampaikan oleh Genta. Dia kira Elnara hanya sakit biasa karena tidak terlihat di kantor, ternyata ada hal yang lebih serius.
"Maaf, Pi. Okta nggak tahu apa-apa, Okta pikir El Cuma lagi sakit biasa," Okta menjawab dengan santai, berusaha untuk tidak berkata jujur pada Genta mengenai Zayan.
Bisa habis Zayan jika sampai Genta tahu informasi mengenai pria itu. Genta terkenal kejam dan tidak main-main jika menyangkut keluarganya. Sebagai sahabat tentu saja Okta berusaha melindungi.
"Oke kalau kamu nggak tahu apa-apa. Jangan sampai Papi cari tahu sendiri dan ternyata kamu terlibat. Papi nggak akan segan-segan buang kamu ke Australia." Ancam Genta yang segera pergi begitu saja meninggalkan Okta seorang diri.
Okta cukup takut mendengar ancaman Genta. Australia adalah Negara yang paling dia benci karena Ayah kandungnya tinggal di sana. Okta tidak akan sudi menginjakkan kakinya di Negara tersebut.
"Tenang Okta ... tenang. Kamu nggak terlibat apapun, urusan Zayan dan El itu urusan mereka berdua." Okta bergumam sendirian sembari mondar mandir berusaha menenangkan dirinya.
Okta tentu tidak bisa menenangkan dirinya. Pria itu segera pergi menuju rumah Zayan. Dia harus memastikan apa yang dilakukan Zayan hingga membuat Elnara patah hati seperti itu.
...****************...
Genta hanya butuh waktu 1 hari untuk mendapatkan informasi mengenai Zayan. Ternyata pria muda itu adalah putra sulung dari Doni, rekan bisnis yang memiliki utang budi pada Genta.
Fakta itu tentu membuat Genta semakin merasa berkuasa. Mudah bagi Genta memberi Zayan pelajaran, terlebih Zayan masih berada di perusahaannya untuk dididik sebagai Manager.
Di sinilah Genta berada, restoran mewah tempat yang dia pilih untuk bertemu Zayan. Setelah pembicaraan serius dengan Elnara semalam, ada satu hal yang akan dilakukan oleh Genta.
"Selama siang, Pak. Maaf saya terlambat," ucap Zayan begitu sopan yang membuat Genta memberi nilai positif.
"Duduklah, ada hal yang ingin saya bicarakan. Saya tidak suka basa-basi, jadi langsung saja." Genta menyesap minumannya dengan santai, seolah tidak ada pembicaraan serius yang akan mereka lakukan.
"Ada apa, Pak?" tanya Zayan.
"Elnara, pasti kamu kenal dengan nama itukan? Dia adalah putri saya ... putri sematawayang saya. Saya bahkan menyayangi dia melebihi nyawa saya sendiri dan saya tidak suka melihatnya menangis, terlebih karena ditolak oleh seorang pria."
Zayan tahu kemana arah pembicaraan ini. Sejujurnya, dia tahu siapa Elnara dan seperti apa keluarga gadis itu. Namun, bukan berarti latar belakangnya mampu membuat Zayan menerima cinta Elnara.
"Saya marah, kamu terlalu kecil untuk bersikap sombong. Menolak putri saya artinya kamu menolak saya dan kamu tahu bukan perusahaan Ayahmu ada ditangan saya. Mudah bagi saya menghancurkan kamu dan keluargamu itu hanya dalam satu hari."
"Jangan libatkan keluarga saya, Pak. Bapak boleh menghancurkan saya, tapi tolong lepaskan keluarga saya karena mereka tidak tahu apa-apa." Zayan tidak takut untuk jatuh, tapi tentu dia tidak ingin membawa perusahaan Ayahnya ikut jatuh.
"Saya tidak akan menyentuh perusahaan dan keluargamu, asalkan kamu menerima putri saya. Terima cintanya dan saya akan menjamin kejayaan perusahaan serta keluargamu. Mudah bukan, Zayan?"
Zayan terdiam, harga dirinya dipermaikan karena seorang gadis yang berasa dari keluarga kaya raya. Zayan tahu dia tidak memiliki kesempatan untuk memilih karena nasib perusahaan serta keluarga berada ditangannya. Tanpa pikir panjang Zayan menyetujui tawaran dari Genta.
Genta sendiri tersenyum puas karena berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Bagi Genta, apa yang diinginkan oleh Elnara harus dia kabulkan tidak peduli jika itu menyangkut kehidupan orang lain. Elnara harus bahagia, bagaimanapun caranya.
To Be Continue ~~>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Andi Fitri
aduh elnara sampai segitunya mentang2 orang berkuasa..🤦
2023-05-23
0
Sweet Girl
apa yg terjadi setelah itu terhadap Elnara ya...???🤔🤔🤔
2023-05-08
0