Prajurit Ochtosk berkumpul di kota geem, benteng yang sudah direbutnya kini telah menjadi bentengnya, bendera Ochtosk di bentangkan selebar-lebarnya. Pasukan tetap siaga, tidak kenal lelah, menunggu serangan yang mungkin saja datang tiba-tiba.
Derap kaki kuda siaga di pinggir benteng, beberapa orang mengenyahkan rasa capeknya dengan membakar daging untuk pasukan-pasukannya.
Kelima pasukan jenderal yang setia berada di dalam benteng, mengatur strategi yang akan dilakukan untuk merebut kota berikutnya.
"Otaru Akai, kau tahu jenderal pergi kemana?" tanya Rui Akai padanya. Sambil menatap peta, Otaru memandang Rui dengan alis berkerut.
"Pertanyaan itu sudah keempat kalinya Rui, aku tak tahu kemana jenderal pergi."
Sambil menatap Rui yang beberapa kali menatap pintu sesekali menatap jendela, berharap sesuatu muncul.
"Fokus Rui Apa kau ingin diturunkan dari Akai menjadi prajurit biasa lainnya?!" Kata Otaru sambil menatap Rui yang memutar-mutar belatinya sejak tadi, seakan-akan tidak ada yang menginterupsinya.
"Tutsima Akai, menurutmu berapa prajurit yang akan disiapkan oleh raja Djuson di kota Namu"? Sambil melebarkan peta dan berpikir sebentar Tutsima memegang dagunya dan berkata.
"Setelah kota gem kita rebut, Raja Juson akan mencari perlindungan terlebih dahulu."
"Ia akan...." Sambil menunjuk peta dengan tangannya.
"Menyiapkan pasukan sekitar 1000 sampai 2 000 pasukan dan dia sendiri akan bersembunyi di pulau Gaku, tempat teraman baginya, kalau dia berpikir seperti itu." Sambil tersenyum sinis.
"Perkiraanmu selalu tepat Tutsima." Kata Otaru padanya.
"Pasukan yang tersisa sekitar 1000 orang ditambah kita berlima dan jenderal, tetapi menurutmu mengapa raja Djuson mengatur strateginya di pulau Gaku?" Sebelum Tutsima menjawabnya, seseorang melempar belati tepat di peta Gaku dan menjawab pertanyaan Otaru.
"Karena menurut raja Djuson sendiri disanalah benteng keduanya yang terkuat dan paling kokoh, segala keperluan dan perlengkapan perang, berdekatan dengan kerajaan Hanjang."
Hatachi Akai yang tidur-tiduran di atas balok kayu menjawab pertanyaan Otaru Akai.
"Dengan begitu, pasukan yang akan datang ke kerajaan Gaku akan bertambah, selama kita menyerang benteng Namu, itu akan memberikan waktu untuk mereka memperkuat pasukannya."
"Bagaimana Tutsima, jawabanku tepat bukan? Kau tahu! Kau tidak harus menyelesaikan semuanya, otak perlu istirahat begitupun pujian yang akan datang nanti." Sambil memandang Tutsima dengan tatapan sinis.
Tutsima memegang kipasnya dan berkata.
"Dan apa maksudnya itu? Pujian katamu? Dan kau tahu apa tentang pujian Hatachi? Aku tidak lagi mendengar sesuatu yang harus dikatakan padamu, selain kurangi waktu tidurmu dan peras otakmu, sebelum....."
"Hentikan!" Tiba-tiba Otaru Akai berbicara dan memukul meja.
"Apa perlu kulaporkan semua pada jenderal kalau dia datang nanti? Betapa pasukan yang dianggap...."
perkataan Otaru terhenti dan memandang ke pintu masuk, sang jenderal berdiri dengan memandang tajam kepada mereka, tiba-tiba kelima pasukan Akai berdiri sambil memberikan hormat, mereka menundukkan kepala mereka tanpa menatapnya.
Derap kaki sang jenderal membuat kelima pasukannya tertunduk lebih dalam.
"Apa kalian tahu, ada cerita rakyat di sini, legenda atau mungkin mitos belaka, kalian tahu?" Mereka serempak menjawab.
"Iya jenderal!" Ucap mereka serempak.
Sambil tertunduk lagi, sang jenderal melanjutkan perkataannya.
"Sungai kyusu ... perlukah kubawa kalian kesana?" Kata jenderal.
Mereka menelan ludah.
"Tidak akan terulang lagi jenderal!" ujar Otaru Akai dengan suara yang mantap.
"Kita tidak akan menyerang kota Namu, kirim pasukan ke perbatasan kota namu sebanyak 300 pasukan saja, sisanya akan menuju pulau Gaku.Tutsima Akai berjaga di perbatasan benteng Namu, tunggu aba-aba dariku dan yang lainnya Otaru Akai, Hatachi Akai menyerang garis belakang, sementara Rui Akai dan Matsui Akai serang dari arah sungai."
"Dan aku ... aku akan menyerang dari garis depan."
"Sisa dan pasukan, kalian yang atur. Otaru, siapkan perlengkapan, besok malam kita harus sudah siap."
"Baik jenderal!" Seru mereka berlima.
Jenderal berdiri dan melanjutkan langkahnya menuju tempat peristirahatan. Otaru memandang dengan kesal Hatachi dan Tutsima, dia keluar meninggalkan mereka. Rui pun ikut berkata kepada keduanya.
"Kalian dengar apa yang dikatakan jenderal? kalau tidak mau jadi buih tutup mulut kalian." diapun pergi sambil menatap tempat berlalunya sang jenderal. Matsue berdiri dan memandang mereka berdua.
"Pujian? Tidak ada artinya bagiku kalau bukan pujian dari jenderal." Sambil menggelengkan kepalanya lalu pergi. Tinggal mereka berdua saling menatap dan membelalakkan matanya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ray
Terus terang AQ masih meraba alur certanya Outhor 🙏 Apa karena baru membaca jadi belum menemukan jalan ceritanya kemana🙏Lanjut dan semangat💪👍🙏
2022-08-03
0
💐aurora_rachmazya💐
Alurnya cepat tp gak teratur, thor..
Rada keder jdinya 😭😭
2021-11-10
0
Hanifah Henny
otakq gk myampek
2021-08-15
0