Bab 5 Nekat

Pria tua itu pun menyerahkan sebuah jimat ke tangan Haruk dengan suka rela. Meski tidak tahu fungsinya Haruk menerima benda tersebut dengan senang hati.

Sesaat Haruk mengamati benda yang terbuat dari kain berwarna hitam tersebut.

"Pakai ini di tanganmu, jika nanti kamu selamat dan berhasil memenangkan Sayembara kita pasti akan bertemu lagi," ujar Pria tua itu sangat aneh.

Haruk mengangguk setuju dan segera memakainya. Kemudian Ia berpamitan melanjutkan perjalanan.

Namun karena masih ada rasa penasaran, Haruk kembali menoleh kearah pria tua tadi duduk. Tapi entah sejak kapan beliau tidak ada lagi di tempatnya.

Tubuh Haruk mendadak begidik ngeri antara percaya dan tidak percaya bahwasannya itu terjadi sangat nyata dan misterius.

"Lo kok, kemana pak tua itu tadi? Bukankah dia buta, kenapa cepat sekali menghilangnya?" Gumam Haruk bingung. Namun Ia mencoba mengabaikan, tekat untuk sampai ke kerajaan harus segera terealisasi sebelum terlambat. Demi satu tujuan yaitu ikut sayembara.

Tidak tahu kapan lagi akan ada sayembara berikutnya di kerajaan itu karena Sang Raja hanya memiliki seorang putri dan tidak memiliki anak yang lain.

Sudah berjalan hampir dua kilo, Haruk akhirnya melewati sebuah pasar yang sangat ramai. Disana dia melihat banyak rombongan kereta melintas. Jika di lihat dari pakaian mereka yang terbuat dari emas dan perak. Sudah di pastikan orang-orang itu adalah pendatang dari kerajaan tetangga.

Beberapa menit kemudian ada lagi yang melintas empat pemuda berkuda. Mereka berhenti di pasar itu untuk membeli minum.

"Woy, sini kamu!" Panggil salah seorang di antara mereka ketika melihat Haruk.

Dengan patuh Haruk pun mendekati mereka.

"Iya Tuan," jawab Haruk.

"Belikan aku arak di situ!" Tunjuk nya pada penjual sambil menyerahkan beberapa keping uang rupiah berjumlah lima biji ke tangannya.

Seperti cecunguk, Haruk bergegas memesan minuman yang diminta lalu menyerahkannya pada sang penyuruh. Jika di lihat dari penampilannya tentu mereka adalah kawanan orang penting yang ingin pergi ke kerajaan Cili Rawe

"Ini Tuan," ucap Sang Haruk menyerahkan kembali sebotol arak dari tangannya.

Lekas di serobot oleh orang-orang itu lalu meminumnya dengan cara bergantian. Tidak tahu apa nikmatnya dari minuman itu yang pasti Haruk tahu kegunaannya.

"Hahaha... sudah pasti aku yajg akan memenangkan sayembara, Karena aku bisa mematahkan tulang sapi hingga sepuluh bagian dengan tenaga dalamku," ucap seseoran diantara mereka.

"Semoga Kang Sombro, aku yakin kamu itu hebat," jawab yang lainnya diiringi gelak tawa. Kemudian mereka meninggalkan lokasi kejadian.

Pemandangan itu membuat nyali Haruk menciut. Ia yakin tidak akan mungkin bisa menang tanpa kesaktian maupun harta berlimpah.

Sangat bodoh pasti, kenapa yang sampai nekat sampai di tempat tersebut.

Dengan kaki tertatan di tanah, Haruk melangkah sambil menimang-nimang antara melanjutkan atau berhenti menyerah. Tapi Ia tidak punya tujuan lain selain melanjutkan niat awalnya itu.

"Ah, apa yang harus kulakukan sekarang? Mustahil aku bisa ikut dalam lomba besar sang Hyang Prabu untuk turut memperebutkan putri. Tapi aku sudah hampir sampai, mana mungkin aku kembali lagi. Toh Paman dan Bibi sudah mengusirku...," gumam Haruk seorang diri.

Sibuk tergoyahkan oleh pikiran tak menentu, Haruk kembali di kejutkan dengan datangnya suara gong yang berasal dari segerombolan prajurit Raja Cili Rawe. Sekejap saja tempat itu di kerubuni penduduk setempat.

Mereka ingin mendengar dengan jelas pengumuman penting apa yang sebenarnya ingin di sampaikan.

"Perhatian, Perhatian, hari ini jika kalian melihat Para Pangeran lewat dan menanyakan kapan di mulainya acara sayembara. Jawab saja sayembara agar segera di mulai saat matahari naik sepenggalah. Jadi harus di pastikan mereka tidak boleh terlambat sebelum pendaftaran di tutup. Kalian paham...?"

"Paham, Gusti Mano Karindra," jawab mereka kompak.

"Bagus, kalau begitu kalian boleh bubar!" Ucapnya lagi memerintah dengan suara lantang.

Para prajurit raja kembali ke istana. Di sanalah Haruk bertekad memberanikan diri untuk pergi kesana.

Akan tetapi belum juga melangkah lagi, Ia kembali teringat dengan pakaian orang sawah-sawahan di dalam buntalannya.

Pemuda itu pun memutuskan pergi ke dalam hutan sebentar untuk berganti pakaian di bawah pohon. Setelah merasa rapi, Ia pun melanjutkan langkah yang bolak-balik selalu tertunda karena ketakutannya sendiri.

Beberapa waktu berlalu, Sang Haruk pun sampai di pintu gerbang. Beliau di hadang oleh beberapa Prajurit yang berjaga di depan.

Mereka sepertinya meragukan kedatangan Sang Haruk di tempat itu, karena di anggap berbeda dengan para pangeran dan orang penting sebelumnya.

"Anda siapa?" Tanya salah seorang dari mereka. Tatapan culas dan tajam tertuju pada Haruk.

Haruk hanya garuk-garuk kepala sambil cengar-cengir antara malu dan ragu. Kemudian Ia pun menjawab pertanyaan mereka sebisanya

"I- itu katanya di istana ada sayembara, saya ingin mendaftar," jawab Sang Haruk.

Baru sampai depan istana saja, Ia benar-benar di buat mati kutu oleh para prajurit itu, lalu apa yang akan terjadi di dalam Sang Haruk sendiri tidak bisa membayangkannya.

"Apa, hahaha...." Mereka sangat terkejut dan kemudian menertawakan Sang Haruk sesuka hati mereka.

"Sungguh tidak dapat di percaya, kenapa nyalimu sangat besar mau ikut kawan. Sedang kedudukanmu dengan kami saja kalah?" Seloroh salah seorang prajurit seraya merangkul sang Haruk.

"Coba bandingkan tampan mau aku dengannya?" tanya orang itu lagi pada rekan-rekannya.

"Hem..., sepertinya dia lebih cocok jadi gembala kerbau di sawah. Apa musim padi belum tiba Kawan?" Tanya prajurit yang lainnya.

"Nah itu, kenapa kau tak ingat emak dan Bapakmu saja bekerja menuai padi," ucap yang merangkul Haruk tadi.

"Sa- saya tidak punya sawah sepetak pun Kang," jawab Sang Haruk.

"Hahaha.... lantas kenapa kau mau ikut sayembara Haruk. Emang Putri mau kau kasih makan apa nanti bila dia jadi istrimu?" Gelak mereka lagi tak habis pikir.

Seharusnya Haruk sadar diri jika dia sama sekali tidak layak ikut dalam sayembara. Karena strata di antara Ia dan keluarga Istana sangatlah jauh bagaikan langit dan bumi.

Kedatangan Sang Haruk sudah di pastikan hanya akan mempermalukan dirinya sendiri, lalu di usir pejabat negara di dalam tanpa hormat.

"Pulanglah Haruk katakan Emak dan Bapakmu kalau bermimpi itu tidak boleh setinggi langit. Ingat pepatah bagaikan pungguk merindukan bulan kan. Nah seperti itulah dirimu sekarang, Kasihan kan Emak dan Bapakmu nanti jika kau malah di injak-injak dan makin jelek sepulang dari sini," ujar prajurit yang merangkulnya tadi sembari menepuk-nepuk punggung Sang Haruk.

Haruk mengangguk setuju, Ia paham betul kalau yang di katakan orang mereka memanglah benar adanya.

Terpopuler

Comments

Ananti Ana

Ananti Ana

beberapa keping uang rupiah ? maaf kak author , ini settingannya novel di tahun brp? maaf loo ya kak 🙏🤭

2022-10-11

1

🦋⃟ℛ siti nurdiah🦋ᴬ∙ᴴ࿐🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

🦋⃟ℛ siti nurdiah🦋ᴬ∙ᴴ࿐🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

jangan dengarkan mereka haruk kamu pasti bisa sukses dimasa depan.....

2022-10-11

0

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀𝑰voᷠnͦeͮℛᵉˣ

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀𝑰voᷠnͦeͮℛᵉˣ

Kok ngeri pak tuanya..semoga beliau adalah penolong yang dikirim Tuhan untuk Haruk..abaikan semua cemoohan itu Haruk,jadilah dirimu sendiri ❤

2022-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!