Bab 4 Orang-Orangan Sawah

Cuit... Cuit... Cuit...

Entah sejak kapan Haruk tertidur semalam, pemuda lusuh itu akhirnya terbangun oleh nyanyian burung pipit yang selalu berkicau riang di pagi buta. Menandakan sudah saatnya para penghuni bumi untuk bangun dan mencari penghidupan.

Setelah membuka matanya lebar-lebar berharap masih berada dalam mimpi, Haruk baru tersadar dimana dia tengah berada.

"Ah, ternyata cuma mimpi."

Rupanya pertemuannya dengan seorang putri misterius itu hanya dalam angan hingga masuk ke alam mimpi yang entah akan menjadi kenyataan atau hiasan alam bawah sadar nya semata.

"Siapa putri itu, meski hanya mimpi kenapa aku sangat penasaran akan wajahnya. Dia pasti cantik jelita hingga berhasil membuat jiwaku meronta-ronta?" Gumam Sang Haruk bertanya-tanya seorang diri.

Tenggelam dalam kekonyolan tak bertepi, Haruk menepuk keningnya beberapa kali agar segera sadar sesadar-sadarnya dari khayalan semu yang tak memiliki kepastian.

Tak ingin ketangkap basah pemilik gubuk, Haruk cepat-cepat mengemasi bekas peristirahatannya untuk melanjutkan perjalanan kembali. Masih banyak tantangan yang harus Ia tempuh yang Ia sendiri tidak tahu dimana ujungnya itu.

Walaupun belum ada arah dan tujuan yang jelas, sepanjang perjalanan Haruk memikirkan cara untuk kelangsungan hidupnya hingga bola mata itu menari manja melihat ada sepasang pakaian masih sangat bagus di gunakan warga menjadi orang-orangan sawah. Tentu nya itu berguna menakuti burung-burung pemakan padi yang sudah mulai masak.

Memasuki musim panen yang tinggal beberapa minggu lagi akan tiba begini, jika pemilik sawah tidak cerdas maka padi menguning itu akan habis di lalap ribuan burung yang hinggap tanpa tersisa untuk kebutuhan pokok sehari-hari.

Dimana di setiap benang yang di ikat menyilang sepanjang jalur sawah di beri kaleng dan jika terkena tiupan angin benda itu akan menimbulkan dentingan keras yang mengagetkan.

Klunting! Klunting! Klunting!

Begitulah bunyinya, mendayu-dayu tapi sangat menarik untuk mengecoh burung-burung tersebut. Walau tetap saja, mereka akan mencuri padi yang berada dipinggiran karena jauh dari jangkauan.

Pemuda itu pun menoleh ke kiri ke Kanan memastikan tidak ada orang yang sudah datang pagi itu karena embun masih tampak gelap. Lekas Ia berjalan ketengah untuk mengambil baju itu cepat-cepat dan menggantikan dengan baju yang paling buruk di dalam buntalan.

Lama memeriksanya untuk memastikan tidak ada yang sobek, Haruk berbicara seorang diri sambil tersenyum bahagia.

"Wah, baju sebagus itu kenapa di jadikan orang-orangan sawah ya? Padahal di berikan ke aku saja akan sangat berharga pastinya. Oh iya, ini kan masih bisa aku pakai untuk ke istana Raja nanti? Semoga beruntung Haruk?" Ucapnya memotivasi diri sendiri.

Saking riangnya, Haruk menyusuri pematang untuk mencari sungai terdekat lalu mencuci baju itu sampai bersih agar tidak akan gatal jika dikenakan pada saatnya nanti. Sambil terus berjalan Ia memeras baju yang masih sangat bagus itu agar segera mengering.

Selama 7 hari 7 malam itu Ia hidup luntang-lantung seperti orang gila. Haruk menghabiskan waktunya menginap di gubuk milik warga dengan hanya memakan buah-buahan atau singkong yang di temui nya dalam perjalanan.

Tak perduli siapa pemiliknya sebab Ia tak punya uang satu rupiah pun untuk bertahan hidup. Haruk juga hanya minum air sungai yang mengalir di pematang persawahan itu. Dengan demikian cukup baginya untuk melegakan dahaga.

Lelah menempuh perjalanan, Haruk akhirnya berpikir untuk masuk ke pedesaan, siapa tahu di dalam sana ada sesuatu yang bisa menolongnya. Selain itu Ia juga perlu mencari tahu informasi tentang bagaimana persiapan sayembara karena khawatir ketinggalan informasi. Setiap jalanan banyak di penuhi selebaran yang di tempel di badan jalan, sayangnya Haruk tidak tahu cara membaca ulang selebaran itu.

"Pak...!" Sapa Haruk pada seorang pria tua yang tengah duduk di atas batu dipan seorang diri.

"Siapa ya...?" Tanya pria tua itu balik. Rupanya beliau tidak dapat melihat karena mengalami kebutaan. Haruk tidak tahu asal muasalnya karena Ia baru bertemu tapi untuk bertanya juga Ia tidak berani.

"Saya Haruk Pak, kerajaan Cili Rawe masih seberapa Jauh lagi ya dari sini, saya ingin kesana?" Haruk balik bertanya lagi.

"Oh, kamu mau ikut sayembara anak muda?" Pria tua itu rupanya pandai menebak. Karena pasti sudah mendengar berita besar tersebut di seluruh pelosok negeri.

"Hehehe benar Pak...," jawab Haruk cengengesan sambil garuk-garuk memperhatikan suasana yang ramai oleh orang-orang lalu lalang.

Pria tua itu tersenyum kemudian Ia mengambil sepotong kue dari dalam daun pisang yang berada di pangkuannya sejak tadi.

"Ambil lah, ini bisa mengurangi rasa laparmu!" Ujarnya dengan ikhlas.

"Wah, ini beneran Pak?" Sang Haruk berbinar.

"Iya ambilah kamu pasti kelaparan," jawab Pak tua itu.

"Alhamdulilah terima kasih Pak." Haruk menerimanya dengan senang hati sebab Ia memang menginginkannya. Tidak butuh waktu lama kue itu tandas di lahapnya hanya dengan satu kali suapan.

"Oh ya dari sini sebenarnya hanya perlu 3 km lagi untuk sampai, tapi nak kamu akan mendapat banyak masalah jika nekat pergi, sebab orang-orang hebat telah berdatangan untuk memperebutkan putri," lanjut Pak tua itu.

"Hehehe... saya tahu Pak, tapi saya hanya mencoba peruntungan. Siapa tahu nasib saya akan berubah," jawab Haruk sopan dan diangguki pria tua itu.

"Hebat... aku suka semangat dan keyakinanmu!" Ujarnya dengan tangan terulur meraba hanya untuk menepuk-nepuk pundak sang Haruk. "Pandai bela diri?" Tanya Pak tua itu lagi.

Tidak punya ke ahlian Haruk menunduk bingung. Bagaimana mungkin Ia tidak memiliki pikiran sampai di sana. "Tidak Pak, saya bahan buta huruf," jawab Haruk lemas.

"Tidak papa, tidak pandai membaca bukan berarti pandai di bodohi bukan. Sebab menjadi orang hebat itu hanya perlu 3 perkara yaitu jujur, adil dan bijaksana serta satu lagi adalah mengasihi sesama mahkluk hidup itu yang paling penting," ujar Pak tua memberi nasehat atau wejangan yang membuat Haruk menyadari pentingnya ucapnya Pak Tua itu.

"Benar Pak, tapi sayang aku merasa kurang menguasai ketiganya," kelu Sang Haruk.

"Pelan-pelan, nanti kamu akan mendapat banyak pengalaman dalam perjalananmu anak muda. Dimana saatnya kamu harus mengasihi dan dimana saatnya kamu harus tegas untuk mengambil tindakan yang akan membawamu pada kesuksesan besar," tukas Pak Tua lagi, seperti sangat mengenal Haruk. Tanpa ragu memberi arahan-arahan luar biasa untuk sang Haruk.

"Pak tua benar, saya memang bodoh selalu menyalahkan diri saya sendiri karena ketidak mampuannya saya dalam segala hal. Terima kasih atau wejangannya Pak tua karena ini akan menjadi bekal saya," ucap Sang Haruk lagi.

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜

harus semangat sih seharusnya Haruk.

2022-10-07

2

Ghiie-nae

Ghiie-nae

terus berjuang haruk

2022-10-07

2

.

.

𝒚𝒈 𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒌,𝒂𝒚𝒐 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂

2022-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!