Bab 3 Singkong Penolong

Lama dalam perdebatan panjang antara Paman dan Bibi karena beda pemikiran. Haruk memutuskan mengalah dan pergi dari rumah. Ia sadar selama ini kehadirannya hanya akan menyulitkan Paman dan Bibi yang saat ini membutuhkan biaya untuk sepupunya itu.

Haruk juga tidak lupa berpamitan dengan sahabatnya Tantowi berharap suatu saat nanti mereka bisa di pertemukan kembali.

"Terimakasih atas kebaikanmu kawan, semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi. Aku pasti merindukanmu," ucap Sang Haruk.

"Sama-sama Haruk, berjanjilah kau akan pulang dengan segala kesuksesan untuk membuktikan pada mereka kalau kau layak di banggakan," pesan Tantowi sambil memeluk erat-erat tubuh Haruk. Rasanya perpisahan itu teramat berat untuk keduanya.

"Doakan aku," ujar Haruk lagi sebelum mengurai diri dari Tantowi. Selama ini hanya temannya itu yang mengerti bagaimana kesusahan dan kesedihan yang di laluinya.

"Pasti, jaga dirimu baik-baik."

Dengan langkah lemas, Haruk terus berjalan menyusuri desa demi desa tanpa makan apa lagi minum. Sebab Paman dan Bibi tidak memberinya pesangon sedikit pun. Sesekali mencoba memberanikan diri meminta pada warga yang menurutnya hidup berkecukupan, namun bukannya dapat makanan yang ada Ia malah di lempari kotoran hewan ataupun di pukuli pakai penyapu lidi.

"Gak ada, Gak ada, minggat sana. Enak saja minta, kau pikir gampang cari uang!" Jawab mereka.

Hingga malam menjelang, Haruk benar-benar kelaparan dan kehausan. Bahkan bingung akan tidur dimana malam ini. Apa lagi jalanan kian gelap, pemuda itu tak dapat melihat apa pun selain menerabas kan langkahnya tanpa alas kaki itu melewati pematang persawahan warga tak peduli pakaian kotor dan aroma tubuh sangat masam dan menjijikkan.

Tiba di tempat itu bola mata Haruk mulai berbinar bagaikan air jernih yang ke biru-biruan, setelah seharian berjalan Ia akhirnya menemukan sebuah Gubuk milik warga yang biasa di pergunakan untuk tempat beristirahat saat menunggu padi karena hampir matang.

"Alhamdulilah, akhirnya aku bisa tidur malam ini," gumam sang Haruk seorang diri sambil mengusap dada penuh rasa syukur.

Langkahnya kian dekat, dengan lihai bola matanya memutar ke kiri dan ke kanan mencoba memeriksa keadaan di dalam apakah ada penghuninya atau tidak.

Setelah mengetuk beberapa kali, Haruk yakin tidak ada siapa pun, lekas Ia mendorong pintu dan masuk.

Haruk mulai meraba, mencoba menemukan sesuatu untuk penerangannya di dalam kegelapan itu.Tidak peduli memegang apa saja benda di sana karena tidak dapat melihat sedikit pun sampai Ia menemukan sebuah benda seperti lampu sumbu.

Yakin itu lampu, Haruk mengembangkan senyum sesaat lalu meraba lagi berharap ada korek di sebelahnya. Benar saja, tak jauh dari tempat itu Ia menemukan korek batang yang tergeletak. Tidak terlalu banyak isinya mungkin hanya sekitar sepuluh bijian tapi sangat cukup untuk membuat lampu menyala.

Dengan satu kali gesekan, korek batang itu mengeluarkan cahaya yang lekas Ia tempelkan ke atas sumbu hingga tempat itu menjadi terang benderang.

"Pasti ada jalan," gumam sang Haruk lagi sambil menghela nafas panjang.Tapi sekali lagi perutnya terus keroncongan. Bingung harus makan apa karena tidak ada apa pun di tempat itu.

Haruk kemudian meraih lampu itu untuk mencari sesuatu di sekitaran gubuk, dan beruntung Ia melihat ada 2 biji singkong tergeletak di belakang pintu dapur.

"Pucuk di cita ulam pun tiba," seringai Haruk lagi penuh semangat. Menemukan gubuk itu seperti anugerah tak terhingga baginya. Ia berpikir pasti singkong itu sisa dari pemilik gubuk yang tidak habis di makan.

Segeralah Ia keluar untuk mengumpulkan ranting-ranting yang tergeletak di sekitaran gubuk itu. Kemudian membuat perapian di luar guna membakar singkong untuk dimaka.

Tidak menunggu lama cahaya berkobar besar, Haruk duduk bersila menunggu api itu menjadi bara sampai Ia membakar singkong tersebut lalu menikmatinya.

"Ya Rabb, ini sangat enak," ucap Sang Haruk senang.

Merasa kenyang, Ia mencari sesuatu untuk alas tidur agar dapat melepas lelah setelah seharian berjalan. Beruntung ada sarung di sampaian yang tidak terlalu buruk untuk di pakai. Haruk menjadikan buntalan yang di bawanya tadi sebagai penumpu kepala sambil menatap langit-langit dan berpikir bagaimana masa depannya itu bisa lebih baik.

Selang beberapa waktu, Haruk teringat kembali ucapan Tantowi tentang sayembara memperebutkan putri Raja. Dimana yang menang juga akan di jadikan Raja ke 7 berikutnya. Lekas Haruk kembali duduk sambil memeluk kaki dan berkata sendiri seperti orang gila.

"Sayembara memperebutkan putri? Apa aku perlu ikut? Tapikan aku tidak punya baju yang bagus buat datang kesana. Bukankah yang ikut adalah para pangeran dari antah berantah dan para anak pejabat negara. Belum lagi putri dari Raja pasti sangat cantik. Tentu sulit bagiku untuk bisa menang dan terpilih?"

Haruk kembali merebahkan diri, Ia mulai membayangkan seperti apa cantiknya putri itu sampai menikah saja harus di adakan sayembara besar-besaran.

"Tidak sabar bertemu Putri," gumam Haruk lagi senyum-senyum sendiri.

Dalam tidurnya Ia bermimpi berada dalam sebuah taman yang sangat indah. Tapi wajahnya di mimpi itu bagaikan Arjuna yang tampan dan berwibawa tidak seperti kenyataannya.

Haruk sendiri diam-diam memperhatikan seorang gadis cantik yang menari-nari menggunakan selendang berwarna jingga di temani ribuan kupu-kupu yang elok. Jika di lihat dari perawakannya dari belakang. Sang putri pasti berparas sangat cantik.

Sebisa mungkin Haruk ingin mengenali wajah putri tapi nyatanya sangat sulit. Tubuh putri di selimuti kabut yang bercahaya bagai kan kerlipan bintang yang berkedip-kedip.

Siapa bidadari itu, kenapa dia ada di tempat ini? Benarkah dia putri Karra Sandya atau putri yang turun dari langit?...

Klek!

Sibuk bertanya dalam hati tanpa mendapat balasan, Haruk tidak sengaja menginjak dahan kering hingga sang putri menoleh dan tersipu malu menyadari keberadaan.

"Pangeran, apa yang kau lakukan disana?" Tanya Sang Putri.

Haruk mengulas senyum. "Aku tengah menikmati kecantikanmu Putri tapi kenapa aku tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas?" Tanya Sang Haruk.

"Benarkah? Sepertinya kamu harus bersabar untuk itu," jawab Sang putri.

"Mengapa demikian Putri?" Haruk berjalan menghampiri untuk melihat secara jelas.

"Tidak, berhenti disitu," cegah Sang Putri hingga Haruk terpaksa menghentikan langkahnya.

"Ada apa Putri?" Tanya Haruk lagi.

Sang putri menundukkan kepala sedikit seperti sedang bersedih namun Ia kemudian tersenyum lagi.

"Jika sudah saatnya kamu akan bisa melihatku Haruk? Tapi kamu harus mampu menguasai dirimu dan berjuang dengan banyak rintangan?" jawab Sang putri.

"Apa? Tapi kenapa begitu?" Haruk masih bingung.

"Kamu akan tahu apa bila tiba saatnya. Kalau begitu aku pergi." Sang Putri melambaikan tangan dan menghilang dari hadapan Haruk.

Terpopuler

Comments

gio.𝗗.hiatus

gio.𝗗.hiatus

asekkkk semngat harukkk

2023-01-23

3

🍾⃝ͩɛᷞѵͧѵᷠ𝛄ͣHIAT✰͜͡w⃠N⃟ʲᵃᵃ࿐💋

🍾⃝ͩɛᷞѵͧѵᷠ𝛄ͣHIAT✰͜͡w⃠N⃟ʲᵃᵃ࿐💋

Mimpi yg indah Haruk, semoga terwujud ya😍💓

2022-10-24

0

🦋⃟ℛ siti nurdiah🦋ᴬ∙ᴴ࿐🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

🦋⃟ℛ siti nurdiah🦋ᴬ∙ᴴ࿐🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

ikut aja sayembara itu haruk siapa tau aja kamu yang menjadi pemenang dari sayembara untuk jadi suami tuan putri haruk

2022-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!