"Keadaannya membaik dalam beberapa hari. Terakhir kali dia mengamuk adalah waktu kami menghubungimu waktu itu. Selebihnya emosinya bisa kami kendalikan"
Itulah sederet laporan dari dokter Bagas yang Kia terima via e-mail. Gadis itu menarik nafasnya dalam. Penghasilannya sebagian besar digunakan untuk biaya perawatan sang kakak di rumah sakit itu. Boleh dikatakan Kia hidup seadanya. Meski gajinya terhitung besar.
Di tangan kirinya ada selembar foto yang sejak tadi diremasnya. Pertanda dia begitu marah dengan wajah orang yang ada di foto tersebut.
"Kita lihat saja. Apa yang bisa aku lakukan padamu. Dasar penjahat!" Maki Kia.
Pagi menjelang. Ini adalah hari pertama dia bekerja dengan Marvel. Kia sedikit terlambat bangun karena semalam dia pulang larut malam dari rumah sakit kakaknya. Menemani sang kakak hanya bisa dilakukan kalau pekerjaannya sudah selesai. Itupun kalau bisa selesai cepat. Kalau tidak ya dia tidak bisa datang ke rumah sakit.
"Kamu di mana?" Suara Airin terdengar panik di ujung sana.
"Baru bangun" Kia menjawab serak. Memang dia baru bangun. Mau bagaimana lagi.
"Astaga, Kia...."
Setengah jam kemudian,
"Dia di mana?" Kia bertanya dengan nafas ngos-ngosan.
"Belum mau bangun. Dan pintu kamarnya dikunci. Pakai password bukanya"
"Ampuunn deh...hari pertama dan cobaanku sudah sebesar ini. Bangunin artisku yang masih tidur" Gumam Kia. Lalu menekan password kamar Marvel. Airin mengerutkan dahinya. Heran, kenapa Kia bisa tahu password kamar Marvel.
Seketika sebuah keplakan mendarat di lengan Kia. Begitu gadis itu memberitahu kalau Frans memberitahunya kemarin. Airin jelas mengumpat. Dan cengiran Kia hanya menjadi jawaban dari umpatan Airin.
"Hei, bangun!" Kia berteriak begitu masuk ke kamar Marvel. Kamar bernuansa abu-abu dengan gaya maskulin khas pria.
Tapi Marvel hanya diam tidak merespon. Amarah Kia hampir meledak. Namun dia berusaha meredamnya. Ingat Kia punya tujuan lain dari ini.
"Marvel Agastya...bangun!" Kia berteriak tepat di telinga Marvel. Membuat pria itu langsung bangun.
"Busyet dah. Toa punya siapa tu. Kenceng amat bunyinya" Kia mendelik mendengar ucapan asal dari bibir Marvel. Sedikit memundurkan diri. Ketika tahu pria itu tidur topless alias tanpa atasan.
"Bangun!" Kata Kia lagi. Marvel sejenak mengucek matanya untuk memastikan kalau yang dia lihat adalah benar. Kia tengah berdiri di hadapannya. Seulas senyum terukir di bibir Marvel. Sejenak mengagumi kecantikan manager barunya. Mengabaikan tatapan ingin membunuh orang dari Kia.
"Kau tahu schedulemu pukul berapa?" Galak Kia. Sementara yang diteriaki malah menguap santai.
"Tahu tidak?" Dan Marvel menggeleng. Sabar Kia...sabar. Nanti kau bisa membalasnya.
"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu soal shedule-ku. Semua itu tanggungjawabmu!"
"Ba....bagaimana bisa seperti itu?"
"Ya bisa saja. Frans saja sering nginep di sini kalau aku punya schedule pagi sekali"
"What?!! Menginap di sini? Jangan bercanda kamu" Lagi-lagi Marvel menggelengkan kepalanya. Menandakan kalau dia tidak bercanda alias serius.
"Itu... kita urus nanti. Sekarang bangun kau punya interview dalam satu jam" Bentak Kia.
"Aahh... siapkan sarapanku juga"
"Itu bukan jon descriptionku!"
"Tapi saat bekerja denganku itu masuk dalam job descriptionmu" Balas Marvel. Lalu bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Umpatan seketika keluar dari bibir Kia saat melihat pria itu tidur hanya memakai boksernya saja.
"Ampuuunn deh bener-bener cobaan" Kia menggerutu sambil berjalan keluar kamar Marvel. Dilihatnya Airin yang menunggu di sofa ruang tengah. Asisten Kia itu lalu berlalu ke dapur. Begitu Kia berkata kalau Marvel minta dibuatkan sarapan.
Dua puluh menit kemudian,
"Bu Manager..." Panggil Marvel dari kamarnya.
"Apalagi sekarang?" Kia meletakkan ponselnya di atas meja. Masuk ke kamar Marvel. Detik berikutnya sebuah umpatan terdengar dari bibir Kia. Melihat artisnya berdiri hanya memakai handuk sebatas pinggang.
"Mana bajumu?" Galak Kia. Memilih menatap hal lain. Asal tidak tubuh sempurna milik Marvel. Pria itu hanya menunjuk kamar sebelah menggunakan jarinya.
"Rin, suruh MUA-nya masuk!" Lagi Kia berteriak.
Dan pagi itu diwarnai dengan drama Marvel yang membuat semua staf Kia geleng-geleng kepala.
"Kayaknya aku akan mempertimbangkannya lagi" Bisik Airin.
"Soal?"
"Soal menjadi fans Marvel" Kia terkekeh. Keduanya sedang menunggu interview yang tengah Marvel lakukan. Baru sehari dan Airin sudah eneg dengan tingkah Marvel yang sok bossy sekali.
"Tahulah dia artis terkenal. Poluler tapi nggak kayak gitu juga dia memperlakukan kita seenak jidat dia" Airin mengumpat berani. Kia jadi heran kenapa Airin jadi berani begitu dengan Marvel.
Satu schedule selesai. Dan hari itu berlalu dengan lancar. Meski Marvel terus saja bertingkah bak anak kecil yang setiap saat memanggil Kia. Seperti Kia adalah baby sitternya.
"Kalau melihat tingkahnya sepertinya tidak mungkin jika Marvel bisa berbuat hal mengerikan itu" Gumam Kia. Lagi-lagi menunggu Marvel. Bahkan setakat ganti baju. Pria itu minta ditunggu.
"Nanti ada yang ngambil foto telanjangku. Lalu dijual. Rugi dong aku"
Kia menepuk jidatnya mendengar alasan Marvel. Kalau aku dikasih gratis juga ogah. Lihat pemilik tubuhnya sudah illfeel duluan.
"Kau balik sana sendiri!" Galak Kia. Menyerahkan kunci mobil pria itu. Marvel hanya menatap Kia yang dia panggil Bu Manager. Lalu melangkah masuk ke mobilnya.
"Marvel..."
"Kalau aku bawa mobilku lalu kau pulang naik apa? Yang lain sudah pulang duluan" Jawaban Marvel membuat Kia terdiam.
"Aku bisa pulang naik taksi" Kia menolak mengulurkan kunci mobil Marvel.
"Kita pulang bareng. Antarkan aku pulang. Lalu kau bisa membawa pulang mobilku" Marvel mulai memasang seatbeltnya. Sementara Kia malah melongo.
"Bu Manager...cepatlah!" Kali ini Marvel menaikkan satu oktaf suaranya. Membuat Kia langsung ngibrit masuk ke mobil Marvel. Lantas melajukannya menuju apartement Marvel.
"Ini dia nggak lagi pura-pura baik kan?" Kia membatin dalam hati. Menatap sekilas pada Marvel yang tengah asyik memainkan ponselnya.
"Kalau model begini masak iya dia bisa melakukan hal itu. Ahh ini kan baru hari pertama. Aku belum tahu dia yang sebenarnya" Kia berkata pada dirinya untuk tidak tertipu dengan tampang inncocent juga kekanakan milik Marvel.
"Apalagi sih?" Terdengar Marvel berucap kesal saat menjawab panggilan ponselnya.
"Tidak, pokoknya aku tidak mau!" Marvel menutup panggilan ponselnya. Lalu melipat dua tangannya. Setelah melempar ponselnya ke atas dashboard mobilnya.
Kia mulai membiasakan diri dengan tingkah Marvel yang berbeda saat di depan kamera dan belakang kamera. Hingga kemudian satu pikiran masuk ke kepalanya. Dia tidak punya kepribadian ganda kan? Atau psikopat atau sejenisnya. Kia bergidik ngeri mengingat hal itu.
Marvel langsung turun dari mobilnya. Begitu sampai di depan apartemennya.
"Marvel bagaimana mobilnya?" Teriak Kia.
"Bawa saja. Tapi besok pagi kau harus menjemputku" Jawab Marvel sambil lalu.
"Idih ogah!" Balas Kia. Lalu keluar dari mobil Marvel. Membuat Marvel yang hampir masuk ke lobi urung melakukannya.
"Kau mau ke mana?" Marvel mencekal tangan Kia.
"Cari taksi. Pulang" Marvel melirik jam tangannya. Dia sendiri terlalu lelah untuk berdebat. Hingga detik berikutnya, pria itu menarik tangan Kia. Membawanya masuk ke apartemennya.
"Lepaskan Marvel. Kau mau apa?" Kia lumayan ketakutan dengan sikap Marvel.
"Kau ini perempuan. Malam-malam begini berkeliaran di jalan sendirian. Bahaya! Malam ini kau tidur di kamar tamu!" Kia langsung membulatkan matanya.
Baru hari pertama, masak iya dia sudah mau jadi korban Marvel. Pikiran Kia langsung dipenuhi hal yang aneh-aneh.
"Be positif Kia...kau bisa melindungi dirimu sendiri"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments