Gadis Preman

Selyn meninggalkan dua orang wanita tersebut, namun ketika dia hendak menyebrang jalan, terdengar suara Sakti memanggilnya.

"Selyn!" serunya dari kejauhan.

Dengan wajah kesal Selyn menghampiri mobil Sakti. Ternyata Sakti tidak sendiri, dia bersama dua orang pria di dalam mobilnya dan satu sopir.

"Masuklah! Ayo!" ajak Sakti, namun Selyn menggelengkan kepalanya.

"Tidak usah, terima kasih!" ucap Selyn sambil membungkuk. Dia tahu diri dan takut jika kehadirannya bisa merusak reputasi kerja suaminya.

"Maaf Tuan-Tuan, kalian bisa pergi terlebih dulu ke tempat pertemuan kita hari ini. Nanti saya akan menyusul," kata Sakti pada kedua rekan kerjanya, Selyn sudah berjalan jauh meninggalkan tempat itu.

Sakti turun dari mobilnya dan langsung berlari mengejar istrinya.

"Sayang! Tunggu!" teriak Sakti dengan nafas tersengal-sengal.

Mendengar suara Sakti yang memanggilnya dari arah belakang, Selyn pun menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan terkejut saat melihat Sakti berjalan ke arahnya.

"Kenapa mas mengejarku?" tanya Selyn.

Sakti tidak menjawab, dia menetralkan nafasnya terlebih dahulu. Setelah nafasnya sudah normal barulah dia mengajak Selyn duduk di bangku yang berada tidak jauh dari posisi mereka.

"Harusnya mas yang bertanya sama kamu, kenapa kamu pergi? Mas suruh kamu naik ke mobil, bukannya malah lari." Tutur Sakti.

"Maaf mas, aku takut mas malu karena punya istri seperti aku yang hanya seorang sampah." Ucap Selyn, meski dia tersenyum namun gurat kesedihan tergambar jelas di wajahnya.

"Baguslah kalau kamu sadar diri!" Tiba-tiba mama dan Kesya sudah ada di antara mereka.

Sakti beranjak dari duduknya lalu mendekati mama dan Kesya.

"Sadar diri apa maksud mama?" tanya Sakti, suaranya terdengar berat, dia pasti sedang menahan emosinya.

"Ya sadar diri bahwa dia memang tidak pantas bersanding denganmu, Sakti." Jawab Kesya.

"Diam kamu! Aku bertanya pada mama, bukan padamu." Kesya langsung terdiam ketika suara Sakti meninggi dan terkesan membentaknya.

"Sakti! Atas dasar apa kamu membentaknya? Kesya benar, gadis preman itu tidak pantas untukmu. Hanya Kesya yang sederajat dengan kita dan seharusnya Kesya yang menjadi istrimu." Tutur Mama.

"Pantas tidak pantas, itu urusanku. Sederajat atau tidak, itu juga urusanku."

Sakti mengarahkan jari telunjuknya pada Selyn yang duduk sambil melihat ke arahnya, "Dia, gadis preman yang mama maksudkan adalah pilihanku. Sederajat ataupun tidak di mata mama, dia tetap istriku, karena aku sudah menikahinya. Suka atau tidak suka mama padanya itu tidak penting bagiku." Pungkas Sakti lalu berjalan menghampiri Selyn.

Sakti menggenggam tangan Selyn lalu mengajaknya pergi dari sana.

"Kalian akan berurusan denganku jika kalian masih berani mengganggunya!" Tegas Sakti saat melewati mama dan Kesya.

Setelah berjalan beberapa langkah melewati mama dan Kesya, Selyn pun menoleh lalu menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.

Sakti menghentikan taksi lalu meminta sopir taksi mengantarkannya ke rumah.

"Mas, walau bagaimana pun dia itu tetaplah ibumu. Hingga rambut dibelah tujuh, ikatan darah antara kalian tidak pernah bisa dipisahkan. Jangan hanya karena aku mas jadi anak yang durhaka." Kata Selyn setelah mereka sampai di rumah.

"Aku bukan mau jadi anak durhaka, sayang. Aku hanya ingin meluruskan jalan pikiran mama yang salah. Oke sekarang mama punya segalanya, tapi itu semua hanya titipan dari Tuhan. Tapi, bukan berarti dia bisa menghina orang seenaknya. Apalagi sampai dia merendahkanmu. Sadar nggak sih secara tidak langsung dia sudah merendahkan dirinya sendiri." Suara Sakti masih terdengar kesal.

Selin membantu Sakti membuka jas dan juga dasinya, lalu menaruhnya di tempat semula.

"Iya, aku tahu. Tapi, bukan dengan cara kasar seperti tadi. Jujur aku sedih saat mereka mengatakan jika aku adalah sampah, tapi aku sadar diri mungkin mereka ada benarnya." Kata Selyn.

Sakti memeluk Selyn kemudian mencium rambut istrinya yang bau matahari.

"Kamu masih kuat kan? Bertahan demi aku? Bertahan dan tetap kuat menghadapi mereka?" tanya Sakti.

"Aku tidak janji, Mas. Sebuah batu bisa habis terkikis jika setiap harinya terkena tetesan air, begitu juga dengan aku. Sekuat-kuatnya aku bertahan dan melawan, aku tetap akan kalah dan sampai pada titik jenuh." Jawab Selyn.

Sakti tidak bisa berkata-kata lagi, yang dikatakan oleh istrinya adalah benar. Sesabar-sabarnya seseorang pasti punya ambang batas.

Begitu juga istrinya. Siapa yang kuat jika setiap kali bertemu selalu dihina dan direndahkan. Itu pasti menyakitkan bagi Selyn.

Sakti tahu, di balik sikap bar-bar yang selalu ditunjukkan oleh Selyn, dia menyimpan kesedihan yang mendalam.

"Apa kamu sudah makan?" tanya Sakti.

"Sudah, tadi saat istirahat aku makan bersama teman-temanku." Jawab Selyn.

Sakti tidak mengerti maksud dari kata istirahat yang dikatakan oleh istrinya.

"Istirahat? Kamu bekerja?" tanya Sakti.

"Ya, aku ngamen seperti biasa." Jawab Selyn dengan jujur.

"Kenapa? Apa mas malu punya istri seorang pengamen?" Selyn balik melemparkan pertanyaan.

Sakti menggenggam tangan Selyn dan menatap wajah gadis itu penuh dengan cinta. Itu bisa terlihat dari sorot matanya dan cara Sakti memperlakukan Selyn.

"Mas tidak pernah bilang begitu, bukankah sudah mas katakan tadi, kamu boleh melakukan apapun yang kamu suka." Jawab Sakti.

Selyn mendudukkan tubuhnya di kasur, "Itu karena tidak ada seorang pun yang tahu kalau aku adalah istrimu kan?"

Sakti kembali dibuat bungkam, lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Selyn adalah benar.

Saat ini yang tau jika Selyn istrinya hanya papa, mama, dan Kesya. Selain itu tidak ada yang mengetahui hubungan mereka.

Selyn bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Sakti, "Kamu tenang saja mas, aku akan menjaga rahasia ini. Aku akan tutup mulut demi dirimu." Ucap Selyn.

"Aku pergi!" pamitnya tanpa menunggu persetujuan dari Sakti.

"Kamu mau ke mana?" Sakti ke luar kamar dan mengikuti Selyn.

"Aku mau ke pasar mas, teman-teman sudah menungguku." Jawab Selyn.

Sakti jadi serba salah, dia ingin sekali mencegah istrinya, tapi dia sudah berjanji untuk tidak melarang apapun yang akan dilakukan oleh gadis yang baru dinikahinya tersebut.

Sakti bingung bagaimana cara agar Selyn tidak jadi pergi.

"Kenapa mas? Apa mas tidak memberiku izin? Jika benar, maka aku tidak akan pergi." Kata Selyn.

"Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua denganmu siang ini. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan." Kilah Sakti.

Selyn tersenyum, "Sandiwaramu kurang optimal mas, banyak belajar lagi."

Selyn mengurungkan niatnya untuk pergi, dia memilih masuk ke kamar mandi dan berendam. Dengan begitu dia berharap sesak dan panas di dadanya sedikit berkurang.

Selyn memejamkan matanya, memutar kembali kejadian lalu, awal dia bertemu Sakti hingga terjadi pernikahan antara keduanya.

"Ayah ... Ibu ... Beri aku kekuatan." Lirihnya.

Terpopuler

Comments

🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️

🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️

jgn sedih selyn.
km hrs berjuang bersama sakti.
tunjukin klu km kuat.
km hrs cepat hamil.

2022-10-08

1

Deriana Satali

Deriana Satali

Semangat Selyn dan terus berdoa semoga mama Sakti luluh

2022-09-29

1

mama naura

mama naura

lanjut next update nya kk thorrr 💪💪😍 semangat trus

2022-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!