Istri Bar-Bar Tuan Presdir

Istri Bar-Bar Tuan Presdir

Awal Bertemu

Brug!

"Awh!" pekik Selyn sambil memegangi pundak yang tadi menabrak seseorang.

"Heh! Punya mata nggak sih? Kalo jalan lihat-lihat dong! Percuma punya mata kalo cuma jadi pajangan doang!" sungut Selyn pada seorang pria yang tadi ditabraknya.

"Harusnya saya yang marah, karena kamu yang nabrak saya." Cetus pria itu.

"Bodo amat ah!" Selyn kembali berlari secepat kilat lalu menghilang.

"Cantik!" gumam Sakti sambil tersenyum tipis hingga nyaris tak terlihat.

"Woy! Ngapain bengong di situ? Ayo masuk! Udah ditungguin tuh sama klien!" Teriak Dodit pada Sakti.

Siang ini Sakti dan Dodit ada pertemuan penting di sebuah restoran.

"Aku pergi dulu!" pamit Sakti setelah urusannya selesai.

Sakti masuk ke mobil dan mengemudikannya dengan perlahan.

Ciiit! Tiba-tiba seorang gadis melintas tepat di depan mobilnya.

"Bukankah dia gadis yang tadi menabrakku?"

Tok

Tok

Tok

Selyn mengetuk kaca mobil milik Sakti sambil celingukan.

"Ada apa?" tanya Sakti dengan wajah datarnya.

"Kamu mas-mas yang tadi kan? Bagus deh!" Selyn membuka pintu mobil, duduk di bangkunya, dan langsung menutup jendela.

"Ke luar! Siapa yang mengizinkanmu masuk dan duduk di mobilku?" tanya Sakti dengan nada sedikit meninggi.

Selyn tidak menjawab, dia malah menunduk saat ada beberapa orang yang datang mendekati mobil Sakti.

"Kamu copet ya?" tanya Sakti.

"What? Hei Bung! Coba anda lihat mukaku! Ya kali ada copet cantik kayak gini. Kalo ngomong suka ngasal aja nih. Baju aja keren kayak pak jabat, pemikiran dangkal!" Sungut Selyn.

"Cepetan jalan! Ngoceh aja," kata Selyn lagi.

Sakti mengernyitkan dahinya, "Kenapa jadi kamu yang atur saya? Terserah saya dong mau jalan atau enggak. Kalo saya mau, saya bisa teriak pada mereka dan mengatakan jika kamu sedang bersembunyi di sini." Gertak Sakti.

Selyn terlihat panik, "Please! Jangan beri tahu mereka. Nanti aku jelasin kenapa aku lari dari kejaran mereka. Tapi, tolong bawa aku pergi dari sini!" pinta Selyn sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Sakti kembali mengemudikan mobilnya, setelah agak jauh barulah dia menepi.

"Jelaskan!" Sakti menagih penjelasan dari Selyn.

"Mereka tadi adalah anak buahnya Sentot, rentenir di daerahku. Mereka menagih hutang yang dulu dipinjam oleh ayah dan ibuku semasa masih hidup. Mereka mau menangkapku karena aku tidak sanggup membayar hutang, bunganya gede banget, lebih gede dari bunga bangkai. Sentot mau menjadikanku istrinya sebagai jaminan pelunas hutang. Ya aku menolak, masak iya gadis perawan ting-ting begini mau dijadiin istri ke empat. Mubazir kan?" Tutur Selyn. Wajahnya sangat polos dan nada bicaranya tulus dari hati.

Sakti merasa kasihan pada gadis itu, "Kamu punya keahlian apa?" tanya Sakti.

Krucuk, bunyi perut Selyn terdengar sangat kencang. Membuat wajah gadis itu memerah karena malu.

"Kamu lapar?" tanya Sakti.

"Tidak apa-apa, sudah biasa." Jawab Selyn.

"Terima kasih sudah mau menolong saya," ucapnya sambil ke luar dari mobil.

Sakti membuka pintu mobil lalu ke luar dan berjalan menghampiri Selyn, namun gadis itu malah membungkuk lalu pergi. "Permisi!" pamitnya.

"Kasihan dia," gumam Sakti.

Sakti masuk ke mobilnya lalu memutuskan untuk pulang ke rumah.

Hingga malam, Sakti tidak bisa berhenti memikirkan Selyn. Wajah polos dan sikap bar-bar gadis itu mengganggu pikirannya.

"Sakti? Kamu sudah tidur?" tanya Mama dari luar kamar.

"Belum, Ma. Masuklah!" jawab Sakti dan mempersilahkan mamanya untuk masuk.

Klek, pintu terbuka. Mama hanya menyembulkan separuh tubuhnya saja di balik pintu.

"Besok keluarga Rendra akan datang, persiapkan dirimu." Kata Mama.

"Ma, tolong mengerti Sakti! Aku tidak mencintai Kesya. Berhentilah menjodohkanku dengan gadis pilihan mama," suara Sakti terdengar kesal.

"Mama tidak mau tahu! Besok kalian akan bertunangan, TITIK." Tekan mama.

"Terserah!" cetus Sakti.

***

"Cari tahu tentang gadis ini!" titah Sakti pada Dodit.

Sebuah foto tergeletak di meja, kemarin Sakti sempat memotret Selyn secara diam-diam saat gadis itu sedang berada di mobilnya.

"Siapa dia?" tanya Dodit.

"Cari saja, jangan banyak tanya!" jawab Sakti.

Hingga sore menjelang, Dodit belum juga memberi laporan tentang Selyn pada Sakti.

"Kenapa kemarin aku lupa menanyakan nama dan alamat tinggalnya? Ah, bodohnya aku!" Sakti merutuki kebodohannya.

Dodit yang baru masuk ke ruang kerja Sakti merasa heran melihat tingkah Sakti yang sudah seperti orang gila. Berbicara dan uring-uringan sendiri.

"Aku rasa Selyn sudah membuatmu tidak waras," celetuk Dodit.

"Selyn? Siapa dia?" Sakti terlihat kebingungan, karena dia tidak kenal dengan nama yang disebutkan oleh Dodit.

"Serius kamu nggak tahu siapa Selyn? Dia gadis yang ada di foto," jawab Dodit.

"Kamu sudah menemukannya?" tanya Sakti.

"Dia ada di luar," jawab Dodit dengan malas.

Sakti beranjak dari duduknya lalu membuka pintu, terlihat Selyn sedang berdiri di depan ruang kerjanya.

Tidak ada yang berubah dari gadis itu, masih seperti kemarin. Sebuah celana jeans sobek di bagian lutut, kaus oblong serta topi melekat di kepala gadis itu.

"Masuklah!" ajak Sakti.

"Ternyata mas eh bapak yang undang saya," ujar Selyn.

"Duduklah!" titah Sakti tanpa mengindahkan ucapan Selyn.

Dodit ke luar dari ruangan itu.

"Ada apa ya, Mas? Eh Pak?" Selyn meralat panggilannya saat tahu jika Sakti adalah seorang presdir sebuah perusahaan.

"Panggil mas saja, saya menyukainya." Kata Sakti.

Selyn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Wah, jadi nggak enak saya pak, eh mas. Anda kan atasan di sini." Ujarnya sambil cengengesan.

Sakti duduk di sofa dengan kaki menyilang, "Apa kamu sudah makan?" tanya Sakti dan gadis itu mengangguk.

"Kamu sudah menikah?" tanya Sakti lagi.

"Ha-ha-ha, bapak eh mas ini lucu juga ternyata. Siapa yang mau menikahi saya mas, yatim piatu miskin dan banyak hutang." Jawab Selyn sambil tertawa seolah tidak ada beban yang sedang ditanggungnya.

"Berarti jawabannya kamu masih single, benar begitu?" tanya Sakti lagi.

"Nggak usah bertele-tele deh mas, ini maksudnya apa ya? Mas suruh orang untuk mencari saya, membawa saya kemari trus ditanya-tanya hal yang menurut saya itu nggak penting." Celoteh Selyn.

"Saya mau menawarkan pekerjaan untuk kamu," kata Sakti.

Selyn menatap wajah Sakti, "Mas serius? Kerja apa? Saya tidak punya keahlian, Mas. Saya hanya tamatan SMP dan tidak bisa kerja apa-apa selain jadi kernet angkot dan kuli panggul di pasar. Mau jadiin pembantu? Kalo bersih-bersih saya bisa, tapi kalo masak saya angkat tangan. Rebus air saja gosong." Tuturnya tanpa jeda.

"Hais, suaramu berisik sekali, sudah seperti petasan Betawi saja." Cetus Sakti sambil mengusap telinganya.

"He-he-he," Selyn nyengir mendengar perkataan Sakti.

"Jadi, kerjaan apa yang mas tawarkan pada saya?" tanya Selyn.

"Jadi istri saya," jawab Sakti dengan nada serius.

Terpopuler

Comments

Jana

Jana

udah terima aja.. kerjaan enak koq 😜😅

2023-12-22

0

itanungcik

itanungcik

semangat selyn 👍👍👍👍

2022-10-14

1

🍌 ᷢ༄༅⃟𝐐 🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬHenny❣️𝐀⃝🥀

🍌 ᷢ༄༅⃟𝐐 🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬHenny❣️𝐀⃝🥀

awal yg menyenangkan baca'a.
semangat kak Naya

2022-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!