Pagi hari ini dokter kembali mengecek keadaan Bu Siti, dan dokter berkata kalau keadaan Bu siti sudah membaik dan sudah diperbolehkan pulang.
Erna dan bapaknya senang akhirnya Bu Siti sudah boleh pulang, setelah sarapan pagi ini mereka siap siap untuk pulang kerumah.
Setelah melunasi biaya administrasi mereka pun segera pulang, mereka pulang dengan menaiki angkotan umum karena sudah tidak punya kendaraan lagi.
Sesampainya dirumah Erna membantu membawakan barang barang yang mereka bawa.
" Buk, ibuk sebaiknya istirahat dulu ya. " Ujar Pak Edo kepada istrinya.
Bu Siti hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, lalu berbaring di kasurnya.
Pak Edo keluar dari kamar, lalu duduk di kursi ruang tamu dan mengeluarkan dompet kecil dari saku celananya, ia terlihat mengeluarkan beberapa lembar uang receh dengan raut wajah yang sangat sedih, ia menghitung uang receh tersebut, dan dihitung berulang ulang.
Erna yang melihatnya semakin tak tega dengan Bapaknya.
" Pak, ada apa pak? kenapa bapak menghitung uang itu berulang ulang? " tanya Erna yang bingung.
" Tidak apa apa nak, Bapak hanya sedang bingung sisa uang administrasi tadi hanya cukup untuk makan kita seminggu saja, belum dengan saku mu sekolah. "
" Erna tidak dikasih uang saku tidak apa apa kok pak, yang penting kita bisa makan. " Jawab Erna agar bapaknya bisa lebih tenang.
"Tok tok tok. " Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Bapak Erna segera keluar untuk membukakan pintu.
" Oh Mbak Tatik, silahkan masuk mbak. " Ujar Pak Edo.
" Iya Do, bagaimana keadaan istrimu?" Tanya Bu Tatik sembari masuk kedalam rumah.
" Sekarang kondisinya sudah stabil mbak. " jawab Pak Edo.
" Syukur deh kalau begitu, semoga cepat kembali pulih ya Do istrimu. " Ujar Bu Tatik.
" Iya Mbak, mohon do'anya ya. "
" Do, kemarin Mbak tanya sama Erna, kok bisa sih Do kamu berhutang sama Pak Damar? padahal kamu sendiri tahu orangnya itu seperti apa. " Ucap Bu Tatik.
" Ya mau bagaimana lagi Mbak namanya juga kepepet. " jawab Pak Edo.
" Tok tok tok tokk. " Lagi lagi terdengar suara ketukan pintu.
Pak Damar dan Erna segera bergegas membukakan pintu, ternyata itu Pak Damar dan para bodyguardnya.
" Selamat siang Pak Edo, Bagaimana tidak lupa kan dengan perjanjian satu minggu yang lalu?" Ujar Pak Damar.
Bu Tatik yang tadinya hendak ikut keluar, Erna menahannya agar tidak ikut keluar, kemudian Erna meminta Bu Tatik untuk menemani ibunya di kamar agak ibu Erna tidak tambah drop dengan kedatangan Pak Damar dan para bodyguardnya.
" Maaf Pak, bisa beri waktu saya lebih lama lagi untuk mengembalikan uang Bapak? " Pinta Pak Edo kepada Pak Damar.
" Tidak bisa tidak bisa waktu kamu sudah habis!" Ujar Pak Damar dengan tegas.
" Tapi Pak, kami belum ada uang untuk melunasinya. "
" Ah kalau tidak begini saja, anak kamu ini biarkan ikut saya saja bagaimana? " Ujar Pak Damar dengan tatapan sinis.
" Jangan Pak kasian anak saya, dia masih kecil pak, dia masih sekolah." Jawab Pak Edo sambil memohon.
" Ya sudah kalau begitu cepat bayar utang elu!! " Jawab salah satu bodyguard Pak Damar.
" Udah biarin saja anak kamu ikut sama saya. " Sambung Pak Damar.
" Ada apa ini, kenapa ribut ribut sekali, uhukk uhukkk. " Ujar Bu Siti yang keluar dari kamar di bantu dengan Bu Tatik.
" Ibuk, ibuk kenapa keluar buk, udah ibuk masuk saja. " Pinta Pak Edo kepada istrinya.
" Mbak, tolong bawa istri saya masuk. " Sambung Pak Edo yang meminta Bu Tatik untuk membawa masuk Bu Siti.
" Sudah tidak usah banyak drama, cepat bayar hutang kalian!! " Ujar salah satu bodyguard Pak Damar dengan nada tinggi.
" Tapi pak, kami belum ada uang untuk membayarnya. " Ujar Bu Siti dengan memelas.
" Ya sudah kalo begitu relakan anak kamu bekerja dirumah saya! " Ucap Pak Damar.
" Jangan pak, jangan anak saya, biarkan saya saja yang bekerja dirumah Bapak. " Ujar Bu Siti yang meminta agar dia bisa menggantikan anaknya.
" Haha, mana mau saya! orang kamu sudah sakit sakitan kaya begini, malah nambahin beban saya! nanti saya yang repot! " Jawab Pak Damar.
" Sudah buk, biarkan Erna ikut Pak Damar buk, Erna tidak apa apa kok buk, Erna rela. " Ujar Erna.
" Tidak nak, Bapak tidak rela kalau kamu yang harus berkorban untuk keluarga kita. " Jawab Pak Edo sambil memeluk putri semata wayangnya itu.
" Sudah Pak Buk, Erna tidak apa apa, mungkin hanya ini satu satunya cara supaya hutang kita lunas. " Jawab Erna, agar mereka merelakan Erna untuk ikut ke rumah Pak Damar.
" Sudah sudah, ayo kamu segera ikut saya untuk bertanggung jawab atas hutang hutang orang tua kamu! " Ujar Pak Damar sambil menarik tangan Erna.
" Jangan pak, jangan bawa anak saya. " Jawab Bu Siti sambil menangis dan kembali memeluk tubuh Erna.
Pak Edo dan Bu Siti langsung menghampiri Pak Damar sampai memohon di kakinya Pak Damar supaya tidak membawa putri semata wayang mereka, Namun Pak Damar menolak permintaan mereka dan akan tetap membawa Erna.
" Pak, tolong jangan bawa anak saya pak, saya mohon pak, biarkan saya yang bertanggung jawab pak, tapi jangan anak saya pak anak saya tidak tahu apa apa tentang ini. " Pinta Pak Edo sambil berlutut dikaki Pak Damar.
" Tidak bisa! Erna! cepat kamu kemasi barang barang kamu dan cepat ikut saya!! " Ujar Pak Damar yang sudah marah.
Erna hanya menjawabnya dengan anggukan kepala serta air mata yang mengalir di pipinya, Erna segera lari kedalam rumah dan segera mengemasi pakaiannya, Pak Edo dan Bu Siti menyusul Erna kedalam dan mereka memeluk Erna, mereka berkali kali meminta maaf kepada Erna dan meminta Erna supaya tidak ikut dengan Pak Damar.
" Pak, Buk, Erna tidak apa apa, Erna akan baik baik saja disana. " Ujar Erna yang mencoba menenangkan orang tuanya.
" Tapi nak, bagaimana dengan sekolah kamu, bagaimana dengan cita citamu nak, ibu tidak rela kalau putri ibuk akan mengorbankan masa depannya demi ini semua. " Ujar Bu Siti yang masih memeluk Erna.
" Maafkan Bapak nak, bapak sudah merepotkan kamu, maafkan bapak yang belum bisa jadi orang tua yang baik buat kamu. " Ujar Pak Edo sambil memeluk Erna dan Bu Siti dengan erat.
Mereka bertiga pun berpelukan dengan erat disertai dengan suara tangisan perpisahan mereka, Bu Tatik yang tak kuat menahan tangis melihat penderitaan mereka hanya mencoba untuk menguatkan mereka.
" Sudah kalian relakan saja Erna, doakan saja supaya Erna tetap baik baik saja disana, mungkin ini adalah salah satu bakti Erna kepada kalian." Ujar Bu Tatik.
" Tapi Mbak, Kasian Erna Mbak. " Ujar Bu Siti yang terus memegangi tangan Erna.
Bu Siti yang saat itu sudah mulai lemas, genggaman tangannya itu perlahan lepas dari tangan Erna, dan Bu Siti akhirnya pingsan, tangis Erna pun semakin menjadi jadi ketika melihat ibunya jatuh pingsan.
" Erna! ayo cepat waktu kamu sudah habis! " Ujar Pak Damar yang mulai kesal menunggu Erna.
Pak Damar pun segera menarik paksa tangan Erna, tapi Pak Edo mencoba menahannya dengan menarik tangan Erna yang satunya, Erna hanya bisa menangis dan berharap ini adalah jalan terbaik untuk mereka, Erna mencoba menggegam balik tangan bapaknya namun genggaman itu perlahan mulai lepas, dan menjauh.
Pak Edo bangun dan lari mencoba mengejar putrinya yang akan naik ke mobil Pak Damar, Erna pun masuk dan menengok ke belakang melihat bapaknya yang tengah lari mengejar mobil Pak Damar, namun Pak Edo terjatuh, Erna hanya bisa memanggil Bapaknya didalam mobil, berharap bapaknya segera bangun dari jatuhnya, Namun jarak mereka semakin jauh karena mobil melaju cukup kencang, Erna hanya bisa menangis dan menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments