Pagi datang dengan cerah kali ini matahari bersinar.
"Srrrrttttt" hordeng di buka di tarik dengan sebuah tangan milik seorang perempuan.
Cahaya menerobos masuk melalui kaca dan fentilasi jendela setelah hampir semua korden dibuka. Perempuan itu menatap Aera dengan senyum yang begitu hangat. Menatap Aera yang mulai merasa tidak nyaman dalam lelap setelah matahari mengenai penuh wajahnya. Beberapa cahaya malah menerobos masuk di antara celah pejaman mata, benar benar menyilaukan. Bukan nya berbalik membelakangi cahaya atau setidaknya menutupi wajah dengan slimut Aera malah kembali tenang seperti sebelumnya. Menikmati, membirkan cahaya memeluk bahkan sampai menerobos masuk di antara pejaman,Aera kembali melanjutkan tidur.
Perempuan itu tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya, menghampiri Aera dengan beberapa kali menggelengkan kepala. Terheran dengan hal kecil yang sesekali atau bahkan sering kali Aera lakukan dengan sengaja atau tidak di sengaja.
Seperti hal nya saat ini, sudah merasa silau bukan nya bangun atau merubah posisi, Aera malah kembali tenang melanjutkan tidurnya.
Berdiri tepat menghalangi cahaya yang mengenai wajah Aera.
Aera tidak lagi merasakan silau di antara pejaman mata. Karna penasaran Aera memaksa untuk perlahan membuka mata.
Tersenyum dengan mata yang masih dirasa berat untuk dibuka, senyum yang begitu cantik dengan hangat. Menatap perempuan yang tersenyum berdiri menatap nya, menatap dengan tatapan seperti sesosok Kaka yang sedang tersorot menatap adiknya.
Aera memanggil nya "Mbaaa Ana"...
"Uaahhhhhhh" Dilanjuti Aera menguap dengan cukup lebar tanpa berniat menutupi nya.
Mba Ana kembali tersenyum memperlihatkan deretan giginya
Aera merubah posisi tidur membelakangi mba Ana telapak tangan kanan nya diarahkan Aera untuk menyangga pipi di atas bantal, kembali memejamkan matanya.
"Uhhhhhh..." mba Ana menghelai nafas yang kemudian menyubit perut Aera.
"Aaa.. " Aera kembali membuka mata memegang perut nya yang sakit setelah dicubit.
"Sakit mba.." Gretu Aera berbalik kesal.
"Mau lagi?" Tegas mba Ana.
Aera terdiam menatap mba Ana dengan jengkel.
"Dicubit gitu aja marah, udah mandi sana. Nanti kesiangan aja" Mba Ana memperhatikan Aera yang masih menatap nya.
Aera bangun dengan merengut kesal, berjalan dengan lesu untuk ke kamar mandi.
Mba Ana tersenyum melihat Aera. Selalu ada hal kecil yang membuat perasaan nya menjadi senang. Dan kebanyakan hal kecil itu tercipta oleh majikan muda yang sudah seperti adik dan keluarga untuk nya.
Untuk mba Ana biar lah kebahagiaan datang dengan sesederhana mungkin dan dengan sedikit mungkin, dengan begitu tidak akan cepat habis tidak akan cepat berlalu, terlebih lagi tidak perlu buru buru berganti dengan sedih atau perasaan terluka.
Begitu pula dengan perasaan yang tidak menyenangkan, datang lah seperlahan dan sesedikit mungkin dengan begitu mba Ana tidak perlu terlalu rapuh untuk segalanya.
Dengan melebar kan senyum, mba Ana membungkukan posisi nya merapihkan tempat tidur Aera.
Aera keluar dari kamar mandi mengendap pelan dan balik membalas menyubit mba Ana.
"Satu sama". Aera tertawa begitu senang dengan apa yang baru dilakukan nya.
Mba Ana tertawa sebelum berbalik menatap Aera menahan tawa dengan memasang wajah kesal,menatap Aera.
Aera yang tertawa diam seketika melihat ekspresi mba Ana.
"Mmm, Aera mandi sekarang"
Dengan cepat berbalik kembali ke kamar mandi.
Mba Ana kembali tertawa. Dijelaskan akan terkesan sederhana, Aera dengan banyak hal yang selalu dapat merekah tawa. Tetapi terkadang akan ada banyak hal rumit dan bahkan akan begitu sulit untuk di jelaskan untuk setiap tawa yang ada. Untuk mereka yang memberi atau untuk mereka yang merasakan.
Kembali melanjutkan untuk merapihkan tempat tidur,mba Ana melipat selimut yang berantakan.
Aera menoleh memperlihatkan hanya bagian kepala dari pintu kamar mandi yang sedikit dibuka.
"Mba?" Teriak Aera.
Mba Ana berbalik kembali menatap Aera.
"Mau nasi goreng" Singkat Aera tersenyum.
Mba Ana mengangguki dengan ikut tersenyum.
"Mandi buruan udah siang"
"Iya ini mandi. Nasi goreng nya yang pedes ya, bungkus dua buat temen temen"
"Iyaaa. Udah sana"
Setelah merapihkan tempat tidur mba Ana menyiapkan seragam sekolah yang akan Aera pakai. Meletakan sepasang seragam di atas tempat tidur Aera,sebelum beranjak pergi mba Ana mengusap seragam Aera yang begitu halus dan rapih.
Ada selalu harapan dan doa untuk Aera yang selalu mba Ana panjatkan. Tinggal dengan Aera selama 5 tahun untuk menjadi pengasuh nya membuat mba Ana menjadi terbiasa dengan Aera. Satu hari kenyataan tentang mba Ana yang bukan siapa siapa untuk Aera menjadikan perpisahan selalu dekat dengan nya. Sudah begitu menyayangi sampai mba Ana takut akan nanti di paksa melepaskan atau bahkan Aera sendiri yang meminta lepas dari nya.
Seperti itu lah kenyataan akan sebuah pertemuan, tidak pernah ada yang tau bagaimana semua akan berlanjut.
Akan selalu ada banyak kejutan yang menyertai. Dari yang menyenangkan sampai sesuatu yang tidak terduga sedih dan luka nya, mengalir seperti layaknya sebuah takdir, ketentuan Tuhan.
Hari yang kelam karna perpisahan jangan terjadi di sela hati dan rasa yang masih sepi. Akan teriris begitu sakit jika yang sudah tinggal begitu lama beranjak pergi, tidak siap, terlebih untuk Aera yang rapuh seorang diri.
Jangan biarkan hari hari patah yang sudah sudah kembali melukai. Hal menakutkan juga menyedihkan yang sesekali mematahkan dua ikatan. Jangan biarkan Aera kembali merasakan arti sebuah kehilangan, merasakan sesak nya menahan tangis dan luka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
anna
Tata letak plot yang menarik
2020-08-04
0
Avan
mbk ana kayak ibu kandungnya.
aku kira mbk ana beneran ibu kandungnya waktu bangunin aera.
2020-05-23
1
Isti Qomariyah
ah suka suka❤
2020-04-23
0