Saat pulang sekolah, Nara langsung mampir ke rumah Tara. Tetapi rumahnyw sepi dan bahkan di depan rumah tersebut ada sebuah tulisan " RUMAH INI DI JUAL, HUBUNGI NOMOR ...."
"Ya ampun, jadi Tara sudah tak ada di rumah ini. Lantas kemana dia pergi ya? kenapa juga dia tak memberitahu tentang kepergiannya? kenapa pula dia tak pamit pada, gwe?" batin Nara di penuhi dengan tanda tanya.
Nara pulang kalau ke rumah dengan perasaan kecewa karena tak bertemu dengan Tara. Padahal dia ingin sekali meminta maaf atas kesalahpahaman yang pernah terjadi dulu. Dia sangat merasa bersalah karena tidak mendengarkan nasehat dari Tara waktu itu.
"aAku telepon Tara saja semoga saja nomor ponselnya masih aktif." saat itu juga Nara mencoba menelpon Tara, tetapi kembali lagi dia harus merasakan kecewa karena nomor ponselnya sudah tidak aktif lagi.
Akhirnya Nara memutuskan untuk pulang ke rumah tetapi dia tetap tidak tenang karena pikirannya terus setuju pada Tara.
Tak terasa pagi menjelang namun kali ini tak seceria biasanya. Nara merasa malas untuk berangkat ke sekolah karena dia tahu pasti dia akan mendapat bulian dan ejekan dari teman-teman sekelasnya.
"Nara, kenapa kamu sepertinya tidak semangat sekali untuk berangkat ke sekolah?" tanya ayahnya merasa penasaran.
"Nggak papa kok, yah. Aku biasa saja kok, masih semangat cuma semalam kurang tidur aja jadi sedikit mengantuk," ucapnya sekenanya.
"Kamu tak usah bohong, Nara. Dari raut wajahmu sudah terlihat sekali jika kamu sedang ada masalah. Ceritakan saja pada ayah dan ibu siapa tahu kami bisa membantumu untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kamu hadapi saat ini," bujuk Ibu Resy.
"Oh iya, Nara. Biasanya Ara menjemputmu, kenapa pagi ini dia tak datang kemari apa kalian sedang ada masalah?" tanya Ayah Bimo menyelidik.
Nara bingung harus menjawab apa kepada ayahnya dia hanya diam saja.
"Nara kenapa kamu tak menjawab pertanyaan ayahmu?' tegur Ibu Resy.
"Ayah-ibu, Nara pamit berangkat ke sekolah takut kesiangan." Nara menyalami kedua orang tua, setelah itu dia mengayuh sepedanya begitu cepat.
"Ayah, sepertinya Nara sedang ada masalah di sekolahnya tetapi kenapa dia tak mau cerita pada kita ya?" Bu Resy mengerutkan dahinya.
"Mungkin masalah percintaan kali, Bu. Biasa anak muda zaman sekarang kayak kita nggak pernah muda aja," ucap Ayah Bimo terkikik pelan.
Mendengar perkataan dari suaminya, Bu Resy hanya melirik sinis lalu dia beranjak pergi untuk mengurus pesanan laundrynya.
Tak berapa lama, Nara telah sampai di sekolah namun tidak ada senyum di wajahnya yang ada hanyalah kemurungan.
"Wah, ini cewek yang terlalu kepedean itu ya? yang dikira Ara cinta banget sama dia padahal dia hanya cuma sebagai taruhannya saja."
"Wah benar sekali, dia terlalu Geer padahal Ara sama sekali tak cinta padanya, kasihan deh kasihan."
Nara mendapat bulian dari beberapa teman sekelasnya, tetapi kali ini dia tak membalas bulian tersebut karena dia sudah terlanjur malu. Dia pun mencoba untuk bersikap biasa saja seolah tak mendengar apa yang teman-temannya katakan barusan.
Sejenak Nara memandang ke arah bangku yang biasa di duduki oleh Tara. Tiba-tiba dia teringat akan, Tara.
"Tara, sebenarnya kamu pindah ke mana? kenapa kamu sama sekali tak memberitahu padaku tentang kepindahanmu? aku tahu kamu pasti sangat kecewa padaku karena aku tak percaya dengan ucapanmu waktu itu. Tara aku mohon supaya kamu memaafkan aku dan mau menghubungiku kembali," gumamnya dalam hati seraya terus memandang ke arah bangku yang biasa diduduki oleh, Tara.
Tak berapa lama datanglah, Ara. Dia sama sekali tidak merasa bersalah pada Nara atas apa yang telah dia lakukan padanya.
Ara malah asik bercanda ria dengan para gadis yang ada di kelas tersebut. Dia sama sekali tak menghiraukan Nara yang sedang bersedih.
Sekilas Nara memandang ke arah Ara, dan kini dia menyimpan kebencian yang mendalam pada, Ara. Sekilas pula tak sengaja Ara dan Nara saling bertatapan, tetapi keduanya langsung mengalihkan pandangannya.
*********
Waktu berjalan cepat sekali, tak terasa sudah satu bulan dari kejadian itu. Kini Ara dan Nara juga sudah tak bersahabat baik seperti dulu lagi.
Hingga pada suatu hari, Ara harus menelan kekecewaan dimana pada saat dirinya mengikuti balap motor liar bersama para anggota gengs motornya. Ara mengalami kecelakaan, aken tetapi tidak ada satupun anggota gengs tersebut yang datang menjenguk.
Mereka malah berubah drastis pada saat melihat kondisi Ara yang memakai tongkat untuk penyangga tubuhnya.
"Heh, semua. Kalian kenapa sih? pada saat gwe alami kecelakaan diantar kalian tidak ada satupun yang menolong gwe. Loe pada malah pergi ninggalin gwe?" tanya Ara pada anggota gengs motornya.
"Maaf bro, kami sudah tak ingin menerima loe jadi anggota kami lagi. Pantang bagi kami punya anggota cacat kaya loe."
Semua anggota gengs berlalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan Ara yang masih mematung diam menatap kepergian teman-temannya itu.
"Kenapa mereka tak menjawab pertanyaan gwe, malah berlalu pergi begitu saja?" batin Ara penuh tand tanya.
Bahkan sejak Ara pincang, tidak ada satu cewepun di kelasnya yang mau dekat padanya.
"Aneh, kenapa para cewek yang biasa memuja gwe kini juga menghindari gwe semuanya," batinnya masih saja bingung dengan perubahan sikap semua teman-temannya.
Sejak saat itu Ara sudah tak tak punya teman lagi. Begitu pula dengan Nara. Sesaat Ara menatap ke arah Nara yang sedang fokus membaca buku di sela jam istirahatnya.
Ara menghampirinya, akan tetapi Nara hanya melirik sinis tak menyapa Ara sama sekali, dia malah melanjutkan membacanya.
"Nara, gawe ingin minta maaf sama loe untuk apa yang pernah gwe lakukan dulu pada loe," ucap Ara.
Namun Nara seolah tak mendengar apa yang di katakan oleh Ara. Dia tetap saja fokus membaca.
"Nara, tolong hentikan dulu sejenak membawanya. Gwe ingin bicara sebentar saja dengan loe," ucap Ara memohon.
Hingga pada akhirnya Nara menghentikan membacanya.
"Loe minta maaf ke gwe setelah loe di campakkan oleh anggota gengs motor loe dan para cewe di sekolah ini," ucap ketus Nara.
"Nara, gwe tulus minta maaf ke loe. Kenapa loe sewot?" ucap Ara kembali.
"Gwe nggak butuh permintaan maaf dari loe, dan perlu loe ingat satu hal. Selamanya gwe akan membenci loe setelah apa yang loe lakukan dulu pada gwe!"
Setelah mengucapkan akan hal itu, Nara beranjak bangkit dan berlalu pergi meninggalkan Ara sendirian.
"Kenapa semua jadi runyam seperti ini? dulu gwe, Nara, dan Tara berteman sangat baik. Semua hancur begitu saja oleh ulah gwe sendiri. Kini Tara juga entah dimana keberadaannya," batin Ara menyesali semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Eka elisa
cuexin aj nara jgn di gubris pnghianat kyk ara mah..
2023-08-07
2
Eka elisa
membawanya...apa membaca nya mak...
2023-08-07
1
Eka elisa
mak. .ini kurang. huruf...A..
tand...tnya...
2023-08-07
1