Pagi menjelang, pada saat Nara akan berangkat dengan mengayuh sepedanya. Tiba-tiba datanglah, Ara untuk menjemputnya dengan mobil barunya.
"Tumben, Ara kemari? memangnya dia mau ngapain?" tanya Nara di dalam hatinya.
"Selamat pagi, Om- Tante."
"Selamat pagi, Ara."
"Om-tante, Ara minta izin untuk berangkat ke sekolah bareng Nara boleh kan? nanti pulangnya aku antar juga."
Sejenak orang tua Nara saling berpandangan satu sama lain.
"Silahkan saja jika Naranya mau, Ara."
Ayah Bimo melirik ke arah Nara yang sedang nangkring di sepeda hanya tinggal di kayuhnya saja.
Ara pun menatap memelas ke arah, Nara. Hingga membuat Nara merasa tak enak hati.
"Ya sudah, gwe narok sepeda dulu."
Nara meletakkan sepedanya ke dalam garasi motor ayahnya.
Setelah itu Nara mengikuti langkah kaki Ara menuju ke mobilnya. Mereka tak tahu jika di belakang mobil mereka ada mobil Tara yang sedang melaju dengan sangat lambat.
"Aku telat dech, ternyata Ara sudah lebih dulu ke rumah Nara," batin Tara kecewa.
Mobil Ara melaju dengan sangat lambat karena waktu masih terlalu pagi jika melajukan mobil cepat ke arah sekolah. Sembari mengemudi mobilnya, Ara masih berusaha meluluhkan hati Nara kembali.
"Nara, bagaimana jawaban dari ungkapan hati gwe? loe mau kan jadi pacar gwe?" lirikan maut dari Ara sempat membuat berdebar jantung Nara.
"Apa loe serius dengan yang loe katakan pada gwe?" Nara masih belum percaya dengan apa yang di katakan oleh, Ara.
"Nara, gwe teramat sangat serius. Apa perlu gwe buktikan dengan tindakan?"
"Apa maksud ucapan loe?"
Ara menghentikan laju mobilnya.
"Untuk membuktikan rasa cinta gwe ke loe, gwe akan menabrakkan diri diantara kendaraan yang sedang lalu lalang itu."
Ara langsung keluar dari mobil dan berdiri di tengah-tengah jalan raya. Bunyi klakson dari kendaraan yang berlalu lalang sangat ramai.
Semua pengendara sangat marah dan kesal melihat Ara berdiri di tengah-tengah jalan raya merentangkan kedua tangannya.
Sementara Tara sempat melihat hal itu." Apa yang sedang Ara lakukan, apa dia sudah gila ingin bunuh diri? Hem gwe tahu, jika itu cara Ara untuk bisa meluluhkan hati Nara."
"Huh, pintar banget dech Ara! pasti Nara langsung percaya dengan taktik yang di lakukan oleh, Ara!"
Tara mengepalkan tinjunya karena kesal.
Sementara Nara langsung ikut keluar dari mobil Ara. Dia langsung menarik tangan Ara ke pinggir.
"Loe apa-apaan sih, mau mati!"
"Itu bukti buat loe, jika gwe serius cinta dan sayang sama loe. Sekarang tinggal bagaimana loe mau terima cinta gwe nggak?"
"Hem, iya gwe terima loe jadi pacar gwe. Sudah sekarang kita masuk ke dalam mobil, nggak enak dengan pengendara yang lain."
"Yes, akhirnya loe terperangkap juga dengan taktik gwe. Dengan begini gwe akan menang taruhan," batin Ara sumringah.
Sejak saat itu, Nara sah menjadi pacar Ara. Kemana-mana selalu berdua, bahkan mereka melupakan akan adanya, Tara.
"Kini persahabatan kami sudah tak seperti dulu lagi. Bahkan Nara juga tak percaya lagi dengan apa yang gwe katakan jika Ara hanya memanfaatkannya saja untuk bisa menang taruhan."
Tara merasa sedih dengan perubahan kedua sahabatnya.
"Itu dia, Nara. Kebetulan sedang sendiri, gwe akan mencoba menasehatinya lagi."
Tara menghampiri Nara yang kebetulan sedang duduk sendiri di bangkunya.
"Nara, tolong beri waktu untuk gwe sejenak."
"Waktu untuk apa? untuk loe mengatakan hal buruk lagi tentang Ara? kenapa loe jahat sekali sih, Tara! aku kira loe ini sahabat baik kita tetapi loe malah tukang hasut!"
"Nara, please. Gwe mengatakan yang sebenarnya, tolong percayalah dengan gwe kali ini saja. Jangan sampai loe kelak sakit hati karena, Ara."
"Tara, sudahlah! gwe tak ingin dengar lagi tentang bualan loe. Buktinya hubungan kami baik-baik saja."
Tara pun akhirnya menyerah, dia tak ingin lagi menyadarkan Nara jika Ara tidaklah tulus cinta padanya.
Sementara di balik hubungannya dengan, Nara. Ternyata Ara juga menjalin kasih dengan cewe lain.
"Sayang, kapan kamu putuskan hubunganmu dengan, Nara? katanya kamu tak serius dengannya hanya untuk taruhan? tetapi sampai saat ini kamu masih bertahan dengannya!"
"Ita sayang, aku kan belum ada satu bulan pacaran dengannya. Jika dalam waktu satu bulan aku bisa bertahan dengan, Nia. Aku pasti dapat dua kali uang jajan dari anggota gengs motorku."
"Kamu yang sabar ya, tinggal satu minggu lagi kok."
"Baiklah, sayang. Jika dalam waktu satu Minggu lagi kamu masih pacaran dengan, Nara. Aku yang akan mundur darimu."
Hingga satu minggu berikutnya, Ara menagih janji pada anggota gengs motornya tentang uang taruhan tersebut.
"Hay, semuanya. Mana nih duitnya, sudah jelas kan gwe berhasil menang taruhan?" Ara menengadahkan tangannya di hadapan ke lima temannya.
"Iya, bro. Kita-kita bakal kasih ke loe dua kali lipat, tapi setelah loe putusin Nara di depan kita. Loe berani nggak coba?"
"Hem, ok dech. Kalian pikir gwe takut?"
Ara melangkah pergi mencari keberadaan, Nara. Dan setelah menemukan, Nara. Dia mengajak Nara ke kantin dimana ada lima anggota gengs motornya.
"Ara, kenapa loe ajak gwe kemari?"
"Nara, sebelumya gwe minta maaf ya? sepertinya gwe nggak bisa melanjutkan hubungan gwe dengan loe."
"Memangnya gwe salah apa sama loe, Ara? masa kita pacaran baru sebulan sudah putus? katanya loe cinta mati sama gwe, selamanya bakal sama gwe? kok sekarang seperti ini?"
Nara memicingkan alisnya.
"Biasalah kalau cowo sedang usaha ya begitu, loe nya saja yang terlalu kepedean langsung saja terima gwe."
"Hhhaaa, makanya Nara...loe itu jangan terlalu pede, jangan terlalu sok cantik. Ara nggak level lah sama cewe seperti loe yang hanya anak pegawai staf biasa."
Tiba-tiba salah satu anggota gengs motor ikut berkata.
"Hhhaa, Nara-Nara. Loe polos amat sih, Ara cuma ingin menang taruhan saja. Loe keren, Ara. Ntar ajarin gwe ya, cara supaya bisa gaet cewe dengan mudah."
Ucap salah satu anggota gengs motornya lagi.
Nara merasa kesal, dia pum pergi begitu saja dari hadapan Ara.
"Sialan, ternyata selama ini gwe cuma di kadalin Ara! ternyata apa yang di katakan, Tara benar adanya."
"Tapi kenapa beberapa hari ini gwe tak melihat, Tara. Kemana dia ya, apa dia sakit?"
Nara kini baru menyadari akan kesalahannya yang tak mau mendengarkan nasehat dari, Tara.
Nara mencoba menelpon Tara untuk meminta maaf, tetapi nomor ponsel Tara tak aktif.
"Jika seperti ini, terpaksa gwe harus ke rumahnya langsung untuk meminta maaf.'
Sementara saat ini Ara sedang senang karena menang taruhan, dia mendapatkan uang yang lumayan banyak. Dia sama sekali tak menyadari akan kesalahannya pada, Nara.
†**********†**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Eka elisa
ko kmu jadi ksar gitu ara... mnding jujur aj.... itu cumn omongan receh pa kek mna... gtu... kn ksian nara.. udh bneran ma kmu... eh kmu nya mlhn.... prmainkn prasaan nya.. nara lagi...
2023-08-05
2
uutarum
bkn ga menyadari kesalahan. tp itu ga peduli
2022-12-14
2