"Kalau begitu, buka bajumu," titah Dokter tampan bernama lengkap Calvin Adis. Cleona membulatkan matanya sempurna. Sang dokter pun mengulum senyum.
"Saya bercanda. Tidak lucu, ya?" tanyanya menggoda tapi dengan ekspresi datar. Cleona mengerjabkan mata berkali-kali, bingung harus merespon seperti apa. Dokter Calvin mungkin ingin melawak, tapi lawakan itu sangat tidak cocok dengan wajah antagonisnya.
"Mari ikut saya," meski ragu, tapi cleona tetap patuh.
Cleona heran karena sang dokter tampan membawanya ke ruangan di sebelah.
"Ada apa, Calvin?" tanya seorang Dokter perempuan paruh baya.
"Ada pasien," jawabnya singkat.
"Kau ini," dokter paruh baya itu menggelengkan kepala karena jika pasien tidak nyaman, maka Calvin akan menyerahkan padanya.
"Ini terakhir," tekan dokter paruh baya itu.
"Setelah diperiksa serahkan padaku," jawabnya langsung pergi meninggalkan Cleona.
"Duduklah dulu, Nak." Dari jauh sang dokter meminta Cleona duduk, Cleona pun segera duduk.
Dokter mendekat pada Cleona yang mulai merasa tidak nyaman, karena cairan yang merembes di dadanya semakin banyak.
"Baiklah, apa keluhannya?"
"Sebelum diperiksa, bolehkan saya bertanya berapa besar biayanya, Dokter? Saya hanya takut uang yang saya punya tidak cukup," tanya Cleona pada Dokter.
Bibir sang Dokter yang mulai keriput langsung melengkung membentuk senyuman yang tampak begitu tulus.
Dokter menatap penampilan unik gadis bernama lengkap Cleona Chaves yang mengenakan tas di depan dadanya. Dokter meraih jemari Cleona lalu berkata, "Soal biaya tidak perlu pikirkan. Sekarang katakan apa keluhanmu?" Ceona senang dan merasa beruntung karena bertemu dengan dokter yang baik.
Sama baiknya dengan Dokter pria yang sebelumnya ia temui lebih dulu. Tanpa sadar buliran bening meluncur dari salah satu sudut mata Cleona, ia terlalu bahagia karena hari ini adalah hari keberuntungannya. Cleona langsung menyeka air mata, kemudian melepaskan tas yang menggantung di dadanya.
Dokter cukup kaget kala melihat dua gundukan Cleona yang berukuran cukup besar dibandingkan dengan gadis SMA seumurnya. Tak hanya ukuran yang membuat Dokter kaget, tapi juga baju bagian depan yang basah di satu tempat yang sama.
Melihat Cleona yang langsung menundukkan wajahnya, Dokter pun merasa tak enak hati. Tak seharusnya ia membuat pasiennya merasa tidak nyaman dengan tatapannya yang seakan baru melihat keanehan itu.
Dokter memang sering mendapati pasiennya dengan dada berukuran besar. Namun, Tubuh Cleona yang agak kurus membuatnya cukup kaget dan tak percaya. Apalagi Cleona masih mengenakan seragam SMA.
"Maaf, bukan maksud saya—"
Cleona langsung mengangkat wajahnya cepat, "Tidak apa-apa, Dokter. Saya sudah terbiasa dengan tatapan itu," ucapan Cleona membuat Dokter merasa semakin bersalah.
"Aduh, Nak. Saya benar-benar merasa tidak enak."
"Saya baik-baik saja, Dokter," balas Cleona.
Dokter ingin bertanya banyak hal yang membuatnya penasaran. Namun, sebagai Dokter, ia memilih menunggu Cleona sendiri yang menjelaskan karena pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya, semua bersifat terlalu pribadi. Dokter tak ingin membuat pasiennya merasa tidak nyaman.
"Katakan saja apa keluhanmu, anggap saya adalah ibumu," tutur Dokter seramah mungkin, membuat Cleona merasa sedikit nyaman.
"Se-seperti yang Dokter lihat. Dada saya sering bengkak dan mengeluarkan banyak ASI. Menurut Dokter, saya kenapa, ya? Kalau ini adalah penyakit seperti yang orang-orang katakan, apakah saya bisa disembuhkan?" tanya Cleona dengan kedua pipi yang memerah karena malu sekaligus takut.
Mengatakan keluhannya kepada Dokter yang sesama perempuan saja Cleona malu, apalagi bila ia mengatakan dan diperiksa langsung oleh dokter pria sebelumnya. Tak mampu Cleona bayangkan seperti apa malunya.
"Apa kamu pernah melahirkan?" tanya Dokter lembut dan berhati-hati, Cleona langsung menggelengkan kepala cepat.
"Saya seorang siswi kelas 2 SMA, Dokter. Dan saya tidak pernah melahirkan," terang Leona begitu tegas.
"Baiklah, kalau begitu apa kamu ingat kapan pertama kali ASI-mu keluar?" tanya Dokter lagi.
"Sejak menstruasi pertama sebulan lalu, Dokter," jawab Cleona jujur.
"Untuk pemeriksaan awal, saya perlu cairan ASI-nya untuk diperiksa," terang Dokter sambil mengulurkan sebuah tabung kecil seukuran telunjuk.
"Baik, Dokter," Cleona yang paham langsung menerima tabung yang Dokter ulurkan padanya.
"Toiletnya di sebelah sana," tunjuk Dokter dan Cleona langsung masuk ke dalam toilet. Tak lama berselang, Cleona keluar dengan tabung kecil yang sudah penuh dengan cairan ASI-nya.
Dokter memberikan tabung itu kepada suster karena akan dibawa ke laboratorium untuk diteliti kandungannya. "Mari ikut saya," ajak Dokter, Cleona mengekor di belakang sang dokter dan dituntun seorang suster lainnya.
Tiba di ruangan lainnya, Cleona diperiksa melalui USG. Cleona menghela napas lega ketika Dokter mengatakan bahwa kedua gundukannya baik-baik saja. Dugaannya tentang tumor dan kanker adalah kesalahan besar.
Setelah melewati beberapa pemeriksaan, Cleona kembali duduk di kursi semula. "Bagaimana, Dokter? Apa benar tidak ada masalah yang serius?" tanya Cleona.
"Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, tidak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan. Kedua gundukanmu normal," terang Dokter seraya menerima uluran dokumen dari suster yang membantunya bertugas.
"Lalu, kenapa payu dara saya membengkak setiap pagi dan terus mengeluarkan asi?"
"Berdasarkan hasil laboratorium, kamu memiliki sebuah kelainan yaitu ....
.
.
.
Cleona Chaves
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Dyah Oktina
waduh.... iya. cantik... anugrah yg Allah beri bener2 Masya Allah. .. emang buahnya besarnya tak umum... kasihan .. yg sabar ya cleona
2024-02-26
0
Fitria Suhandika
cantik nya,paket lengkap dech...
2023-02-25
0
Nana Velestari
bs aj dpt fotonya tor
2023-02-24
0