Episode 4: HARI TERAKHIR

 

 

FLY WITH ME

BAB 4

HARI TERAKHIR

***

***

 

Raya berbohong kalau ia tak mengingat apa saja yang Daren ucapkan hari ini. Laki-laki itu, sukses memporak-porandakan hatinya. Perempuan itu terlalu terjebak dengan rasa nyaman yang laki-laki itu buat.

Sampai ia tidak sadar, bahwa Daren baru saja menjatuhkan hatinya yang awalnya mengawang-awang. Dia masuk ke jurang, jatuh dan tak tertolong.

Berat hati, Raya berusaha menyemangati dirinya. Tidak apa-apa, ujarnya dalam hati. Lagi pula, jadi konsekuensi Raya yang memiliki perasaan sepihak dengan Daren. Laki-laki itu mana tahu.

Masih uring-uringan di atas kasurnya, Raya dilanda kegundahan yang rumit. Daren baru saja memiliki sebuah hubungan dengan seseorang. Dan Raya sendiri kali ini memiliki perasaan dengan laki-laki itu.

Apa pantas kalau ia mengungkapkan perasaanya?

Dan, apa Daren tidak akan marah kalau ia bicara soal perasaannya?

Raya benar-benar gundah.

Pintu diketuk membuat Raya mengalihkan perhatiannya yang semula memandang langit-langit menjadi ke arah pintu kamarnya. Disana, Mamanya sudah berdiri dan meminta izin untuk masuk ke dalam.

“Tumben nggak belajar,” Raya hanya diam saja, tidak berniat menjawab pertanyaan tersebut. “Besok Mama akan urus soal kepindahan kamu,” anak pertama Gina itu hanya menatap dengan pasrah. Tidak berani untuk menolak.

“Maaf Mama belum bisa biayain kamu,” perasaan Raya terenyuh. Baru kali ini ia melihat Mamanya sepasrah ini. Sebelumnya, Mamanya bahkan akan mencoba mencari banyak pinjaman untuk sekedar makan.

“Nggak apa-apa, Ma. Aku kan bakalan tetap bisa sekolah kalau di kampung,” jawab Raya. Dia sebisa mungkin tidak membuat Mamanya khawatir.

***

Raya POV

 

Aku memasuki kelas seperti biasa, tadi pagi Mama sudah bertemu dengan guru yang mengurus kepindahanku. Aku juga baru saja bertemu Bu Yola-wali kelasku, meminta maaf dengan Mamaku juga.

Rasanya berat meninggalkan sekolah yang sudah membuatku nyaman. Dan yang paling berat adalah meninggalkan Daren, aku sangat kesulitan.

 Aku mengedarkan pandanganku, mencari keberadaan Daren, ia tidak ada dikelas. Aku bertanya kepada salah satu teman sekelasku. Ia bilang Daren ada di kantin, segera aku menyusul Daren, karena ini sangat penting, bagiku.

Belum sampai ke kantin, aku menemukan Daren yang tengah mengobrol dengan temannya yang lain. Aku menarik tangannya, membawanya ke gedung olahraga yang tak jauh dari sana. Gedung olahraga ini biasanya terpakai, tetapi karena sedang istirahat, biasanya jarang yang datang kesini.

"Lo baru dateng lagi? Telat atau gimana?" tanya Daren ketika tangannya masih aku tarik menuju gedung yang mulai terlihat tanda tak jauh.

"Gue mau ngomong sesuatu." banyak pertanyaan yang Daren tanyakan selama kami berjalan menuju gedung olahraga, tapi tidak aku dengarkan.

Sampai di gedung olahraga, dengan takut aku masuk ke dalam. Khawatir akan ada orang yang masih di dalam. Untung saja, di dalam tidak ada orang.

Aku masuk ke dalam diikuti Daren. Aku tidak masuk terlalu jauh, hanya di dekat pintu. Kemudian aku diam, menunggu Daren yang berjalan ogah-ogahan.

Daren berhenti dihadapanku, "mau ngomongin apa?"

Pertanyaan dari Daren tadi membuatku terdiam. Mendadak aku lupa ingin membicarakan apa. Aku meremas tanganku, aku gugup. "Gue khawatir lo bakal marah dengar apa yang mau gue bilang."

 Daren yang sudah sangat penasaran malah tambah kesal mendengar ucapan Raya, "Tinggal bilang, lo mau ngomong apa?"

"Daren, gue suka sama lo." ucapan itu keluar mulus dari bibir Raya, "Gue tau ini salah, tapi gue ingin lo sekedar tau."

"Lo serius?" tanya Daren yang masih tak percaya dengan apa yang Raya ucapkan. "Lo kan tau, gua gak suka sama cewek yang segampang itu ungkapin perasaanya."

Hati Raya meringis, ia sudah tau kalau akan berakhir seperti ini. "Gue tau."

"Walaupun lo sahabat gua, tetap aja Ra." Daren menatap Raya yang menunduk karena malu. "Gua nggak nyangka sama lo."

Hanya empat kata, namun itu sudah mampu merobohkan dinding pertahanan yang sudah Raya bangun sejak tadi pagi. Perasaannya terluka, ia marah. Matanya memancarkan kesedikan. Namun Raya tidak mampu mengangkat wajahnya. Daren tidak peduli, ia meninggalkan Raya sendirian dan setelah perginya Daren, tangis Raya mulai pecah. Sekerang mungkin Raya berusaha agar tidak mengeluarkan suara.

***

 

Bukannya pergi ke kelas, Daren malah membolos lagi saat mata pelajaran Bu Yola. Dipikirannya, ia sudah bodo amat. Ia sangat kesal mendengar penjelasan Raya yang menurutnya bodoh. Perempuan itu suka dengannya, sangat terdengar bodoh.

Padahal, keduanya sudah dua tahun ini bersahabat. Namun Daren masih tidak terima jika Raya menyukainya. Ia tak suka wanita yang mengungkapkan perasaanya kepada si orang yang dia suka. Ia malah membenci perempuan itu. Daren yang pusing melipat tangannya dan membiarkan kepalanya menyandar disana. Ia sekarang tengah duduk di salah satu kantin kantin, sebenarnya ini alasannya tidak mau bertemu Raya.

Satu jam sudah Daren hanya duduk-duduk di kantin. Tak lama, suara bel berbunyi. Daren bangun dari duduknya dan berjalan menuju kelasnya. Biasanya Bu Yola sudah keluar jika bel sudah berbunyi. Sampai di depan kelas, Daren memasuki kelasnya dan tidak menemukan Raya atau tasnya. Ia berusaha tidak peduli.

"Daren, lo tau gak Raya pindah kemana?" tanya Rico, teman sekelasnya.

"Apaan sih, dia paling ke Bu Yola. Dia gak mungkin pindah, Co." Daren mengambil tasnya dan memakainya.

"Lha, terus dia tadi ngapain nangis di depan kelas. Dia bilang dia pamitan, bro." Daren berusaha keras mencerna ucapan Rico yang masih tinggal di kelas, biasanya ia ada latihan futsal setelah pulang sekolah.

"Pamitan? Kapan?"

"Pas mata pelajaran Bu Yola, gua pikir lo tau."

"Dia sekarang dimana?" tanya Daren.

"Gak tahu, dia kayaknya udah pulang deh." ucap Rico, dengan segera Daren mengambil kunci motornya dan berlari kencang menuju parkiran. Ia melajukan motornya menuju kediaman sederhana milik Raya.

Saat sampai di depan rumah Raya, Daren tetap melihat semuanya biasa. Tak ada yang berubah, ia turun dari sana dan mengintip. Semua barang milik Raya masih ada disana. Mereka belum pindah. Daren membuka ponselnya, ia membuka roomchat Raya. Lalu ia mengirimkan pesan kepada gadis itu.

Lo dimana?

Raya?

Bales

Jangan bercanda!

Lo harus jelasin semuanya.

Ayo online.

Ra?

Ini gak lucu!

Daren frustasi, ia sudah menunggu di depan rumah ini lebih dari tiga jam. Namun tak ada tanda-tanda Raya akan pulang. Gadis itu pergi. Rayanya sudah pergi, tanpa kata-kata perpisahan. Daren melihat dirinya sangat menyedihkan, ia bangun dan menaiki motornya.

Sebelum ia pergi, disempatkannya Daren melihat kediaman Raya terakhir kali untuk hari ini. Besok ia akan datang lagi, lusa lagi, jika bisa setiap hari. Ia harus mencari Raya, meminta penjelasan perempuan itu. Motornya ia nyalakan dan tak lama motor itu sudah ia jalankan meninggalkan kediaman penuh kenangan itu.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!