FLY WITH ME
BAB 1
O U R F I R S T M E E T
***
Jika aku boleh meminta, aku cuma mau kamu. Tidak lebih.
***
Ini masih hari ketiga masuk sekolah di tahun ajar yang kedua. Tetapi, Daren sudah membuat rekor terlambat, lagi. Ini sudah yang ketiga kalinya dalam seminggu. Benar-benar anak nakal!
Langkah kali Daren melambat saat di depannya terlihat sebuah tulisan kecil bertuliskan 11 IPA 1. Itu ruang kelasnya yang baru. Dari luar, kelas itu terdengar tenang. Dan tanpa pikir panjang, Daren memasuki ruang kelas tanpa membaca situasi.
“Telat lagi, Daren.” Tegur seorang perempuan yang tengah berdiri di tengah kelasnya yang tidak sendiri. Daren melihat perempuan lain yang berseragam sama dengannya, tetapi bukan Bu Yola. “Ini sudah minggu ketiga, ya”
Yang ditegur hanya menyengir, padahal dia di amati oleh seluruh penghuni kelas ditambah Bu Yola dan anak yang wajahnya asing itu. “Ban bocor, Bu” alasan yang Daren buat.
Dengan berani, Daren melihat perempuan yang rambutnya dikurcir satu. Perempuan itu melempar tatapan yang tidak bisa Daren artikan.
Perempuan itu memiliki tinggi sekitar seratus enam puluh tiga sentimeter. Kulitnya putih dengan wajah yang lumayan unik. Tipe perempuan cantik yang lumayan berbeda. Wajahnya tidak pasaran.
Bibirnya yang tipis itu melempar senyumnya kepada Daren yang masih memuji perempuan yang tengah berdiri sebelahnya itu. Daren tidak berkutik saat perempuan itu tersenyum. Dia terlalu cantik.
“Kemarin kamu bilang itu juga ke guru piket, Daren.” Bu Yola mengingatkan. Daren sontak tersadar ketika Bu Yola kembali berbicara.
Kalau sudah begini, Bu Yola biasanya jarang memberi ampun. Bisa gawat kalau Bu Yola memanggil Mamanya kalau semua ini berlanjut. “Maaf, Bu”
“Besok jangan diulangi lagi, ya?” Daren hanya mengangguk mempercepat masalahnya agar tak dibawa ke meja guru BK. “Ya sudah, kamu cepat duduk di tempat kamu,”
Karena takut membuat Bu Yola menjadi lebih marah, yang sebenarnya tidak sedikitpun Daren takuti. Ia akhirnya berjalan mendekati kursinya yang memang ada di barisan pertama.
“Raya, silahkan kamu memperkenalkan diri,” lanjut Bu Yola.
“Perkenalkan, nama saya Araya Caitlin. Biasa dipanggil Raya. Saya pindah dari sekolah SMA Insan Garuda,” beberapa orang tertarik memperhatikan ketika Raya memperkenalkan diri. Rata-rata laki-laki, sisanya hanya menyauti seadanya. “Semoga kita semua bisa berteman,”
“Ibu rasa, kalian sudah cukup untuk mengenal. Jadi Raya, kamu bisa duduk di tempatnya Daren, ya.” Ucap Bu Yola yang menunjuk meja Daren yang memang tersedia satu kursi.
“Baik, Bu” tanpa menunggu lagi, Raya berjalan menuju sebuah meja yang tak jauh karena berada di barisan depan. “Boleh duduk disini?” sebenarnya itu cuma basa-basi.
Tanpa menunggu persetujuan Daren, Raya sudah duduk disana sembari mengeluarkan sebuah buku kosong untuk pelajaran yang akan ia pelajari kali ini.
“Oh iya, Daren.” Yang dipanggil langsung mengangkat wajahnya melihat Bu Yola. “Kamu harus belajar banyak sama Raya, ya”
Diingatkan seperti itu, Daren tentunya tidak diam saja. Iya menjawabnya dengan patuh. “Baik, bu”
***
Langit sudah semakin mendung, tanda-tanda hujan akan turun. Di tambah jam tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya pulang untuknya. Namun, harapannya untuk pulang itu harus ia tahan.
Saat ini, tidak ada seorang pun tukang ojek yang mangkal di depan sekolahnya, mungkin karena sebentar lagi akan hujan. Raya tak tahu menau tentang hal itu. Di pikirannya, ia hanya berpikir bagaimana caranya agar cepat sampai ke rumah.
“Neng, gak pulang?” tanya seorang bapak yang umurnya sama sekitak lima puluhan, Raya mengenal bapak itu, ia seorang penjaga sekolah.
“Belum, Pak. Gak ada tukang ojek." Ucap Raya yang masih duduk di sebuah kursi yang berada di pos satpam.
“Kalau udah sore, mamang ojeknya sudah pada balik neng. Emangnya neng ada apa kok pulangnya sore banget?” sambil menikmati kopi hitam yang aromanya tercium, Bapak satpam itu menemari Raya yang masih menunggu ojek, harapnya.
“Saya habis ada kumpulan, pak. Saya kira tukang ojeknya bakalan ada sampai malam.” Raya mendongakkan kepalanya, langit semakin gelap karena akan hujan.
“Neng, saya ke dalem sekolah dulu ya. Hati-hati neng nanti pulangnya.” Bapak yang belum Raya kenal itu pergi meninggalkannya, ia masuk ke dalam sekolah yang semakin gelap. Sepertinya bapak itu akan mengecek keadaan sekolah, entahlah Raya tak mau tau.
Dari jauh Raya mendengar suara motor seseorang, entah tidak tahu siapa. Sejenak Raya berpikir, tadi hanya Raya dan teman-temannya yang terakhir ada disekolah. Lalu itu motor siapa?
Suara motor itu semakin keras masuk ke telinganya, menyeruak layaknya harapan. Siapapun pemiliknya, Raya tidak peduli. Muncul sosok yang membuat Raya penasaran dalam beberapa saat. Laki-laki itu, yang tidak Raya kenali, dia membawa motor besarnya yang berisik itu.
Gerimis turun, Raya dapat mencium bau tanah yang terkena air hujan. Rasanya menenangkan, sesaat ia lupa dengan masalahnya. Perasaan Raya tak karuan, sesekali ia melirik awan yang tak berubah warna.
Raya tidak bisa pulang.
Di motornya masih ada pria itu yang akan melewati pos satpam, Raya segera bangkit dan berlari memasuki hujan yang semakin deras. Tangannya ia bentangkan, pria yang Raya tak ketahui itu harapannya. Saking takutnya, Raya menutup matanya dan menunduk, intinya hari ini Raya harus pulang!
Nyiiiiittt
Decitan rem itu ikut memberhentikan motor yang dikendarai oleh orang asing tersebut. Setelah memberanikan diri untuk membuka mata, Raya akhirnya tau siapa pemilik motor itu. Helm full face yang awalnya digunakan, sekarang sudah dilepaskan dan membuat kepala pria itu basah terkena hujan.
“Daren?” pria itu ternyata teman sebangkunya.
“Bodoh, lo nyari mati?” sarkas Daren.
“Kok lo gak balik?” tanya Raya yang sekarang melangkah mendekatkan dirinya hingga berada tepat di sebelah cowok itu.
“Lo sendiri?” tanya Daren balik, tanpa menjawab.
“Gue mau balik, tapi gak ada ojek.” Ucap Raya bicara jujur.
“Terus lo hadang gua kayak gitu buat numpang?” tanya sinis Daren to the point.
Raya mengangguk semangat, “boleh kan?”
“Gak.” Daren memakai kembali helmnya.
Raya berjalan mendekati laki-laki itu lalu memegang kedua bahu Daren, “tahan ya.”
Tubuh Raya menaiki motor Daren dengan pelan, “lo ngapain?”
“Udah sore, kita pulang yuk.”
“Turun.” Titah Daren yang tidak Raya dengarkan.
“Gak boleh biarin cewe pulang malem sendirian, Daren. Ayo anterin gue ke pangkalan ojek.” Tepuk Raya di bahu Daren.
“Dasar cewek gila.” Daren menyalakan motornya dan mulai menjalankannya keluar dari sekolahnya, SMA Citra Harapan.
Yang Raya tahu, sekitar dua ratus meter dari sekolah masih ada tukang ojek yang masih mangkat saat disekolah. Jadi, ia berencana untuk turun disana.
“Daren, dua ratus meter lagi ada tukang ojek. Tolong berhenti disana, ya” pinta Raya.
“Iya,” ucapnya. Laki-laki itu masih terus berkendara sampai tiba-tiba Raya berbicara untuk melambat.
“Pelan-pelan, itu ada di depan,” Raya memperingati. “Yah, nggak ada tukang ojek yang mangkal.” Ucap Raya.
Daren memutar bola matanya, kali ini ia yang mau tak mau harus mengantar perempuan ini. “Rumah lo dimana? Gua yang antar,”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Gya Nozomii Reshii
yah kog uda nikah sih daren
2019-11-20
0
RaFfisqi
thorr.br sampai sni kok mata qu perih y..ssek gtu😢😢😢
2019-11-08
0
RoseDAMN_
chelsea apa rachel? atau ada org lg slain merka berempt thor?
2019-10-13
0