"Tolong aku, ini benar-benar tidak nyaman." Larei terus bergerak dengan gelisah dan meracau di atas ranjang.
Seluruh tubuhnya benar-benar tidak nyaman, dia tidak dapat mengendalikan dirinya, antara sadar dan tidak, itulah yang saat ini dia rasakan.
Sementara itu di samping ranjang, pria yang tidak lain adalah Sakya itu tersenyum miring, mendengar wanita yang dia anggap incarannya itu sudah mulai bereaksi.
Secara perlahan, Sakya bergerak menaiki ranjang, dia menyentuh wajah wanita, yang hanya disoroti oleh sedikit cahaya dari satu lampu tidur yang temaram itu dengan lembut.
"Apa kamu butuh bantuan Babe," bisik Sakya dengan sengaja, sambil meniup telinga Larei, hingga membuat seluruh tubuh wanita itu kian meremang.
"Ssshhh, to–tolong aku," racau Larei, dengan mata yang terpejam kuat.
"Memohonlah Babe, aku sangat suka pada wanita yang memohon," bisik Sakya lagi dengan tangan yang sudah tidak tinggal diam.
"A–aku mohon, aku sudah tidak tahan," racau wanita yang kini sudah kehilangan akal sehatnya, akibat rasa asing yang memenuhi setiap jengkal tubuhnya itu.
Melemahkan setiap sendi tubuhnya, membuat dia ingin merasakan hal yang tidak pernah ingin dia rasakan sebelumnya.
"Sesuai permintaanmu Babe,"
Sakya langsung melahap bibir Larei dengan kasar, dia pun sudah tidak sabar untuk menyergap wanita itu, karena racauan wanita itu yang terdengar merdu di telinganya.
Di tengah-tengah pertarungan itu, tangannya terus bekerja, melepaskan satu per satu, kain yang melekat di tubuh mereka, hingga kini mereka sama-sama polos.
Bagaimana dia melakukan hal itu dengan lancar, di tengah-tengah ruangan yang tidak memiliki cukup penerangan itu, tentu saja hal itu adalah hal biasa untuknya.
Racauan dan suara manja yang keluar dari bibir Larei, membuatnya kian bersemangat terus memainkan benda-benda keramat wanita itu, dia benar-benar menyukai setiap sudut benda keramat milik wanita dalam kungkungannya itu.
"Kita akan langsung ke intinya Babe," bisik Sakya dengan di bawah sana berusaha melakukan tugasnya.
Dia sudah tidak dapat menahannya lagi, sesuatu sudah mendesaknya, minta untuk dipuaskan.
"Akkkhh, sakit berhenti!" jerit Larei saat merasa ada yang memaksa masuk pada tubuhnya.
"Your v*rgin," ucap Sakya tidak memedulikan jeritan dari wanita di bawahnya, dia benar-benar tidak bisa menghentikan kegiatannya itu.
"Berhenti!" jerit Larei lagi sambil menangis, dia benar-benar tidak tahan dengan rasa sakit itu.
"Sorry Babe, aku tidak bisa menghentikan apa yang sudah aku mulai, di tengah jalan seperti ini."
Larei tidak berbicara lagi, hanya terdengar isakan lirih saat Sakya tengah menikmati kegiatannya itu.
Sakya sesekali membungkam bibir Larei yang terus meracau, memarahinya juga terisak, hingga wanita itu akhirnya diam.
Setelah mencapai kepuasan untuk yang ke tiga kalinya, Sakya akhirnya menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Larei yang sudah tertidur, entah sejak kapan.
Napas pria itu tersenggal, tapi bibirnya tersenyum dengan senang, karena ini merupakan pengalaman pertamanya, melakukan hubungan itu dengan seorang wanita yang belum tersentuh.
Ya, meskipun dia seorang casanova, tapi dari dulu dia tidak pernah melakukan hal itu dengan wanita yang masih virg*n karena baginya, itu takut merepotkan.
"Tank's karena kamu sudah memberikan aku pengalaman yang menyenangkan Babe," gumam Sakya sambil mencium bibir Larei.
Sementara Larei langsung tertidur, karena efek dari obat yang diberikannya itu, juha kondisi tubuhnya yang lelah.
Setelah itu, dia pun menggulingkan tubuhnya ke samping Larei, dia langsung memakai selimut untuk menutupi tubuh mereka dan langsung pergi ke alam mimpi.
Energinya sudah terkuras habis akibat aktivitas panas namun menyenangkan itu, dia tertidur dengan nyenyak, tidak memikirkan jika ada yang dia lupakan dengan kejadian itu.
Dia melupakan memakai alat yang biasanya dia pakai untuk berhubungan, dia sebelumnya tidak pernah melupakan hal itu, karena dia tidak ingin wanita yang pernah tidur dengannya, tiba-tiba menuntut dia untuk bertanggung jawab karena hamil.
Dia biasanya selalu waspada, karena tidak ingin menitipkan benih berharganya pada sembarangan tempat, tapi hari ini dia benar-benar melupakan hal sepenting itu.
...******...
Sinar mentari, perlahan mulai merobos ke dalam kamar, melalui celah-celah gorden berwana silver. Namun, sinar yang menyelinap itu tidak dapat mengusik kedua sejoli yang baru saja menghabiskan malam panas itu.
Kedua orang yang berbeda gender itu, masih anteng dengan mimpi masing-masing. Hingga suara dering ponsel yang berasal dari ponsel si pria mengusik ketenangan si empunya, dari indahnya mimpi.
"Siapa sih ganggu aja pagi-pagi gini," gerutu Sakya yang mau tak mau, dia pun bangun lalu mendudukkan dirinya, pria itu mencari di mana letak benda yang mengganggunya itu.
Dia kemudian melihat celananya dan langsung turun dari ranjang dengan tubuh polosnya, mengambil celana itu, lalu membawanya masuk ke kamar mandi.
"Dasar peganggu," decak Sakya saat melihat nama sahabatnya Isam yang tertera di layar ponselnya itu.
Dia baru akan mengangkat panggilan itu, tapi panggilan itu keburu terhenti, alhasil dia pun menyimpan ponselnya itu di atas celana yang dia simpan di samping wastafel.
Pria itu mencuci wajahnya, lalu menggosok giginya, tak lama kemudian, ponselnya kembali berbunyi, membuat dia segera mengangkat panggilan itu.
"Apa!" ketus Sakya yang masih menggosok giginya.
Dia menyimpan ponselnya di wastafel, dapat dia lihat wajah tengil sahabatnya itu dari layar ponselnya.
"Gimana semalam lancar kan? Tapi kalau dilihat dari wajahmu, kayaknya lancar dong," seloroh Isam dengan kekehannya.
"Tidak pernah ada kegagalan dalam kamusku, ingat itu." Sakya memutar matanya malas.
"Ya, ya. Kamu memang selalu menjadi panutanku," sahut Isam dengan bangga.
Sakya, mengambil jubah mandi yang selalu tersedia di sana, lalu mengenakannya.
"Kamu belum pulang?" tanya Sakya karena melihat Isam masih berada di ranjang kamar hotel miliknya itu.
"Belum, nungguin dulu si alim," sahut Isam.
"Dia nginep juga?" tanya Sakya.
"Iya, katanya semalam males pulang, tuh dia anaknya udah nongol. Kamu pulang bareng apa nanti aja?" tanya Isam.
"Aku nanti aja, belum siap-siap."
"Baiklah, kalau gitu kita pulang duluan ya," sahut Isam.
"Ya udah." Sakya akan mematikan sambungan teleponnya itu.
"Tunggu Sak, semalam wanita incaran kamu itu langsung pergi dari kamar ya?" tanya Isam yang terlihat tengah berjalan, di lorong hotel.
"Tidak, dia langsung tidur bahkan sebelum aku selesai," sahut Sakya dengan heran karena melihat melihat Isam seperti tengah melihat sesuatu.
"Lah, terus itu yang ada di depan kita siapa?" tanya Isam dengan suara yang sudah lebih pelan dari sebelumnya.
"Mungkin itu orang lain, wanita itu masih asyik dengan mimpinya di ranjangku," sahut Sakya dengan santai.
Sambil sesekali melirik ke arah ranjang melalui pintu kamar mandi yang terbuka, wanita yang memberikannya kenikmatan semalam masih berada di ranjang dengan posisi membelakanginya.
Memikirkan tentang apa yang terjadi semalam, dia kembali tersenyum, seandainya bisa, ingin rasanya dia mereguk kenikmatan itu lagi.
"Kamu lihat sendiri deh."
Sakya tersadar dari angannya, lalu melihat ke layar benda pipih yang masih di genggamannya itu, tak lama kemudian matanya membola saat melihat apa yang ada di sana.
Seorang wanita yang terlihat dari belakang, mengenakan gaun yang sama dengan wanita yang berada di atas ranjangnya itu.
Wanita itu tampak tengah berjalan sambil terlihat sesekali tersenyum dan melihat ke arah wanita di sampingnya.
Meskipun hanya melihat dari samping, tapi dia yakin jika wanita itulah, orang yang sebenarnya menjadi incarannya semalam.
"Sak, kamu tidak salah nidurin orang 'kan?" tanya Isam memastikan.
Dia berbicara masih dengan suara pelannya, karena posisinya dekat dengan wanita yang menjadi incaran Sakya sebelumnya.
"Di mana wanita itu?" tanya Sakya masih mencerna apa yang terjadi itu.
"Di lantai tempat aku sama Gamya tidur, tadi kita lihat dia baru keluar dari kamar yang tidak jauh dari kamar kita bareng temannya," sahut Isam membuat Sakya mematung di tempatnya.
"Jika itu dia, terus wanita yang saat ini masih di ranjangku siapa," gumam Sakya tanpa mengalihkan pandangan dari punggung putih yang terekspos itu.
"Kamu periksa langsung aja, ya udah kalau gitu. Kita tunggu kamu di lobby aja ya," ucap Isam yang langsung mematikan panggilan video itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Anonymous
Nyimak thor
2022-10-02
0
Cicih Sophiana
nyimak thor...
2022-10-01
1
Ibu Wawa
lanjut Thor, jadi penasaran ni
2022-10-01
2