SETELAH mengemudi kurang lebih satu jam, mobil itu masuk ke dalam halaman rumah.
Bara segera keluar dan bergegas masuk ke rumah menuju dapur. Dia menemukan Minah sedang memasak.
Dengan sengaja Bara mengeluarkan suara batuk agar Minah sadar dengan keberadaannya.
Betul saja, Minah langsung menoleh ketika mendengar suara itu. "Eh Bara? Ada apa yah?"
Bara hanya menggeleng dan tanpa sepatah kata pun dia pergi dari dapur menuju ke bangunan belakang.
Bara memerhatikan pintu bangunan yang begitu tertutup hingga tak dapat melihat apapun dari luar. Dia berdecak kesal.
"Sebenarnya ada apa ini?"
Bara menoleh terkejut ketika mendengar suara seseorang dari belakang. Agar tidak mencurigakan, dia tersenyum dengan ramah.
"Kenapa tiba-tiba ke sini? Kalau perlu sesuatu, tinggal bilang saja sama saya."
Bara semakin memperlebar senyumnya. "Tidak. Saya hanya mencari Rachel. Ada sesuatu yang ingin saya berikan padanya."
Minah mengangguk pelan dan menunjuk ke arah satu-satunya bangunan di belakang. "Oh begitu, Rachel ada di dalam kamarnya."
Bara dengan cepat berjalan menuju pintu bangunan itu, namun Minah mencegahnya. "Anda tidak boleh masuk. Biarkan Rachel istirahat, seluruh badannya sakit. Tolong Anda bisa mengerti."
Bara mengangguk tersenyum, yang jelas dia telah mengetahui keberadaan Rachel.
"Kalau begitu, biar saya saja yang berikan sesuatu yang Anda bilang. Supaya—"
"Tidak, terimakasih Minah. Tapi biar saya yang memberikannya langsung," potong Bara lalu meninggalkan Minah yang memasang raut wajah kebingungan.
Bara sudah berada di dalam kamar, dia bersiap-siap menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Malam ini Bara harus menemui Rachel dan memastikan bahwa gadis tersebut telah mengandung keturunannya.
Pokoknya Bara ingin memiliki anak dari darah dagingnya, bukan dari hasil adopsi. Kalau istrinya tidak bisa memenuhi hal itu, memang lebih baik dia menitipkan benih kepada ponakan kecilnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saat malam tiba, Bara memperbaiki penampilannya agar terlihat sempurna. Dia bahkan sempat mencukur rambutnya dengan model baru dan tidak lupa dengan wewangian.
TOK! TOK!
Bara menoleh saat pintu diketuk oleh seseorang. Dia pun berjalan membukanya.
Agne sudah berdiri di depan pintu dengan senyumnya yang manis. Apalagi saat melihat penampilan suaminya yang begitu gagah dan mencium aroma tubuhnya yang sangat wangi.
"Yuk turun Mas, Bu Ariani sudah menunggu di bawah."
Bara terkejut, dia baru menyadari tentang pertemuan itu. Istrinya pasti berpikir macam-macam setelah melihat penampilannya yang sangat rapi.
Dengan terpaksa, Bara menuruti perkataan Agne. Mereka berdua pun turun bersama ke ruangan tamu.
Minah yang juga berada di situ tersenyum saat melihat penampilan Bara yang sepertinya sudah sangat siap dengan pertemuan malam ini.
Bara dan Agne duduk di hadapan Ariani dan saling bertukar senyum.
"Lihat kan Bu, betapa rapinya penampilan suamiku malam ini untuk menemui Anda. Awalnya memang sempat menolak, tapi sepertinya sekarang keputusannya sudah berbeda," kata Agne membuat Ariani tertawa kecil.
"Saya paham kok, Bu Agne," balas Ariani.
"Ya begitulah Bu. Jadi bagaimana ini? Apa setelah kami setuju anaknya bisa langsung kami adopsi dan dibawa ke rumah? Atau menunggu lagi?" tanya Agne membuat Bara terus mendecak dalam hati. Tangannya pun mengepal sangat keras.
"Terserah kalian. Lagipula ibu dari anak ini sangat setuju bila anaknya diadopsi oleh kalian."
"Oh iya?" Agne sangat bermanfaat. "Kalau begitu setelah semua prosesnya selesai, kami akan langsung mengadopsinya ke rumah. Bagaimana menurutmu Minah?" tanya Agne yang sebenarnya meminta Minah agar memberi sebuah tekanan pada Bara.
Minah mengangguk. "Memang alangkah lebih baiknya begitu Kak. Masalah keturunan juga akan cepat selesai. Tapi keputusan kembali lagi kepada Kakak dan Bara. Toh, kalian yang akan segera menjadi ibu dan ayah."
"Tapi untuk pengurusan berkasnya, kurang lebih butuh waktu dua Minggu. Jadi sebenarnya, setelah persetujuan malam ini, kalian harus menunggu sampai pengurusan berkasnya selesai," jelas Ariani memandang Agne.
Agne tersenyum. "Tidak apa-apa Bu. Kami akan sabar menunggu," katanya lalu memegang lengan Bara. "Bagaimana Mas, kamu setuju kan?"
Bara tersenyum kecil. Dua Minggu? Sepertinya waktu itu cukup untuk memastikan Rachel positif hamil.
Bara kemudian mengangguk pelan membuat semua orang yang berada di ruangan itu tersenyum bahagia. Apalagi Agne, ia tahu bahwa suaminya itu pasti tidak akan pernah membuatnya kecewa.
"Pilihan yang tepat Mas. Aku sangat senang Mas bisa menerima adopsi ini. Sekarang kita tidak akan khawatir lagi soal ibu dan ayah Mas yang sangat ingin mempunyai cucu. Akhirnya kita akan mempunyai anak."
Bara tersenyum licik. Ya! Dia memang akan segera mempunyai anak, tapi bukan anak dari hasil adopsi melainkan anak dari darah dagingnya yang akan dilahirkan Rachel. Dia sangat penasaran tentang bagaimana reaksi semuanya ketika mengetahui hal tersebut.
Obrolan di ruangan tamu itu terus berlanjut mengenai anak perempuan yang akan diadopsi. Bahkan Agne sudah merencanakan acara spesial untuk menyambut anak itu.
Bara mengerjap dengan sangat kesal kemudian melirik Minah yang baru saja datang dari dapur membawa nampan berisi minuman.
Bara kembali tersenyum licik dan bangkit dari sofa.
"Mas, mau kemana?" tanya Agne heran.
Bara memberikan isyarat untuk pergi ke kamar mandi. Agne pun mengangguk mengerti.
Bara langsung mengikuti Minah yang sudah ingin kembali ke dapur.
"Minah,"
Minah menoleh, "iya, kenapa?"
"Bisa buatkan saya Cappucino?"
"Bisa. Tunggu yah saya buatkan."
Bara mengangguk lalu duduk di kursi yang berada di dapur. Tidak lama, Minah sudah datang membawa secangkir Cappucino yang masih panas.
"Silahkan."
Bara tersenyum mengangguk dan tanpa sepengetahuan Minah, dia mencampurkan obat tidur ke dalam Cappucino tersebut.
"Minah," panggil Bara membuat Minah kembali lagi ke hadapannya. "Coba kamu rasakan, kenapa kamu membuatnya begitu manis."
Minah mengambil Cappucino itu dan mencobanya sedikit. Tapi dia tidak merasakan kemanisan. "Tapi ini—"
"Selera kita berbeda Minah. Kamu minum saja Cappucino itu, sayang kalau mau dibuang," potong Bara lalu berdiri meninggalkan dapur.
Bara belum tenang jika tidak memastikan Minah meminum semua Cappucino itu. Jadi, dia mengintipnya di luar pintu dapur. Senyumnya merekah ketika melihat Minah meminumnya sampai habis.
"Bingo," gumam Bara kemudian segera meninggalkan dapur menuju ke arah bangunan belakang.
Setelah sampai, Bara membuka pintu kamar Rachel.
"Bibi?"
Bara segera menutup pintu kembali ketika mendengar suara Rachel. Gadis itu pasti berpikir bahwa yang membuka pintu adalah Minah.
Bara tersenyum melihat tubuh seksi Rachel dari belakang yang sedang berbaring bermain ponsel.
"AAAARRRGGGHHH!" Teriak Rachel seketika saat merasakan tubuhnya dipeluk seseorang dari belakang.
"Ussssttt...."
Tubuh Rachel langsung berontak begitu mengetahui bahwa yang sedang memeluknya adalah seorang pria.
"AAAA—"
Bara buru-buru mengambil saputangan dari sakunya yang telah diberi obat bius dan membekap mulut dan hidung Rachel.
Rachel mencoba memberontak, namun tidak lama tubuhnya melemah dan akhirnya pingsan.
Bara melepas bekapannya. Tanpa berpikir panjang, dia melepas pakaian Rachel. Kali ini harus berhasil.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜 Nurma
astaga si ombaraaayah
2022-11-08
1
maharastra
bara gila🤭🤭🤫
2022-10-18
1
maharastra
agne sok kuasa...ihh g suka..pemaksa
2022-10-18
1