"DIMOHON perhatiannya semua."
Setelah mengatakan itu, Agne langsung menarik tangan suaminya untuk berdiri di atas panggung bersama dan memberikan mikrofon.
"Terimakasih atas kehadiran para tamu sekalian. Karena malam ini saya sangat senang untuk kembalinya saya setelah menyelesaikan proyek besar di luar negeri," Agne menggenggam erat tangan Bara sembari menukar senyum. "Ditambah lagi dengan kabar bahwa proyek besar yang saya lakukan berdampak positif kepada perusahaan Big Black Grup."
"Dampak tersebut pun tidak main-main, karena Big Black Group akan memperluas jaringannya hingga ke Eropa. Teknologi yang telah suami saya rancang telah sukses besar," tambah Agne membuat Bara mengangguk dengan yakin.
"Dan besok, saya akan kembali mengurus pekerjaan saya di perusahaan. Saya harap kesuksesan proyek yang saya rencanakan akan terus bermanfaat untuk kemajuan perusahaan yang telah dititipkan oleh Tuan Aron, Ayah saya. Saya juga akan memastikan bahwa semua staf perusahaan akan mendapatkan lebih banyak kenyamanan dan fasilitas yang terdepan."
Suara tepuk tangan yang begitu heboh pun memenuhi ruangan tersebut.
Namun di tengah keriuhan itu, Agne tiba-tiba berkata, "Saya juga ingin menyampaikan bahwa kami akan segera mempunyai keturunan yang—"
"APA?!" potong Bara terkejut hingga tak menyadari suaranya yang terdengar sangat keras. "Sayang, apa ... kamu hamil?"
Agne mencium punggung tangan Bara lalu memandangnya. "Tanpa aku jawab, Mas pasti sudah tau jawabannya. Kita akan segera mempunyai anak."
"Maksud kamu apa sayang? Bagaimana mungkin kamu ... ini tidak benar, kan?" tanya Bara syok.
Agne tersenyum menampilkan lesung pipinya. "Bisa Mas. Kita benar-benar akan mempunyai anak."
Bara masih saja memasang raut wajah yang penuh tanda tanya. Hingga akhirnya mata tajamnya menangkap sosok wanita paruh baya yang berpakaian tak biasa. Berbeda dengan wanita lain yang memakai gaun.
Agne sadar bahwa Bara telah melihat wanita paruh baya itu, ia pun membisikkan sesuatu, "Dia Bu Ariani, kepala panti asuhan mentari dan dia yang akan mewujudkan impian kita mempunyai anak."
Agne dan Ariani saling bertukar senyum. Sementara Bara membuang napas kasar dan melepas genggaman tangan Agne.
"Saya ingin ke kamar sekarang," kata Bara kemudian berjalan meninggalkan ruangan pesta makan malam itu menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Agne langsung menoleh ke arah tamu dan memberikan senyumnya yang manis. "Maafkan kami, sepertinya suami saya sangat terkejut atas berita gembira yang mendadak ini," kata Agne lalu memberi kode kepada Ariani untuk mengikutinya. Namun sebelum keluar dari ruangan pesta, Agne berkata lagi, "Oh iya saya lupa, dalam waktu dekat ini saya akan mengadakan pesta syukuran untuk anak pertama saya."
Para tamu kembali menikmati pesta makan malam tersebut, sementara Bara menggila di dalam kamar.
BRAAAKKK!
Semua barang-barang yang berada di atas meja berhamburan di lantai. Lemari kaca pun pecah karena dijatuhkan dengan keras. Kamar itu seperti sudah ditimpa badai, benar-benar hancur lebur.
Bara menendang ranjang dan menghembuskan napas berulang kali dengan kasar.
Kenapa hidupnya harus ditakdirkan seperti ini? Mendapatkan istri yang mandul. Orangtua yang mengancamnya untuk segera mempunyai anak, terlebih semua kekayaan dan kekuasaan akan dicabut jika hal itu tidak terpenuhi. Dan sekarang, istrinya malah ingin mengadopsi anak dari panti asuhan yang jelas-jelas akan mempermalukan harga dirinya. Sebenarnya bagaimana rencana Tuhan terhadapnya? Apa iya harus menjadi orang terlantar.
Bara mengepalkan tangannya dengan begitu kuat. Tidak. Hal itu tidak akan terjadi pada hidup pria itu. Bara tidak akan membiarkan rahasia kemandulan istrinya terbongkar dengan mengadopsi seorang anak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Esok harinya, Bara memakan sarapan yang khusus disiapkan oleh sang istri. Sesekali ia menangkap Agne yang memandangnya seperti ingin mengutarakan sesuatu.
"Emmm ... Mas."
Bara menatap Agne tanpa ekspresi.
"Sebentar sore Bu Ariani ingin mengadakan pertemuan dengan kita. Aku harap Mas bisa meluangkan waktu untuk itu."
Bara tersenyum kecil. Baru semalam mereka bertengkar hebat setelah pesta makan malam dan sekarang istrinya itu malah kembali membahas soal adopsi anak.
"Kenapa kamu begitu mau melakukan itu?" tanya Bara berusaha tenang.
Agne tersenyum manis. "Mas, kita temui saja dulu Bu Ariani dan membicarakan soal itu bersama-sama. Kalau memang Mas masih tidak mau, aku tidak akan memaksa."
Bara mengambil gelas dan menenggak isinya hingga lesap.
"Itu sama saja kamu memaksaku," balas Bara lalu bangkit dari kursi.
"Mas, kamu sudah mau berangkat? Sarapannya tak dihabiskan?" tanya Agne membuat Bara menoleh menatapnya.
"Tidak. Aku buru-buru," jawab Bara datar kemudian mengambil tas kantornya dan berlalu meninggalkan ruang makan.
"Minah," panggil Agne kepada adiknya berada di dapur.
"Iya Kak?"
"Menurutmu perbuatanku salah, jika aku mengadopsi anak karena diagnosaku?" tanya Agne sembari melamunkan tingkah suaminya tadi.
"Menurutku itu salah jika Kakak ingin mengadopsi anak secara terang-terangan. Bukankah mertua Kakak adalah orang terkemuka di kota ini, mereka tidak mungkin langsung menerima keturunan yang bukan dari darah daging anaknya," jelas Minah membuat Agne menghembuskan napas keras.
"Tapi Minah, Bara tidak akan percaya kalau aku bisa hamil karena dia telah mengetahui diagnosaku. Kecuali ... jika Bara ingin bekerjasama demi mempertahankan warisannya, rencanaku akan berjalan lancar. Minah, aku tidak mau kehilangan Bara," kata Agne penuh keseriusan.
"Kalau begitu, Kakak lanjutkan saja rencana itu. Bara mungkin belum bisa menerima, karena belum sempat memikirkan dampak positifnya. Aku rasa, setelah Bara mengerti maksud Kakak, dia akan langsung menyanggupi rencana adopsi itu," kata Minah membuat Agne mengangguk yakin.
"Aku juga berharap begitu Minah. Aku sangat ingin mempunyai anak meski bukan dari darah dagingku."
Sementara di dalam mobil yang berjalan menuju ke perusahaan, Bara melihat ke luar jendela setelah selesai mengecek jadwal hari ini yang diberikan oleh sekretarisnya. Sebenarnya perut Bara masih keroncongan, namun sang istri malah kembali membahas soal rencana adopsi setelah baru semalam bertengkar hebat masalah tersebut.
Bara secepat mungkin mencari cara agar bisa menggagalkan rencana istrinya.
Rachel? Ya! Hanya gadis kecil itu yang bisa menjadi alat untuk menggagalkan rencana adopsi itu dan sekaligus menyelamatkan warisannya. Namun dari semalam hingga sekarang, Bara tidak kunjung menemukan Rachel. Bisa saja gadis kecil itu menghindarinya.
Bara memukul jendela dengan kepalan tangannya. Dia akan terlebih dahulu mengurus urusan kantornya, sebelum memikirkan keberadaan Rachel.
Sesampainya di kantor, Bara langsung menuju ke ruangannya. Ruangan yang sungguh besar dan mewah, sangat jelas bahwa Bara adalah direktur dari Big Black Group. Karena begitu malas, dia sama sekali tidak melakukan penyambutan atas kembalinya ke perusahaan, penjelasan untuk sistem baru kepada staf pun tidak dilakukannya.
"Akhirnya," Bara bernapas lega setelah menyelesaikan semua berkas yang ingin ditandatangani. Dia pun memanggil sekretarisnya untuk mengambil semua berkas tersebut.
"Apa itu sudah semuanya?" tanya Bara.
"Iya Pak."
Bara segera bangkit dari kursi kebesarannya dan merapikan pakaiannya. Pria itu akan segera pulang.
"Kalau begitu, saya pulang duluan. Saya ada urusan mendadak di rumah." kata Bara kemudian berjalan menuju pintu keluar.
Bara buru-buru turun ke gedung parkir. Dia segera mengemudikan mobilnya. Pokoknya Bara akan secepat mungkin sampai di rumah dan mencari keberadaan Rachel.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜 Nurma
masih menyimak
2022-11-08
1
maharastra
lnjtin kk👍💪
2022-10-18
1
maharastra
mandul kan bs diobati...
2022-10-18
1