Hari pertama sekolah memang selalu santai, tidak ada pelajaran dan hanya pemberitahuan jadwal pelajaran baru. Abel dan beberapa temannya memutuskan untuk pergi ke kantin.
Abel tidak mempunyai teman dekat, tapi dia dekat dengan semua orang di kelasnya. Dia selalu berusaha menghindari hubungan lebih dalam, karena dia tidak mau terluka. Menurutnya manusia itu tidak tetap, bisa datang dan pergi. Itu kenapa dia juga selalu menghindari hubungan percintaan. Namun dia sekarang terjebak bersama Gala.
Galaxy Putra Alaric, orang paling berpengaruh di sekolah. Meskipun anggota genk motor dia tidak pernah berulah dan bar-bar, namun memiliki sifat cuek sedingin es. Merupakan Ketua Genk motor bernama Lazaruz yang cukup terkenal dan disegani. Dia juga memiliki 2 sahabat yang setia bersamanya yaitu Raka dan Degas.
Saat memasuki kantin Abel melihat Gala yang sedang menatap ke arahnya, namun seperti biasa dia tidak menganggap kehadiran Gala di sekolah. Bersinggungan dengan Gala adalah hal yang dia hindari selama ini.
Pernah ada kasus seorang perempuan dari kelas 10 menghampiri Gala dan keesokan harinya dia dibully habis-habisan di sekolah. Memang keterlaluan tapi tidak ada pihak sekolah yang mengetahui kejadian itu termasuk Gala.
"Gue baru tau kalau di sekolah ada cewek itu," ucap Gala pada kedua temannya saat Abel memasuki kantin.
"Siapa?" Tanya Degas sambil memperhatikan objek yang diliat Gala.
"Abella yang pake jaket crop top tosca?" Tebak Raka namun tepat.
Gala mengangguk, benar-benar aneh. Abel baru terlihat di matanya setelah mereka menikah. Padahal setiap hari rasanya Gala tidak pernah melihatnya.
"Nahkan, lo terlalu sibuk sama dunia lo. Siapa yang gak tau dia coba? Udah cantik, anak taekwondo, gak famous kaya Jela sih, dia anaknya gak suka jadi pusat perhatian-"
"Lo suka sama dia?" Tanya Gala memotong ucapan Degas.
"Semua yang cantik gua suka lah, tapi kalau Abel gua insecure deh. Ketua OSIS aja ditolak sama dia."
"Dan satu lagi, dia punya kelima love language," sambung Raka.
"Stalk?" Tanya Gala lagi.
"Gak lah, lo bisa liat sendiri. Mari kita buktikan."
"Ehh ... Ehh gila ini berat banget," teriak Dinda yang repot membawa beberapa piring siomay.
"Din, udah gue bilang gue ikut." Abel menghampiri Dinda lalu membantunya membawa piring-piring itu ke meja mereka.
"Hehehe, ya biar sekalian aja maksudnya," kata Dinda sembari cengengesan.
"Act of service," ucap Degas.
"Btw waktu liburan kemarin gue ke Bali, gue nemu liptint bagus. Sengaja buat kalian," Abel mengeluarkan beberapa liptint dari sakunya dan memberikan masing-masing satu.
"Ihh thanks loh, Bel. Bagus banget, kayanya bakalan gue pake," ucap Nara.
"Emang selera lo gak salah sih, gue juga suka. Makasih ya, Bel," ucap Anna.
"Sebenernya gua gak suka pake beginian, tapi thanks, Bell." Dinda memang tomboy, tidak heran kalau dia jarang menggunakan make up ke sekolah.
Abel tersenyum tipis, syukurlah jika mereka menyukai apa yang dia berikan, dia merasa dihargai.
"Receiving gifts," ucap Degas lagi.
Abel menaruh ponselnya, sembari menatap Nara yang ada di sampingnya, dia benar-benar terlihat emosi karena bertengkar semalaman dengan kekasihnya.
"Dan kalian tau gak, waktu gue telfon dia lagi langsung dimatiin dong, gue tuh sebagai cewek kalau marah maunya dingertiim, dipekain, dia malah bentak gue, kaya apa sih namanya? Gue gak pernah dibentak sama orang," kata Nara dengan berapi-api membuat Abel sedikit bingung menanggapinya.
"Gila sih kalau gue jadi lo pasti gue langsung minta putus," kesal Anna.
"Bener, cowok kaya gitu jangan dikasih ampun, Ra. Jangan lemah!" Kini Dinda juga ikut terbawa suasana.
Abel mengelus dan sesekali menepuk-nepuk bahu Nara, berusaha menenangkannya. "Udah lo tenang dulu, lo sama dia itu sama-sama emosi makanya dia bentak lo. Gue yakin kok dia sayang sama lo, cuma kadang ada waktu yang pas gitu buat ngajak seseorang berdebat."
"Tapi gue maunya dia tuh ngademin gue gitu loh, kalau dia balik marah kan gue jadi makin kesal dan gak kekontrol.
"Iya-iya gue paham, itu kenapa kalian sesekali harus deeptalk. Biar sama-sama tau, kalau lo marah dia harus apa dan begitu juga sebaliknya. Sekarang lo mending biarin dulu, kasih hubungan kalian space. Kalau dia reda juga pasti ada rasa menyesal. Kalau misalnya berlangsung lama baru deh lo marah ama dia lagi juga gapapa."
"Yaudah iya, mungkin lo bener. Gue kasih dia waktu juga kali ya?" Tanya Nara.
Abel pun mengangguk dan tersenyum. Memang Abel selalu bisa menjadi rumah bagi teman-temannya. Itu kenapa meski tidak bersahabat siapapun nyaman untuk menceritakannya pada Abel. Selain aman, Abel juga bukan orang yang suka mengumbar privasi orang lain.
"Udah liat kan? Quality time, Physical Touch, dan Word affirmation. Udahlah gak akan ada abisnya kalau bicarain soal Abel.
Gala mengangguk, aneh padahal menurutnya Abel sangat dingin dan cuek. Tanpa melanjutkan pembicaraan Gala memilih fokus pada makanan.
Tiba-tiba Jela datang dan langsung duduk di sebelah Gala. "Kamu kenapa gak bilang kalau di kantin? Tadi aku cariin kamu ke kelas."
"Lupa gak bilang," jawabnya singkat.
"Terus kenapa gak angkat telfon? Aku udah berusaha hubungin kamu beberapa kali tapi gak diangkat?" Kesal Jela.
"Maaf, hpnya di ruang kerja." Gala benar-benar malas jika harus berdebat, maka dari itu dia meminta maaf duluan.
"Yaudah gapapa, yang penting sekarang udah ketemu." Jela memeluk lengan Gala mesra dan Gala mengelus rambut Jela sebentar.
Menatap kekasihnya dari dekat adalah kesenangan tersendiri untuknya. Ya walaupun Gala tipe cowok dingin yang tidak perhatian. Awal mereka berpacaran pun itu karena Gala tidak ingin mempermalukan Jela yang menembaknya di tengah lapangan. Jadi dia berusaha untuk mencintai wanita itu.
"Ekhmm bisa sadar sama kehidupan manusia di bumi gak? Bucin di depan jomblo gak baik," ucap Raka sinis.
"Iri aja," ketus Jela.
Gala melirik ke arah Abel yang tak sengaja menatapnya, namun dengan cuek dia kembali mengobrol bersama teman-temannya. Dia semakin terlihat aneh di mata Gala. Tidak ada reaksi apapun dan seperti tidak tertarik.
Setelah selesai makan di kantin Abel dan teman-temannya kembali ke kelas. Tatapannya lurus ke depan melewati Gala dan teman-temannya.
Saat sampai di kelas Abel mengambil buku catatan random miliknya. Dia menuliskan beberapa keperluan dapur dan juga barang yang harus dia beli. Sepertinya keluarga barunya terlalu bergantung pada pembantu, sehingga saat tidak ada sedikit kesulitan.
Untung saja bundanya selalu mendidiknya agar mandiri, jadi dia tidak kaget saat harus melakukannya. Walaupun mungkin pekerjaannya bertambah berkali-kali lipat.
"Bel, catatan lo udah kaya emak-emak rumah tangga deh. Segala cabe sama tomat lo tulis di sana," kata Dinda yang melirik ke arah catatan Abel.
Abel meneguk ludahnya, andai saja Dinda tau kalau sekarang Abel juga merangkap sebagai ibu rumah tangga.
"Ini, apa sih? Bunda gue nyuruh beli perlengkapan dapur, soalnya di rumah udah pada abis. Lo tau sendiri kalau bunda jaga Ghazam," jawab Abel.
"Oh iya juga, tapi gapapa sekalian belajar jadi ibu rumah tangga," ucap Dinda sambil terkekeh.
Ya memang dia sekarang sudah belajar menjadi ibu rumah tangga dalam pernikahannya yang tidak jelas bersama Galaxy Putra Alaric.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
sn3
lanjut,,,,
2023-02-19
0
Gea
Emag udah emak2 😂
2022-10-04
0
Gea
Staker bwang, tau amat soal abel melebihi suaminya yang baru ketemu abel setelah 1.5 tahun di sekolah yang sama 🤭
2022-10-04
0