Hari ini, detik ini, seorang Abella Gracia Atmaja resmi menjadi istri dari Galaxy Putra Alaric. Acara pernikahan yang bisa dibilang mewah tapi tidak mewah, karena hanya mengundang orang terdekat saja bahkan tidak ada satu orang teman pun yang hadir karena dirahasiakan. Sungguh, ini bukan pernikahan impian mereka berdua.
Abel memasangkan cincin di jari manis Galaxy, setelah itu mencium punggung tangan pria itu. Disusul dengan Galaxy yang mencium keningnya.
Gadis itu menarik napasnya dalam. Sejenak dia memejamkan matanya, mengingat apa yang terjadi 1.200 detik yang lalu. Di mana seorang pria dengan lantang melafalkan namanya dalam Ijab Qabul.
Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Bagaimana bisa dia merelakan masa depan yang sudah ditata sedemikian rupa dengan memenuhi keinginan kakeknya agar dia dijodohkan dengan cucu sahabatnya? Abel tidak pernah membayangkan akan membina rumah tangga di saat dirinya masih menginjak kelas 11.
"Musnah sudah harapan lo punya suami orang korea," batin Abel.
.
.
.
Setelah siap mengemasi barang-barangnya, Abel merasa galau sendiri. Dia akan meninggalkan tempat ternyaman nya ini dan pindah ke rumah suaminya - Ralat maksudnya Galaxy. Abel tidak mudah untuk menerima seseorang masuk ke dalam hidupnya.
"Sayang, ayok udah ditungguin Gala di depan tuh," ucap Nia- Bundanya Abel saat memasuki kamar putri sulungnya.
"Bund, gak bisa di sini aja? Berasa dibuang harus pindah kaya gini," rengek Abel.
"Ehh, Bunda selalu ajarin kamu untuk bersikap dewasa. Apalagi sekarang udah punya suami, jangan rewel gitu ah." Nia mengelus pipi putrinya lembut.
"Tapi nanti yang bantuin Bunda siapa? Yang jagain Ghazam? Bunda kan tau Ghazam deket banget sama Abel. Tradisi mana sih yang mewajibkan perempuan kalau nikah harus ikut sama suaminya?" gerutu Abel.
"Udah kodratnya seorang perempuan itu nurut dan mengikuti suaminya, Sayang. Kamu jangan pikirin apapun. Untuk pekerjaan rumah kan ada bi Ningsing, Ghazam biar bunda yang urus. Kalau kangen kakaknya tinggal call," ucap Nia bijak.
"Tapi, Bund ... " Abel memeluk bundanya dengan erat, dia tidak bisa membendung air matanya. Mulai sekarang dia harus jauh dari keluarganya, dia belum siap menghadapi semuanya sendirian.
"Jangan nangis gitu dong, bunda jadi gak tega liatnya. Rumah Galaxy itu gak jauh dari sini, gak di luar kota juga. Kamu bisa kapan aja pulang, Kak. Ketemu Ayah, Bunda, dan Ghazam. Jangan nangis, anak bunda kuat dan mandiri. Inget pesan bunda tadi, harus jadi istri yang baik, jadi menantu yang baik juga, oke?"
Nia menghapus air mata putrinya dan memberi pengertian kepada Abel. Sebenarnya dia juga berat hati jauh dari putri sulungnya. Tapi kalau bukan Nia siapa lagi yang akan menguatkan putrinya.
Abel masih terdiam sambil memeluk bundanya, dia benar-benar berat meninggalkan rumah ini.
"Ayokk, kasian tuh Galaxy nya udah nunggu dari tadi," ajak Nia.
Abel pun mengangguk, akhirnya dia keluar dari kamarnya dan turun menemui Galaxy yang telah menunggunya di depan. Terlihat pria itu sedang berbincang-bincang dengan Doni- Ayahnya.
"Eh anak ayah udah siap semuanya?" tanya Doni.
"Udah, Yah." Abel memeluk Ayahnya. Sepertinya mulai hari ini tidak ada lagi yang akan mengajak ayahnya bertaruh bola atau bermain catur.
"Anak Ayah udah gede, jaga diri ya di sana. Ayah udah titipin kamu ke Galaxy, jadi pasti dia akan jaga kamu seperti Ayah," ucap Doni sambil mengelus rambut putrinya.
Abel pun hanya mengangguk sambil tersenyum, dia tidak mau terlihat sedih lagi karena takut menjadi beban pikiran Ayah dan Bundanya, terlebih Ayahnya penderita penyakit jantung kronis.
Pak Darmo - Satpam di rumah Abel. Telah selesai memasukan koper ke dalam mobil. Abel pun tersenyum dan sekali lagi memeluk Bundanya.
"Yaudah ya kakak pamit, nanti bakalan sering main kesini buat main sama Ghazam," ucap Abel sambil menyalami kedua orang tuanya.
"Yah, Bund, izin pamit juga ya," ucap Galaxy yang ikut bersalaman.
"Yaudah kalian hati-hati. Salam buat mama, Gal." Nia tersenyum karena kini dia memiliki anak bujang yang nampak serasi dengan putrinya.
"Iya, Bund. Pergi dulu. Assalamualaikum," ucap keduanya.
"Waalaikumsalam."
Abel dan Galaxy memasuki mobil, setelah memasang seatbel, Abel menyempatkan diri untuk melambaikan tangan dari kaca dan dihadiahi senyuman oleh kedua orang tuanya. Lalu, Galaxy pun melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Abel.
Kini dia tau, bagaimana rasanya menjadi seorang putri yang harus jauh dari keluarganya karena menikah. Padahal sebelumnya bahkan dia tidak pernah memikirkan soal pernikahan.
Tidak ada percakapan di dalam mobil. Entah karena canggung atau mereka tak ingin saling bicara.
"Lama." tiba-tiba Galaxy memulai pembicaraan meskipun dengan wajah dinginnya.
"Apa?" tanya Abel tak mengerti.
"Lo lama," ucapnya lagi.
"Lo gak liat barang bawaan gue sampe 6 koper?" ketus Abel.
Galaxy menghela napasnya dan kembali menyetir, ternyata wanita yang ada di sampingnya ini jauh lebih galak dari apa yang dia pikirkan. Sesekali dia melirik wanita yang katanya kini berstatus sebagai istrinya, dia tidak buruk, bahkan cantik. Bahkan lebih cantik dari Jela-Pacarnya.
Galaxy menghentikan mobilnya, saat mereka turun dari mobil ternyata mereka sudah di sambut oleh keluarga Galaxy. Abel dan Galaxy pun menghampiri mereka dan langsung bersalaman.
"Mang Boni, tolong angkatin barang-barang Abella ke kamar Gala ya," perintah Dara- Mamanya Galaxy.
"Eh anak gadis mama, semoga betah ya di sini. Kalau Galaxy sampai nakal-nakal bilang aja ke mama." Dara pun menciumi pipi menantunya dengan rasa bahagia. Putrinya bertambah satu di keluarga ini.
"Iya, Tan- eh Ma, nanti Abel bilang kok," balas Abel sambil tersenyum.
"Halo kak Miya, kak Jihan," sapa Abel dan saling merangkul.
"Semoga betah ya, kalau Gala nyebelin lapor aja nanti Kakak Marahin," kata Miya seraya terkekeh.
"Bener, pokoknya kalau apa-apa bilang ya. Sekarang kan kau adek kita juga," ucap Jihan.
"Iya, Kak makasih yaa. Nanti kita bakalan sering-sering ngobrol."
Galaxy masuk ke rumah tanpa mempedulikan Abel dan yang lain. Tubuhnya sudah lelah dan besok adalah hari pertamanya kembali ke sekolah setelah liburan akhir semester pertama berakhir.
"Yaudah gih sekarang susul Galaxy ke kamar, besok udah mulai sekolah kan? Jadi kalian harus istirahat. Kalau butuh apa-apa tinggal panggil mama," ucap Dara.
"Iya, Ma. Nanti pasti bilang kok. Makasih ya, Ma." Abel pun tersenyum lalu mengikuti mertuanya menuju kamarnya dan Galaxy.
.
.
.
Abel memasuki kamar dengan bernuansa hitam itu. Apa kamar pria memang seperti ini ya? Sangat berantakan. Sepertinya Abel harus turun tangan.
Perlahan dia mengambil baju yang berserakan di sofa dan meja belajar Gala sambil menciumi apakah baju itu masih baru atau kotor, lalu memasukannya ke keranjang cucian. Setelah itu Abel merapikan buku-buku yang belum dirapikan kembali di meja belajar dan menggulung berbagai kabel yang masih terpasang di stop kontak.
Gala yang sedang tertidur membuka matanya dan melihat Abel yang sedang membersihkan barang-barangnya. Namun dia tidak peduli dan malah membuka ponselnya untuk membalas pesan dari Jela.
Sebenarnya Abel ingin merapikan isi lemari milik Gala, tapi terlalu berantakan. Jadi dia putuskan untuk mengerjakannya besok sepulang sekolah.
Tanpa mempedulikan Gala, Abel mengambil baju tidur di kopernya dan memasuki kamar mandi. Dia menatap dirinya dicermin dan sesekali menggigit bibirnya.
"Ya Allah, apa gue bisa jalani kehidupan sama Gala?" gumamnya.
Mereka benar-benar bertolak belakang, sementara dalam pernikahan harus menyocokkan satu sama lain, harus bisa membiasakan diri dan beradaptasi. Abel tidak yakin akan kuat menjalaninya.
"Hufft, udah lo jangan kebanyakan ngeluh. Hadapi hadapi hadapi!" Tegasnya pada diri sendiri.
Setelah mengganti bajunya, Abel keluar kamar mandi, dia mengambil pouch yang berisi make up dan skincare nya. Setelah itu melakukan skincare rutin.
"Dasar cewek, mau tidur aja repot," ucap Gala dalam benaknya.
Beres dengan rutinitasnya dia kembali bingung harus melakukan apa lagi untuk menghindar dari Gala. Sepertinya ini pilihan terakhir. Mau tidak mau dia harus tidur karena besok sudah harus kembali ke sekolah.
Matanya tertuju pada Gala yang sedang berbaring di kasur king size miliknya. Perasaan macam apa ini? Rasanya aneh harus berbagi kamar dengan orang lain, apalagi seorang pria dingin.
Abel berjalan ragu ke kasur, Gala juga menyadarinya kalau sedari tadi Abel berusaha mengalihkan pikiran-pikirannya.
"Tidur aja, gue gak akan ngapa-ngapain. Lagian body kaya lo bukan tipe gue," ucapnya datar.
"Cih." Abel berdecih, yang namanya setan tidak melihat body bagus atau tidak, selagi ada kesempatan apapun bisa terjadi. Itu yang ada dipikiran Abel.
Karena kesal Abel tidak lagi mempedulikan pikiran-pikirannya dan berbaring memunggungi Galaxy, dia bahkan mepet ke ujung kasur agar semaksimal mungkin jauh dari Gala.
Sudah 10 menit Abel berusaha memejamkan matanya, namun sangat sulit. Jantungnya berdebar kencang sejak tadi.
"Ayok Abel, lo harus tidur! Harus bisa, habis itu lo lanjutin semua ini dan terbangun di pagi hari, setelah itu lo sadar kalau ini cuma mimpi!" Batinnya.
Berbeda dengan Abel, Gala memang merasakan jantungnya berdebar kencang. Tapi dia berusaha mengalihkannya dengan bertukar pesan bersama Jela agar dia bisa melupakan apa yang sedang dia rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
sn3
ya udahlah ya,,,😂🤣😂🤣
2023-02-19
0
Gea
Wah gala mulutnya nyebelin juga ya thor liat aja kalau kedepannya kau sentuh abel 🤪
2022-10-04
0
Gea
Ternyata ada yang lebih cuek dari u ya gal? 😂
2022-10-04
0